WANITA
Dalam Al-Qur’an dan Sunnah
“Sesunguhnya laki–laki dan perempauan yang muslim ,
laki-laki dan perempuan yang sabar. Laki- laki dan perempuan yang khusyu’,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya , laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah ,Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar”(Q.s.An-Nisaa’:32)
Muqaddimah
WANITA SHALIHAH |
Dengan dasar ini juga Rabiah al-Adawiyah
membina kehidupannya seperti yang di tegaskan dalam pendirian sutuh
madahnya :
“ kekasihku tiada yang menandingi-Nya . Tidak
ada ruang kosong di hatiku selain utnukNya, sekalipun kekasihku tidak dapat
kupandang dengan mata , anmun dia tetap hadir bersama degup jantungku , dialah
yang kusanjung dan kupuja sekalipun orang lain ada di smapingku , jiwa dan
hatiku hanya ku persembakan untuk-Nya. “
Islam mengakui bahwa persoalan perempuan
merupakan salah satu persolan yang kini tengah dihadapi oleh masyarakat di
negeri ini. Apalagi ditengah-tengah globalisasi saat ini, dimana aksi tuntutan
– tuntutan yang dilakukan oleh kaum perempuan di Barat sedikit banyaknya telah
mempengaruhi kegerahan intelektual dan aksi perempuan dibelahan bumi lain,
termasuk di Indonesa.
Islam menilai, dalam setiap diskusi tentang
perempuan, gak terkesan selalu dimulai dari praanggapan bahwa perempuan berada
dilapisan paling bawah(Low-Layer), tertindas, dan tidak berdaya dengan
bukti faktual sederet kasus seperti soal TKW,PRT, buruh perempuan, ekploitasi
sex dan perempuan dalam bisnis dan sebagainya, termasuk yang mengemuka
diwaktu-waktu terakhir ini adalah tuntutan kuota perempuan dalam parlemen .
.Lihatlah tatkala mereka datang kepada Rasullah
mengajukan tuntutannya “ya Rasullah mengapa hanya laki-laki saja yang
disebut al-qur’an dalam segala hal, sedangkan kami tidak disebut ?”. Maka
Allah Kemudian menurunkan ayat yang menunjukkan bahwa lelaki dan perempuan
sesungguhnya memiliki peluang sama untuk menjadi makhluk yang mulia.
Allah telah menetapkan matlamat hidup
berdasarkan firman-Nya dalam surah Az-Zariyat ayat 56 yang
bermaksud : “ Dan ingatlah aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
menyembah dan beribadah kepada-Ku.”
Melihat
konteks diatas sungguh suatu konteks yang sudah tidak lazim lagi di era saat
ini, mengingat wanita memiliki tuntutan dan tanggung jawab yang luar biasa.
Maka bahwa yang sebenarnya dalam konteks agama (dalam agama Islam), yang
bersumber dari al-Qur’an maupun al-Hadits terdapat konteks dan sejumlah
pernyataan tentang kaum wanita yang sejajar dengan kaum pria, memperoleh
hak-hak yang sama untuk terlibat dalam perjuangan sosial, budaya, politik,
pendidikan, dan bidang lainnya yang positif. Ini bisa dilihat dalam QS
Al-Ahzab 53, QS An Nahl 97, Al Hujurat 13, dan lain-lain.
Ada pula
hadits nabi yang berbunyi: “An Nisa syaqaiq Ar Rijal”, kaum
wanita adalah saudara kandung kaum pria, “tidak menghargai/menghormati kaum
wanita kecuali mereka yang memiliki pribadi terhormat dan tidak merendahkan
kaum wanita kecuali orang-orang yang berjiwa rendah” .
Dengan
kondisi tersebut diatas jelas wanita bukan sekedar mahkluk Tuhan yang rendah.
Dalam firman Tuhan seperti di dalam firman Tuhan yang terdapat di kitab Al
Qur’an, dijelaskan bahwa kaum wanita memiliki hak dan kewajibannya yang sama
seperti kaum pria pada umumnya. Ini sebuah pernyataan Tuhan yang sungguh adil
bagi kaum wanita, namun tinggal bagaimana kaum wanita itu sendiri memanfaatkan
kesempatan yang sudah terkonteks jelas di dalam firman Tuhan pada salah satu
kitab yaitu Al Qur’an.
Kedudukan Wanita
Kehadiran
kaum wanita dikehidupan ini sangatlah penting peranannya. Wanita sebenarnya
memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar selain sebagai istri yang bakal
disandangnya nanti.
Bicara
soal wanita memang tidak akan pernah habisnya, terlebih bicara soal kecantikan
dan kecendikiawanannya. Wanita di zaman sekarang lebih maju dalam pola
pikirnya, dan wanita di zaman sekarang sudah banyak mengikuti trend dalam dunia
modern. Dari segi teknologi sampai dengan fashion wanita selalu bisa menjadi
simbol yang indah dan sedap di pandang.
Sungguhpun
demikian, wanita dimuliakan dan memiliki kedudukan yang sama sebagai hamba
Allah swt dan punya peran sebagaimana kaum pria. Ajaran Islam memandang sebagai
berikut:
1. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam pandangan Allah (QS
Al-Ahzab:35,
Muhammad:19). Persamaan ini jelas dalam kesempatan beriman, beramal
saleh
atau beribadah (shalat, zakat, berpuasa, berhaji) dan sebagainya.
2. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam berusaha untuk
memperoleh,
memiliki, menyerahkan atau membelanjakan harta kekayaannya (QS
An-Nisa:4 dan
32).
3. Kedudukan wanita sama dengan pria untuk menjadi ahli waris dan
memperoleh
warisan, sesuai pembagian yang ditentukan (QS An-Nisa:7).
4. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam memperoleh pendidikan
dan ilmu
pengetahuan: "Mencari/menuntut ilmu pengetahuan adalah
kewajiban muslim pria
dan wanita" (Hadits).
5. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam kesempatan untuk
memutuskan
ikatan perkawinan, kalau syarat untuk memutuskan ikatan perkawinan
itu
terpenuhi atau sebab tertentu yang dibenarkan ajaran agama,
misalnya melalui
lembaga fasakh dan khulu', seperti suaminya zhalim, tidak memberi
nafkah,
gila, berpenyakit yang mengakibatkan suami tak dapat memenuhi
kewajibannya
dan lain-lain.
6. Wanita adalah pasangan pria, hubungan mereka adalah kemitraan,
kebersamaan dan saling ketergantungan (QS An-Nisa:1, At-Taubah:71,
Ar-Ruum:21, Al-Hujurat:13). QS Al-Baqarah:2 menyimbolkan hubungan
saling
ketergantungan itu dengan istilah pakaian; "Wanita adalah
pakaian pria, dan
pria adalah pakaian wanita".
7. Kedudukan wanita sama dengan kedudukan pria untuk memperoleh
pahala
(kebaikan bagi dirinya sendiri), karena melakukan amal saleh dan
beribadah
di dunia (QS Ali Imran:195, An-Nisa:124, At-Taubah:72 dan
Al-Mu'min:40).
Amal saleh di sini maksudnya adalah segala perbuatan baik yang
diperintahkan
agama, bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, lingkungan hidup
dan
diridhai Allah SWT.
8. Hak dan kewajiban wanita-pria, dalam hal tertentu sama (QS
Al-Baqarah:228, At-Taubah:71) dan dalam hal lain berbeda karena
kodrat
mereka yang sama dan berbeda pula (QS Al-Baqarah:228, An-Nisa:11
dan 43).
Kodratnya yang menimbulkan peran dan tanggung jawab antara pria dan
wanita,
maka dalam kehidupan sehari-hari --misalnya sebagai suami-isteri--
fungsi
mereka pun berbeda. Suami (pria) menjadi penanggungjawab dan kepala
keluarga, sementara isteri (wanita) menjadi penanggungjawab dan
kepala
rumahtangga.
Menurut ajaran Islam, seorang wanita tidak bertanggungjawab untuk
mencari
nafkah keluarga, agar ia dapat sepenuhnya mencurahkan perhatian
kepada
urusan kehidupan rumahtangga, mendidik anak dan membesarkan mereka.
Walau
demikian, bukan berarti wanita tidak boleh bekerja, menuntut ilmu
atau
melakukan aktivitas lainnya. Wanita tetap memiliki peranan (hak dan
kewajiban) terhadap apa yang sudah ditentukan dan menjadi kodratnya.
Sebagai anak (belum dewasa), wanita berhak mendapat perlindungan,
kasih
sayang dan pengawasan dari orangtuanya. Sebagai isteri, ia menjadi
kepala
rumah tangga, ibu, mendapat kedudukan terhormat dan mulia. Sebagai
warga
masyarakat dan warga negara, posisi wanita pun sangat menentukan.
Istri atau Wanita Shalihah
1.istri idaman adalah
seorang muslimah yang baik.
2. Ia adalah seorang Wanita
yang kokoh berpegang teguh atas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’aala
3. Ia adalah seorang Wanita
yang selalu patuh dan taat kepada orang tua.
4. Ia adalah seorang Wanita
yang ikhlas dalam menjaga dan menutupi auratnya.
5. Ia adalah seorang Wanita
yang merendahkan suara dan santun jika bertutur kata.
6.Ia adalah seorang Wanita
yang senantiasa menjaga kemuliaan akhlak (tingkah laku) dimanapun ia berada.
7. Ia adalah seorang Wanita
yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibanding berada di luar untuk
hal-hal yang tidak bermanfaat.
8. Ia adalah seorang Waita
yang tidak suka berkumpul-kumpul untuk berghibah (memperbincangkan kejelekan
orang lain).
9. Ia adalah seorang Wanita
yang tidak suka bersolek berlebihan dan tidak suka bertabarruj (sengaja
menampakkan kecantikan diri) yang pada akhirnya mengundang nafsu kaum Adam.
10. Dan istri idaman adalah
seorang Wanita muslimah yangg lebih mengedepankan menuntut ilmu dibanding
keinginan untuk sekedar mempunyai pacar.
Kisah Wanita Dalam Al-Qur’an
Al Quran adalah
bentuk kasih sayang Allah, yang bertjuan untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya. Bukan untuk membebani manusia, atau menyulitkan
manusia. Para ulama sepakat, bahwa secara garis besar, Al Quran terdiri dari 3
bagian besar, yang pertama ia berisikan tentang risalah tauhid, yang kedua
tentang kisah-kisah, dan yang terakhir adalah hukum yang mengatur kehidupan
manusia.
Tentunya, kisah yang ada dalam Al Quran bukanlah sekedar kisah untuk dongengan belaka, tetapi, dari setiap kejadian yang di abadikan dalam Al Quran…
Tentunya, kisah yang ada dalam Al Quran bukanlah sekedar kisah untuk dongengan belaka, tetapi, dari setiap kejadian yang di abadikan dalam Al Quran…
Ia mengandung
hikmah, pelajaran, tuntunan, petunjuk bagi manusia.
Karena itu, hanya beberapa manusia tertentu saja... yang Allah abadikan dalam Al Quran. Mereka adalah para Nabi dan Rasul, para orang-orang yang sholeh, dan juga manusia-menusia yang mendurhakai Allah agar manusia mengetahui apa akibatnya jika mereka mendurhakai Allah.
Karena itu, hanya beberapa manusia tertentu saja... yang Allah abadikan dalam Al Quran. Mereka adalah para Nabi dan Rasul, para orang-orang yang sholeh, dan juga manusia-menusia yang mendurhakai Allah agar manusia mengetahui apa akibatnya jika mereka mendurhakai Allah.
Termasuk di dalamnya adalah kisah para wanita yang disebutkan dalam Al Quran baik ia disebutkan secara langsung, maupun tidak langsung..secara singkat mereka adalah ;
- Siti Hawa, wanita pertama yang Allah ciptakan untuk menemani Adam as. Makhluk yang mampu mengemban amanah memberikan ketentraman bagi para suami, melalui pernikahan.
- Siti Sarah, wanita cantik yang pertama kali beriman kepada dakwah Nabi Ibrahim. Keteguhan imannya kepada Allah dan ketaatan pada suaminya di uji ketika ia digoda oleh seorang Raja yang kaya raya untuk berzina, tetapi ia tetap berpegang teguh pada keimanan dan keta’atan pada suaminya.
- Siti Hajar, wanita yang cantik yang terkenal karena keteguhan keiman, ketakwaan dan tawakalnya kepada Allah. Sehingga hal itu di abadikan oleh Allah dalam salah satu dalam syariat haji. Yaitu, sa’i, berlari-lari kecil antara bukti shofa dan marwa.
- Asiyah, istri fir’aun. Seorang istri yang sholehah dari Raja dan penguasa yang sangat kejam. Kesolehannya dan keteguhan imannya, membuat ia di tunjuk oleh Allah untuk melindungi Musa kecil dari perintah pembunuhan yang di serukan oleh suaminya sendiri yaitu fir’aun kepada seluruh bayi laki-laki yang lahir pada waktu itu. Dan keimannya kepada Allah sama sekali tidak terpengaruh, walaupun ia hidup dalam lingkungan yang musyrik kepada Allah
- Ibunda Musa, adalah sosok ibu yang rela berkorban demi keselamatan anaknya, sangat sabar dalam membesarkan anaknya, walaupun ia harus rela melepaskan anaknya untuk di adopsi oleh asiyah.
- Ratu Balqis, seorang wanita penguasa yang kaya raya yang dapat menaklukan kesombongannya dirinya untuk menerima kebenaran yang datang dari Allah melalui Dakwah Nabi Sulaiman as. Dirinya tidak ragu-ragu untuk meninggalkan kekafiran dan mengikuti dakwah Nabi Sulaiman as, untuk menyembah Allah swt dan hidup sesuai dengan syariat yang ditetapkan oleh Allah.
- Maryam, adalah satu contoh wanita sholehah yang terlahir dari keluarga yang sholeh, Keluarga yang di abadikan dalam Al Quran melalui surat Ali Imran. Maryam sendiri, di abadikan oleh Allah melalui surat Maryam. Keteguhan dan ketakwaannya kepada Allah dalam menjalani kehidupan membuat dirinya dijadikan contoh oleh Allah untuk kaum wanita pada umumnya.
- ‘Aisyah, adalah istri Rasulullah saw yang dengan kesabarannya dan keteguhannya bertawakal kepada Allah dalam menghadapi fitnah dan ujian yang sempat melanda rumah tangga yang disebarkan oleh kaum munafiq pada waktu itu. Keteguhannya dan kesabarannya diabadikan oleh Allah yang bisa kita temukan dalam surat Annur ayat 11 -14, yang sekaligus membebaskan ‘Aisyah dari tuduhan yang tidak benar terhadap dirinya.
Tidak hanya mereka yang sholeh yang di abadikan dalam AL Quran untuk menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan kaum wanita, dalam beberapa ayatnya, Al Quran juga mengabadikan kaum wanita yang celaka, agar apa yang mereka lakukan dapat dijadikan pelajaran bagi kaum sesudahnya, mereka adalah ;
- Istri Nabi Nuh, Istri Nabi Luth, adalah wanita-wanita durhaka. Walaupun mereka adalah istri para Nabi, tetapi, mereka mengambil pilihan untuk mendurhakai Allah dan para suami mereka.
- Demikian pula dengan Zulaikha Istri Firaun, yang mencoba membuat fitnah yang besar terhadap nabi yusuf. Kisah yang sarat dengan hikmah tentang pengendalian diri dari hawa nafsu, menjauhi perzinahan, dan hal lain yang dapat membawa keburukan jika kaum wanita terjerat di dalamnya.
Peranan wanita
dalam keluarga
Keluarga
merupakan pondasi dasar penyebaran islam. Dari keluarga lah, muncul
pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah, dan akan datang bibit-bibit
yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam
hal tersebut adalah kaum wanita.
Pertama: Wanita
sebagai seorang istri
Ketika seorang
laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri lah yang bisa membantunya. Ketika
seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri lah yang dapat
menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri
lah yang dapat menyemangatinya.
Sungguh, tidak
ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri
yang dicintainya.
Mengenai hal
ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah
Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya. Ketika
Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa
kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?
“Demi Allah,
Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka
menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup
kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau
menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Demikianlah
kecintaan Rasulullah kepada Khadijah, dan demikianlah seharusnya bagi seorang
wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang
suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan
yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya.
Inilah
peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin
bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping
seorang pemimpin (pemimpin rumah tangga atau lainnya) yang dapat membantu,
mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalamnya
berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Kedua:
Wanita sebagai seorang Ibu
Tidak
ada kemulian terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita, melainkan perannya
menjadi seorang Ibu. Bahkan Rasulullah pun bersabda ketika ditanya oleh
seseorang:
“Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?”
Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”,
tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”,
tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian
ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no.
6447)
Di dalam
rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang
lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada
anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang
yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat
menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa
menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat
dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan
anak-anaknya.
Peranan wanita dalam masyarakat dan Negara
Wanita disamping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai
peran lainnya di dalam masyarakat dan Negara. Jika ia adalah seorang yang ahli
dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui
kepada kaum wanita lainnya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli
dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut namun
dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah
kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.
Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan
Negara, dan ia punya perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum
laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi.
Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika
terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun
tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan
senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu
Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan.
Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan
sandaran kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk
kaum wanita, maka jelaslah bahwa wanita merupakan tumpuan dasar kemuliaan suatu
masyarakat bahkan Negara. Masyarakat atau Negara yang baik dapat terlihat dari
baiknya perempuan di dalam Negara tersebut dan begitupun sebaliknya.
Karenanya, peran wanita baik dalam keluarga atau masyarakat
merupakan peran yang sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita untuk
menyepelekannya.
Persamaan gender yang didengungkan oleh kaum barat, tidak lain
adalah untuk menghancurkan pondasi keislaman seorang muslimah, sehingga ia
meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita.
Ingatlah, Pemimpin-pemimpin yang adil dan generasi-generasi yang
baik akan muncul seiring dengan baiknya kaum wanita pada waktu tersebut.
Keutamaan Wanita
Aku bertanya, “Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita
dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama dari
bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak
terlihat.”
Aku bertanya, “Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada
bidadari?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka
kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain
sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasaannya
kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisinya terbuat dari emas. Mereka berkata,
”Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama
sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan
tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki
kami, dan kami memilikinya.” (HR Ath Thabrani, dari Ummu Salamah)
74. Dan orang orang yang
berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.(Al-Furqan). Amin Ya Rabbal Alamin
Jakarta 19/2/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar