MUSLIM YANG MULIA
13. Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(al-Hujurat:13)
Taqwa (bentuk invinitive berarti: “wiqayyah” ) dalam pengertian
bahasa adalah menjaga sesuatu dari yang menyakiti dan yang membahayakannya.
Dalam kaitan kehidupan manusia berarti sebuah upaya untuk menjadikan diri
seseorang dalam keadaan selalu terpelihara dari sesuatu yang menakutkan.
Pengertian ini sekaligus menggambarkan tentang hakikat dan esensi taqwa.
Dalam kondisi tertentu “takut” di sebut taqwa. Juga sebaliknya,
sesuai dengan konteksnya, taqwa disebut takut. Maka dalam istilah syar’i taqwa
di lukiskan sebagai upaya menjaga diri dari sesuatu yang menimbulkan dosa,
yaitu dengan jalan menimbulkan apa saja yang dilarang Allah, bahkan
meninggalkan sesuatu, yang sebenarnya tidak di larang, karena semata mata takut
terjerumus ke dalam sesuatu yang di larang atau dosa.(Al-Raghib Al-Ashfani,
Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an). Memang perbuatan dosa bukan hanya
membahayakan pelakunya tetapi juga membahayakan orang lain.
Sedangkan Al-Jurjani (Kitab Al-Ta’rifat) menyebutkan Taqwa
diartikan sebagai tindakan melindungi. Berarti Taqwa itu merupakan upaya
pembentengan diri, dengan ketaatan yang total kepada Allah, dari segala bentuk
hukuman – Nya. Disini posisi taqwa menjadi benteng yang dapat melindungi dari
segala sesuatu yang menyebabkan seseorang terkena hukuman (uqubah), baik yang
menyangkut sesuatu yang harus dilakukan atau sesuatu yang harus ditinggalkan.
Selanjutnya Al-Jurjani menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan taqwa dalam taat
adalah ikhlas. Sedangkan yang dimaksud dengan taqwa terhadap ma’siat adalah
meninggalkan ma’siat dan waspada terhadapnya.
Kalau kita lacak akar kata 'taqwa'
dalam bahasa Arab/Al-Qur'an, ia berasal dari kata 'waqaa-yaqii-wiqaayatan'. Ada
pepatah bahasa Arab dalam hal ini yaitu "al-Wiqaayatu khayrun min
al-'ilaaj" (Sikap berhati-hati/menjaga kesehatan lebih baik dari pada
pergi ke dokter). Jadi makna 'taqwa' dari akar kata bahasa Arabnya adalah
'sikap berhati-hati menjaga diri dari perbuatan dosa sekecil apapun, apalagi
dosa besar. Misalnya bagaimana kita yang hidup di kota besar dan bebas seperti
Hongkong ini harus 'taqwa', artinya menjaga diri dan berhati-hati dari segala
sesuatu yang membuat kita berdosa, seperti ingin coba makan babi, minuman
keras, atau lain-lain.
Setelah saya perhatikan
sayapun menemukan berbagai macam pendapat dan definisi makna dari kata TAQWA
ini sbb :
1. Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara.
2. Taqwa itu berarti takut, tapi tidak persis seperti takut. Katanya sudah ada kata lain di Al Qur?an untuk kata takut, yaitu ?khasyiya? dan ?khawf?. (Saya sendiri baru tahu hal ini.) Jadi artinya taqwa bukan semata-mata takut.
3. Taqwa itu mengetahui dengan akal, memahami dengan hati dan melakukan dengan perbuatan..
4. Ada yang membagi dalam 2 Definisi Taqwa = 1. Hati-hati 2. Meninggalkan yang tidak berguna
5. Taqwa : merupakan kosekuensi logis dari keimanan yang kokoh yang dipupuk dengan murrukobatullah, merasa takut terhadap murka dan azab-Nya dan selalu berharap atas limpahan karuni dan magfir-Nya.
6. Taqwa : hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu didalam perintah-perintah-Nya.
7. Ada yang bilang ; Taqwa terambil dari akar kata yang berarti menghindar. Perintah untuk bertaqwa berarti perintah untuk menghindarkan siksa dan ancaman Allah.
8. Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
9. Dan lain-lain, berbagai persepsi orang tentang makna arti kata TAQWA secara pas dalam Al Quran..
1. Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara.
2. Taqwa itu berarti takut, tapi tidak persis seperti takut. Katanya sudah ada kata lain di Al Qur?an untuk kata takut, yaitu ?khasyiya? dan ?khawf?. (Saya sendiri baru tahu hal ini.) Jadi artinya taqwa bukan semata-mata takut.
3. Taqwa itu mengetahui dengan akal, memahami dengan hati dan melakukan dengan perbuatan..
4. Ada yang membagi dalam 2 Definisi Taqwa = 1. Hati-hati 2. Meninggalkan yang tidak berguna
5. Taqwa : merupakan kosekuensi logis dari keimanan yang kokoh yang dipupuk dengan murrukobatullah, merasa takut terhadap murka dan azab-Nya dan selalu berharap atas limpahan karuni dan magfir-Nya.
6. Taqwa : hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu didalam perintah-perintah-Nya.
7. Ada yang bilang ; Taqwa terambil dari akar kata yang berarti menghindar. Perintah untuk bertaqwa berarti perintah untuk menghindarkan siksa dan ancaman Allah.
8. Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
9. Dan lain-lain, berbagai persepsi orang tentang makna arti kata TAQWA secara pas dalam Al Quran..
Suatu hari, seorang sahabat
bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau
menjelaskan bahwa taqwa itu adalah
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia
3. Ridho dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rizki. Bila mendapat rizki yang banyak, siapa pun akan ridho tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disadari adalah bahwa rizki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk "perjalanan panjang", maksudnya adalah hidup sesudah mati.
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia
3. Ridho dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rizki. Bila mendapat rizki yang banyak, siapa pun akan ridho tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disadari adalah bahwa rizki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk "perjalanan panjang", maksudnya adalah hidup sesudah mati.
Maksud Taqwa Sejati
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.(Ali Imron:102)
Telah berkata Asy Syaikh Sholih Fauzan hafidhohulloh : ( حَقَّ تُقَاتِهِ
) maknanya bahwa manusia, janganlah dia meninggalkan sesuatu dari
perkara-perkara yang Alloh Ta'ala telah perintahkan melainkan dia telah
mengerjakannya dan bahwa janganlah dia mengerjakan sesuatu dari perkara-perkara
yang Alloh Ta'ala telah larang dengan sebab dia menjauhi semua apa-apa yang
Alloh telah larang.(wujuubu tatsabut minal akhbar 3)
Penafsiran Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu tentang ( اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ) Bahwa Alloh itu ditaati dan
jangan dimaksiati, Alloh diingat dan jangan dilupakan dan nikmatNya disyukuri
dan jangan dikufuri (sanadnya shohih dan atsar
ini mauquf kepada beliau, riwayat Ibnu Mardawaih dan Ibnu Abi Hatim di dalam
tafsirnya dan Hakim dalam mustadrak 2/294) mauquf bukan marfu',dan telah
berkata Ibnu Katsir rohimahulloh dan yang nampak adalah mauquf, lihat zaadul
musiir li ibnil jauzy 1/431 surat Ali Imron, dan Ibnu Katsir 1/396.
Barangsiapa yang telah berbuat demikian maka sungguh dia telah
bertaqwa kepada Alloh Ta'ala dengan sebenar-benarnya taqwa.
Taqwa ditinjau dari sisi kemampuan sebab tidak seorangpun mampu
mengerjakan semua dari apa-apa yang Alloh Ta'ala perintahkan dan tidaklah
seorangpun mampu meninggalkan semua dari apa yang telah Alloh Ta'ala larang.
Oleh karena inilah QS. Ali Imron ayat 102 membuat para sebagian sahabat isykal
(mengganjal) lalu Alloh Ta'ala turunkan perkataannya :
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
"Maka bertaqwalah kepada Alloh semampu kalian".(QS. At
Taghobun : 16)
maka keberadaan ayat ini menjelaskan bagi perkataan Alloh Ta'ala :
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
"bertaqwalah kepada Alloh dengan sebenar-benarnya
taqwa".(QS. Ali Imron : 102)
Maka ketika manusia telah melaksanakan sesuai
dengan kemampuannya dari perintah-perintah Alloh Ta'ala dan telah berusaha
meninggalkan larangan-laranganNya, maka sesungguhnya Alloh Ta'ala mengampuni
terhadap apa yang dia tidak mampui, sebab Alloh Subhanahu tidaklah
membebani setiap jiwa melainkan sesuai kemampuannya dan ini termasuk rahmatNya
subhanahu wa Ta'ala terhadap hambanya dan bahwasannya Dia tidak membebani
mereka dengan sesuatu yang tidak mereka mampui.
Maka manusia apabila telah berusaha dengan
sekuat tenaga untuk taat kepada Alloh 'azza wa jalla dan telah berusaha sekuat
tenaga menjauhi dari apa-apa yang telah Alloh Ta'ala larang maka sesungguhnya
Alloh Ta'ala memaafkan atas apa-apa yang diluar kemampuannya.
Oleh karena ini Rosululloh sholallohu 'alaihi was salam berkata :
"apabila aku telah memerintah kalian dengan suatu perintah
maka datangilah (kerjakanlah) semampu kalian dan apa-apa yang kami telah larang
jauhilah".(riwayat Bukhori 4/7288, Muslim 3/ Juz 9 / hal.100-101).
Maka manusia dalam mengerjakan perintah sesuai dengan apa yang dia
mampui, adapun larangan dia harus menjauhi semuanya dikarenakan larangan itu
lebih mudah atas manusia.
Al-Qur’an Hidayah Bagi Muttaqin
2. Kitab[11] (Al Quran) ini
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang
ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16]
yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].(al-Baqarah:2-4)
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab
yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan
untuk ditulis.
[12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan
Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang
disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah
mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap
oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya
sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada
dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat,
hari akhirat dan sebagainya.
[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut
istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan
disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan
kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan
teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik
yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca
dan sebagainya.
[16] Rezki: segala yang dapat diambil
manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta
yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh
agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat,
anak-anak yatim dan lain-lain.
[17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum
Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti:
Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang
diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan
memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.
[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan
tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat
ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat
ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
Ciri Orang Bertaqwa
bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang
yang bertakwa.(AL-Baqarah:177)
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa yang dimaksud Surat Al-Baqarah ayat 177 mengandung pengertian tentang
takwa, yang di dalamnya mencakup keimanan, ibadah, akhlak, dan sosial. Sedang
nilai-nilainya, menurut para mufassir, berkisar empat hal, yaitu (1) keimanan
yang sejati dan murni (nilai keimanan), (2) menegakkan dan menjalankan
ritus-ritus (nilai ibadah), (3) menunjukan perbuatan baik dan kedermawanan
kepada manusia (nilai akhlak), serta (4) menjadi warga masyarakat yang baik dan
berpartisipasi terhadap kegiatan lembaga sosial-kemasyarakatan (nilai sosial).
Di samping itu, menurut mereka, orang yang mengaplikasikan ayat ini berarti ia
telah sampai pada keimanan yang sempurna, kebajikan dan ketakwaan yang menyeluruh.
Makna atau nilai ketaqwaan, merupakan bentuk aktualisasi dari ketaqwaan yang harus menjadi landasan perilaku seseorang berupa: nilai keimanan yang tinggi, kemuliaan akhlak, taat beribadah, dan kepedulian sosial yang tinggi. Sasarannya adalah orang mukmin yang beriman, bertaqwa, serta bermoral tinggi, melalui pembinaan pada sektor pendidikan agama dan sektor pendidikan moral. Pendidikan dan pembinaan dalam nilai-nilai ketaqwaan sangat dibutuhkan dalam kehidupan guna terbentuknya kepribadian yang muttaqin, yang bisa menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi ini, untuk menata, membina dan memakmurkan kehidupan dunia dalam rangka menjalankan ibadah kepada Allah Swt.
Makna atau nilai ketaqwaan, merupakan bentuk aktualisasi dari ketaqwaan yang harus menjadi landasan perilaku seseorang berupa: nilai keimanan yang tinggi, kemuliaan akhlak, taat beribadah, dan kepedulian sosial yang tinggi. Sasarannya adalah orang mukmin yang beriman, bertaqwa, serta bermoral tinggi, melalui pembinaan pada sektor pendidikan agama dan sektor pendidikan moral. Pendidikan dan pembinaan dalam nilai-nilai ketaqwaan sangat dibutuhkan dalam kehidupan guna terbentuknya kepribadian yang muttaqin, yang bisa menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi ini, untuk menata, membina dan memakmurkan kehidupan dunia dalam rangka menjalankan ibadah kepada Allah Swt.
Balasan Orang yang Bertaqwa
Diberikan furqon dan diampuni dosanya
Diberikan rahmat dan cahaya hidayah dari Allah
Diberikan jalan keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka
Dimudahkan dari segala urusan
Ditutup dari kesalahan dan digandakan pahala baginya
Mendapatkan berkah dari Allah
Jalan Menuju Taqwa
Muahadah ( Mengingat perjanjian dengan Allah)
Murokobatullah (Merasa kehadiran/kesertaan Allah)
3.Murrokobatullah dalam melaksanakan ketaatan : ikhlas
4.Murrokobatullah dalam kemaksiatan : taubat, penyesalan dan meninggalkanya
5.Murrokobatullah dalam hal yang mubah : menjaga adab-adab
terhadap Allah
6.Murrokobatullah dalam musibah : ridho kepada ketentuan Allah.
Muhasabah (Instropeksi diri)
Mu’aqobah (Pemberian sangsi)
Mujahadah (Optimalisasi)
Jakarta 31-1-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar