Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar al-Ghiffari Ra.: “Shalat itu
sebaik-baik perbuatan, baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu Majah)
Muqaddimah
Shalat merupakan bagian dari rukun Islam. Setiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan, wajib melaksanakan shalat bagi mereka yang telah aqil baligh.
Perintah shalat diberikan langsung oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw pada malam
isra mi’raj. Shalat menjadi tiang agama. Jika shalatnya rusak, amalan lain pun
tidak diterima Allah swt. Amalan pertama yang akan dimintai pertanggungjawaban
pada hari kiamat kelak adalah shalat.
Shalat lima waktu hukumnya wajib. Seharusnya, setiap muslim melaksanakan shalat tidak hanya sebatas
menggugurkan kewajiban, tetapi merupakan sebuah kebutuhan, baik rohani maupun
lahiriyahnya.
Selain shalat wajib, ada shalat sunnah. Shalat sunnah adalah
shalat yang dilakukan di luar ibadah shalat wajib. Kita pun dianjurkan untuk
melaksanakan shalat sunnah. Shalat wajib ibarat modal, sedangkan shalat sunnah
adalah keuntungannya.
Shalat sunah pun memiliki fadhilah atau manfaat, baik dalam urusan
dunia maupun akhirat. Salah satu fadhilahnya
adalah mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan pelakunya dicintai Allah
swt.
Shalat sunnah terdiri dari beberapa macam. Semua shalat sunnah
tersebut pernah dicontohkan dan dilakukan Nabi Muhammad saw sepanjang hidupnya.
Shalat sunnah itu ada dua macam:
1. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah
2. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan dilakukan secara berjamaah
2. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan dilakukan secara berjamaah
A. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah
1. Shalat Idul Fitri
2. Shalat Idul Adha
Ibnu Abbas Ra. berkata: “Aku shalat Idul Fithri bersama Rasulullah
SAW dan Abu bakar dan Umar, beliau semua melakukan shalat tersebut sebelum
khutbah.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan 2 raka’at. Pada rakaat pertama melakukan tujuh kali
takbir (di luar Takbiratul Ihram) sebelum membaca Al-Fatihah, dan pada raka’at
kedua melakukan lima kali takbir sebelum membaca Al-Fatihah.
3. Shalat Kusuf (Gerhana Matahari)
4. Shalat Khusuf (Gerhana Bulan)
Ibrahim (putra Nabi SAW) meninggal dunia bersamaan dengan
terjadinya gerhana matahari. Beliau SAW bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara
tanda-tanda (kebesaran) Allah SWT. Tidak terjadi gerhana karena kematian
seseorang, tidak juga karena kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila kalian
mengalaminya (gerhana), maka shalatlah dan berdoalah, sehingga (gerhana itu)
berakhir.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi SAW memerintahkan
seseorang untuk memanggil dengan panggilan “ashsholaatu jaami’ah” (shalat
didirikan dengan berjamaah). (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan dua rakaat, membaca Al-Fatihah dan surah dua kali setiap
raka’at, dan melakukan ruku’ dua kali setiap raka’at.
5. Shalat Istisqo’
Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW shalat istisqo’ dua
raka’at, seperti shalat ‘Id. (HR Imam Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan
Tirmidzi)
Tata caranya seperti shalat ‘Id.
6. Shalat Tarawih
Dari ‘Aisyah Rda., bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat di masjid
pada suatu malam. Maka orang-orang kemudian mengikuti shalat beliau. Nabi
shalat (lagi di masjid) pada hari berikutnya, jamaah yang mengikuti beliau
bertambah banyak. Pada malam ketiga dan keempat, mereka berkumpul (menunggu
Rasulullah), namun Rasulullah SAW tidak keluar ke masjid. Pada paginya Nabi SAW
bersabda: “Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan tadi malam, namun aku tidak
keluar karena sesungguhnya aku khawatir bahwa hal (shalat) itu akan difardlukan
kepada kalian.” ‘Aisyah Rda. berkata: “Semua itu terjadi dalam bulan Ramadhan.”
(HR Imam Muslim)
Jumlah raka’atnya adalah 20 dengan 10 kali salam, sesuai dengan
kesepakatan shahabat mengenai jumlah raka’at dan tata cara shalatnya.
7. Shalat Witir yang mengiringi Shalat Tarawih
Adapun shalat witir di luar Ramadhan, maka tidak disunnahkan
berjamaah, karena Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.
B. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjamaah
1. Shalat Rawatib (Shalat yang mengiringi Shalat
Fardlu), terdiri dari:
a. 2 raka’at sebelum shubuh
b. 4 raka’at sebelum Dzuhur (atau Jum’at)
c. 4 raka’at sesudah Dzuhur (atau Jum’at)
d. 4 raka’at sebelum Ashar
e. 2 raka’at sebelum Maghrib
f. 2 raka’at sesudah Maghrib
g. 2 raka’at sebelum Isya’
h. 2 raka’at sesudah Isya’
b. 4 raka’at sebelum Dzuhur (atau Jum’at)
c. 4 raka’at sesudah Dzuhur (atau Jum’at)
d. 4 raka’at sebelum Ashar
e. 2 raka’at sebelum Maghrib
f. 2 raka’at sesudah Maghrib
g. 2 raka’at sebelum Isya’
h. 2 raka’at sesudah Isya’
Dari 22 raka’at rawatib tersebut, terdapat 10 raka’at yang sunnah
muakkad (karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), berdasarkan
hadits:
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjaga (melakukan)
10 rakaat (rawatib), yaitu: 2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya,
2 raka’at sesudah Maghrib di rumah beliau, 2 raka’at sesudah Isya’ di rumah
beliau, dan 2 raka’at sebelum Shubuh … (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Adapun 12 rakaat yang lain termasuk sunnah ghairu muakkad,
berdasarkan hadits-hadits berikut:
a. Dari Ummu Habibah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa senantiasa melakukan shalat 4 raka’at sebelum Dzuhur
dan 4 raka’at sesudahnya, maka Allah mengharamkan baginya api neraka.” (HR Abu
Dawud dan Tirmidzi)
2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya ada yang sunnah
muakkad dan ada yang ghairu muakkad.
b. Nabi SAW bersabda:
“Allah mengasihi orang yang melakukan shalat empat raka’at sebelum
(shalat) Ashar.” (HR Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Huzaimah)
Shalat sunnah sebelum Ashar boleh juga dilakukan dua raka’at
berdasarkan Sabda Nabi SAW:
“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam
Bazzar)
c. Anas Ra berkata:
“Di masa Rasulullah SAW kami shalat dua raka’at setelah
terbenamnya matahari sebelum shalat Maghrib…” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Nabi SAW bersabda:
“Shalatlah kalian sebelum (shalat) Maghrib, dua raka’at.” (HR Imam
Bukhari dan Muslim)
d. Nabi SAW bersabda:
“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam
Bazzar)
Hadits ini menjadi dasar untuk seluruh shalat sunnah 2 raka’at
qobliyah (sebelum shalat fardhu), termasuk 2 raka’at sebelum Isya’.
Keutamaan Shalat Rawatib
Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha,
Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى
لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا
غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ
بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ. قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ فَمَا بَرِحْتُ أُصَلِّيهِنَّ بَعْدُ
“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat
sunnah yang bukan wajib, karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap
hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha
berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan
shalat-shalat tersebut.” [1]
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat sunnah rawatib,
sehingga Imam an-Nawawi mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama
dalam bab: keutamaan shalat sunnah rawatib (yang dikerjakan) bersama shalat
wajib (yang lima waktu), dalam kitab beliau Riyadhus Shaalihiin.
[2]
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:
- Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib lima waktu. [3]
- Dalam riwayat lain hadits ini dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dan memerinci sendiri makna “dua belas rakaat” yang disebutkan dalam hadits di atas[4], yaitu: empat rakaat sebelum shalat Zhuhur[5] dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya’ dan dua rakaat sebelum Subuh[6]. Adapun riwayat yang menyebutkan: “…Dua rakaat sebelum shalat Ashar”, maka ini adalah riwayat yang lemah[7] karena menyelisihi riwayat yang lebih kuat yang kami sebutkan sebelumnya. [8]
- Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang yang menjaga shalat-shalat sunnah rawatib dengan melaksanakannya secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami dan dikerjakan oleh Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, perawi hadits di atas dan demikian yang diterangkan oleh para ulama[9].
- Jika seseorang tidak bisa melakukan shalat sunnah rawatib pada waktunya karena ada udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-lain) maka dia boleh mengqadha (menggantinya) di waktu lain[10]. Ini ditunjukkan dalam banyak hadits shahih. [11]
- Dalam hadits ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan amal ibadah kepada Alah Ta’ala semata-mata.
- Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang dikerjakan secara kontinyu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun sedikit.” [12]
- Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan mengamalkan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah yang menjadikan mereka lebih utama dalam agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka.
2. Shalat Tahajjud (Qiyamullail)
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 79,
As-Sajdah ayat 16 – 17, dan Al-Furqaan ayat 64. Dilakukan dua raka’at-dua
raka’at 2. Shalat Tahajjud (Qiyamullail)
dengan jumlah raka’at tidak dibatasi.
Dari
Ibnu Umar Ra. bahwa Nabi SAW bersabda: “Shalat malam itu dua (raka’at)-dua
(raka’at), apabila kamu mengira bahwa waktu Shubuh sudah menjelang, maka
witirlah dengan satu raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim):
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَوْ لاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَوْ لاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami
kebaikan di dunia dan akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka. Ya
Allah, bagi-Mu puja dan puji. Engkau-lah penguasa langit dan bumi dan apa-apa
yang ada di dalam keduanya. Dan bagi-Mu pula puja dan puji, pancaran cahaya
langit dan bumi. Bagi-Mu-lah puja dan puji itu, karena hanya Engkau-lah Yang
Maha Besar, janji-Mu benar dan pertemuan dengan-Mu-pun benar pula. Firman-Mu
benar dan surga-Mu-pun benar. Neraka benar dan para Nabi juga benar serta Nabi
Muhammad saw juga benar dan hari kiamat itu benar. Ya Allah, kepada-Mu aku
berserah diri dan dengan-Mu aku percaya. Kepada-Mu aku bertawakkal dan
kepada-Mu aku akan kembali serta dengan-Mu aku rindu dan kepada-Mu aku
berhukum. Ampunillah dosa-dosaku apa yang telah aku lakukan sebelumnya maupun
yang terdahulu atau yang kemudian, yang kusembunyikan dan yang kunyatakan
dengan terang-terangan. Engkau-lah tuhan yang terdahulu dan yang kemudian.
Tiada Tuhan selain Engkau, tak ada daya dan upaya melainkan dengan-Mu ya Allah.
(HR. Bukhari-Muslim).
3. Shalat Witir di luar Ramadhan
Minimal satu raka’at dan maksimal 11 raka’at. Lebih utama
dilakukan 2 raka’at-2 raka’at, kemudian satu raka’at salam. Boleh juga dilakukan
seluruh raka’at sekaligus dengan satu kali Tasyahud dan salam.
Dari A’isyah Rda. Bahwasannya Rasulullah SAW shalat malam 13
raka’at, dengan witir 5 raka’at di mana beliau Tasyahud (hanya) di raka’at
terakhir dan salam. (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Beliau juga pernah berwitir dengan tujuh dan lima raka’at yang
tidak dipisah dengan salam atau pun pembicaraan. (HR Imam Muslim)
4. Shalat Dhuha
Dari A’isyah Rda., adalah Nabi SAW shalat Dhuha 4 raka’at, tidak
dipisah keduanya (tiap shalat 2 raka’at) dengan pembicaraan.” (HR Abu Ya’la)
Dari Abu Hurairah Ra., bahwasannya Nabi pernah Shalat Dhuha dengan
dua raka’at (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Ummu Hani, bahwasannya Nabi SAW masuk rumahnya (Ummu Hani)
pada hari Fathu Makkah (dikuasainya Mekkah oleh Muslimin), beliau shalat 12
raka’at, maka kata Ummu Hani: “Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih
ringan daripada shalat (12 raka’at) itu, namun Nabi tetap menyempurnakan ruku’
dan sujud beliau.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
5. Shalat Tahiyyatul Masjid
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah
seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk sehingga shalat dua raka’at.”
(HR Jama’ah Ahli Hadits)
6. Shalat Taubat
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah
seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat dua
raka’at dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia
Doanya :
اللهم إني ظلمت نفسي طلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفرلي بمغفرة من عندك
وارحمنيإنك أنت التواب الرحيم
Ya Allah, sesungguhnya aku telah
menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak...Dan tidak ada yang
dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau...Maka ampunilah aku dengan ampunan
dari sisi Engkau...Dan berilah rahmat/kasih sayang kepadaku...Sesungguhnya
Engkau Maha Penerima Taubat Lagi Maha Penyayang...
7. Shalat Tasbih
Yaitu
shalat empat raka’at di mana di setiap raka’atnya setelah membaca Al-Fatihah
dan Surah, orang yang shalat membaca: Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha
illallah wallaahu akbar sebanyak 15 kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua sujud,
duduk di antara dua sujud, duduk istirahah (sebelum berdiri dari raka’at
pertama), dan duduk tasyahud (sebelum membaca bacaan tasyahud) membaca sebanyak
10 kali (Total 75 kali setiap raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu Huzaimah)
Adapun cara kita melakukan sholat
tasbih sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab fikih ada dua cara, yaitu sebagaimana
berikut:
1. Melakukan sholat tasbih sebanyak empat rakaat, dimulai dengan takbir ikhrom setelah itu
membaca doa istiftah kemudian membaca surat alfatihah dan membaca surat kemudian membaca:
1. Melakukan sholat tasbih sebanyak empat rakaat, dimulai dengan takbir ikhrom setelah itu
membaca doa istiftah kemudian membaca surat alfatihah dan membaca surat kemudian membaca:
سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر لاحول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
Sebanyak 15 kali kemudian ruku’ dengan membaca
سبحان ربي العظيم وبحمده
Sebanyak 3 kali kemudian membaca
سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر لاحول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
Sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku membaca:
ربنا لك الحمد حمدا طيبا كثيرا مباركا ....الج
Kemudian membaca
سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر لاحول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
Demikian juga dalam sujud dan ketika bangun dari sujud, akan tetapi diperhatikan bahwa bacaan ini:
سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر لاحول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
.juga dibaca sebelum membaca tahiyyat ( tasyahud)
2. Setelah membaca takbir ikhrom dan doa iftitah membaca
سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر لاحول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
Sebanyak 15 kali kemudian membaca surat alfatihah dan surat kemudian membaca:
سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر لاحول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
Sebanyak 10 kali sebagaimana dalam cara yang pertama tadi, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam keadaan duduk istirahat (diantara dua sujud ) dan sebelum tasyahud tidak di anjurkan untuk membaca
سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر لاحول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
Cara yang kedua inilah menurut Iimam Ghozali yang paling baik.
6. Shalat Taubat
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah
seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat dua
raka’at dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia akan diampuni.” (HR Abu
Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain)
Doanya :
اللهم إني ظلمت نفسي طلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفرلي بمغفرة من عندك
وارحمنيإنك أنت التواب الرحيم
Ya Allah, sesungguhnya aku telah
menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak...Dan tidak ada yang
dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau...Maka ampunilah aku dengan ampunan
dari sisi Engkau...Dan berilah rahmat/kasih sayang kepadaku...Sesungguhnya
Engkau Maha Penerima Taubat Lagi Maha Penyayang...
8. Shalat Istikharah
Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Adalah Rasulullah SAW mengajari
kami Istikharah dalam segala hal … beliau SAW bersabda: ‘apabila salah seorang
dari kalian berhasrat pada sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di luar shalat
fardhu …dan menyebutkan perlunya’ …” (HR Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam
Muslim)
Do'anya
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ ، وَأَسْتَقْدِرُكَ
بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
الْعَظِيْمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبُ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنْ هَذَا الأَمْرَ
خَيْرٌ لِيْ فِي دِيْنِي وَمَعَاشِي
وَعَاقِبَةِ أَمْرِي عَاجِلَهُ وَآجِلَهُ فَاقْدِرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ، ثُمَّ
بَارِكْ لِي فِيْهِ ، وَإِنْ كُنْتَ
تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ(sebutkan hajatnya ) شَرٌّ لِي فِي دِيْنِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي عَاجِلَهُ وآجِلَهُ فَاصْرِفْهُ عَنِّي
وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ ، وَاقْدُرهُ لِيْ الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ
، ثُمَّ ارْضِِى بِهِ
” Ya Allah! Aku mohon pemilihan Mu menerusi pengetahuan Mu dan aku mohon kekuatan Mu menerusi kudrat Mu serta aku minta pada Mu sebahagian dari limpah kurnia Mu yang sangat besar. Sesungguhnya Engkau amat berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau amat mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan sesungguhnya Engkau amat mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah kiranya Engkau mengetahui bahawa perkara ini adalah baik bagiku dalam urusan agama ku juga dalam urusan penghidupan ku serta natijah pada urusan ku, kini dan akan datang, maka tetapkan lah ia bagi ku dan permudahkanlah ia untukku, serta berkatilah daku padanya. Dan kiranya Engkau mengetahui bahawa perkara ini membawa kejahatan kepadaku dalam urusan agamaku, juga dalam urusan penghidupanku dan natijah urusanku, kini dan akan datang, maka elakkanlah ia dariku dan tetapkanlah kebaikan untukku sebagaimana sepatutnya, kemudian jadikanlah daku meredhainya. ”
” Ya Allah! Aku mohon pemilihan Mu menerusi pengetahuan Mu dan aku mohon kekuatan Mu menerusi kudrat Mu serta aku minta pada Mu sebahagian dari limpah kurnia Mu yang sangat besar. Sesungguhnya Engkau amat berkuasa sedangkan aku tidak berkuasa, Engkau amat mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui dan sesungguhnya Engkau amat mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah kiranya Engkau mengetahui bahawa perkara ini adalah baik bagiku dalam urusan agama ku juga dalam urusan penghidupan ku serta natijah pada urusan ku, kini dan akan datang, maka tetapkan lah ia bagi ku dan permudahkanlah ia untukku, serta berkatilah daku padanya. Dan kiranya Engkau mengetahui bahawa perkara ini membawa kejahatan kepadaku dalam urusan agamaku, juga dalam urusan penghidupanku dan natijah urusanku, kini dan akan datang, maka elakkanlah ia dariku dan tetapkanlah kebaikan untukku sebagaimana sepatutnya, kemudian jadikanlah daku meredhainya. ”
9. Shalat Hajat
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mempunyai hajat kepada
Allah atau kepada seseorang, maka wudhulah dan baguskan wudhu tersebut,
kemudian shalatlah dua raka’at, setelah itu pujilah Allah, bacalah shalawat,
atas Nabi SAW, dan berdoa …” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Doanya
لاََ إِلهَ إِ لاَّ اللهُ الحَلِيْمُ الكَريْمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ، الحَمْدُلله رَبِّ العَالَمِيْنَ، أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالعِصْمَةَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرِّ .وَالسَّلاَمَةَََََََ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لاَ تَدَعْ لِى ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمَّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةًَ هِيَ لَكَ ِرضًا إلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang MahaPenyantun lagi Maha Mulia, Maha suci Allah Tuhanpemelihara Arsy yang Agung, segala puji bagi Allah,Tuhan seluruh alam. KepadaMu aku memohon sesuatu yangmewajibkan rahmatMu dan sesuatu yang mendatangkankeampunanMu, serta terpeliharanya dosa-dosa,emmperoleh kebaikan pada tiap-tiap dosa, janganlahEngkau tinggalkan dosa pada diriku, melainkan Engkauampuni, dan kesusahan, melainkan Engkau beri jalankeluarnya, dan tidak pula suatu hjat yang mendapatkerelaanMu, melainkan Engkau kabulkan, wahai TuhanYang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
لاََ إِلهَ إِ لاَّ اللهُ الحَلِيْمُ الكَريْمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ، الحَمْدُلله رَبِّ العَالَمِيْنَ، أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالعِصْمَةَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرِّ .وَالسَّلاَمَةَََََََ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لاَ تَدَعْ لِى ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمَّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةًَ هِيَ لَكَ ِرضًا إلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang MahaPenyantun lagi Maha Mulia, Maha suci Allah Tuhanpemelihara Arsy yang Agung, segala puji bagi Allah,Tuhan seluruh alam. KepadaMu aku memohon sesuatu yangmewajibkan rahmatMu dan sesuatu yang mendatangkankeampunanMu, serta terpeliharanya dosa-dosa,emmperoleh kebaikan pada tiap-tiap dosa, janganlahEngkau tinggalkan dosa pada diriku, melainkan Engkauampuni, dan kesusahan, melainkan Engkau beri jalankeluarnya, dan tidak pula suatu hjat yang mendapatkerelaanMu, melainkan Engkau kabulkan, wahai TuhanYang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
10. Shalat 2 rakaat di masjid sebelum pulang ke rumah
Dari Ka’ab bin Malik: “Adalah Nabi SAW apabila pulang dari bepergian,
beliau menuju masjid dan shalat dulu dua raka’at.” (HR Bukhari dan Muslim)
11. Shalat Awwabiin
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 25
Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat
setelah shalat Maghrib enam raka’at, maka diampuni dosa-dosanya, walaupun
sebanyak buih lautan.” (HR Imam Thabrani)
Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa
dari Abu Hurairah Ra. Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat enam raka’at
antara Maghrib dan Isya’, maka Allah mencatat baginya ibadah 12 raka’at.” (HR
Imam Tirmidzi)
12. Shalat Sunnah Wudhu’
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berwudhu, ia menyempurnakan
wudhunya, kemudian shalat dua raka’at, maka diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
13. Shalat Sunnah Mutlaq
Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar al-Ghiffari Ra.: “Shalat itu
sebaik-baik perbuatan, baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu Majah)
Dari Abdullah bin Umar Ra.: “Nabi SAW bertanya: ‘Apakah kamu
berpuasa sepanjang siang?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Dan kamu
shalat sepanjang malam?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bersabda: ’Tetapi aku puasa
dan berbuka, aku shalat tapi juga tidur, aku juga menikah, barang siapa tidak
menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits terakhir ini menunjukkan bahwa shalat sunnah bisa dilakukan
dengan jumlah raka’at yang tidak dibatasi, namun makruh dilakukan sepanjang
malam, karena Nabi sendiri tidak menganjurkannnya demikian. Ada waktu untuk
istirahat dan untuk istri/suami.
Keutamaan Shalat Sunnah
1. Menyempurnakan
shalat wajib dan menutupi kekurangannya.
Berdasarkan hadits marfu’ riwayat
Tamim Ad-Daari -Radhiyallahu ‘anhu-:
“Amal yang kali
pertama dihisab dari seorang hamba pada Hari Kiamat nanti adalah shalatnya.
Bila shalatnya sempurna, maka akan dituliskan pahalanya dengan sempurna. Bila
belum sempurna, maka Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman kepada para
malaikat-Nya, ‘Lihatlah apakah kalian mendapatkan hamba-Ku itu mengerjakan
shalat tathawwu’ sehingga dengannya kalian menyempurnakan shalat wajibnya?’
Demikian juga dengan zakatnya, kemudian baru amal perbuatan lain dihisab
menurut ukuran tersebut.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
Ahmad)
2. Mengangkat
derajat seseorang dan menghapuskan kesalahannya.
Berdasarkan hadits Tsauban maula
Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, dari Nabi bahwa beliau bersabda:
“Hendaknya kalian
banyak-banyak bersujud. Sesungguhnya apabila kalian bersujud kepada Allah
sekali saja, akan Allah angkat satu derajat kalian dan akan Allah hapuskan satu
kesalahan kalian.” (HR. Muslim)
3. Memperbanyak
shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuknya seorang hamba ke dalam Surga,
untuk menemani Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-.
Berdasarkan hadits Rabi’ah bin
Ka’ab Al-Aslami -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa ia bercerita, “Aku pernah menginap
di rumah Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-. Aku membawakan air wudhu
dan keperluan beliau. Beliau berkata, ‘Mintalah sesuatu.’ Aku menjawab, ‘Aku
ingin menjadi orang yang menemanimu di Surga.’ ‘Atau ada permintaan lain?’
Tanya beliau. ‘Itu saja.’ Jawabku. Beliau -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-
bersabda:
“Bantulah aku
untuk memenuhi keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud..” (HR. Muslim)
4. Shalat sunnah
adalah amalan sunnah lahiriyah yang paling utama setelah jihad dan ilmu, baik
mempelajari maupun mengajarkannya.
Berdasarkan hadits Tsauban
-Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Istiqamahlah
kalian, dan kalian tidak akan pernah sempurna. Ketahuilah, sebaik-baik amalan
kalian adalah shalat. Tidak ada yang selalu menjaga wudhu selain orang
beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
5. Shalat sunnah
di rumah akan membawa keberkahan.
Berdasarkan hadits Jabir bin
Abdillah -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-
bersabda:
“Apabila salah
seorang di antaramu usai shalat di masjid, hendaknya ia menyisakan shalat untuk
dikerjakan di rumahnya. Karena Allah menjadikan kebaikan di rumahnya dengan
shalatnya tersebut.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits marfu’ dari
Zaid bin Tsabit -Radhiyallahu ‘anhu- yang berbunyi:
“Wahai manusia,
shalatlah kalian di rumah kalian, karena seutama-utama shalat seseorang adalah
di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam lafazh hadits Muslim:
“Hendaklah kalian
mengerjakan shalat di rumah kalian, karena sebaik-baik shalat bagi seseorang
adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits Ibnu Umar
-Radhiyallahu ‘Anhuma- dari Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, beliau
bersabda:
“Jadikanlah
sebagian dari shalat kalian untuk dilakukan di rumah kalian, dan jangan kalian
jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Shalat sunnah
dapat membuahkan kecintaan Allah kepada seorang hamba.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah
-Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda,
Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa
memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan peperangan kepadanya. Tidaklah seorang hamba
mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang lebih Aku sukai daripada amalan
yang telah Aku wajibkan atasnya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku
dengan ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintainya. Bila Aku telah
mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar,
menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang
dengannya ia memukul, dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Bila ia
meminta, pasti akan Aku berikan. Bila ia meminta perlindungan, pasti Aku beri
perlindungan. Tidak pernah Aku merasa bimbang sebagaimana ketika Aku mencabut
nyawa seorang mukmin yang tidak menyukai kematian, sementara Aku tidak ingin
menyakitinya.” (HR. Al-Bukhari)
Secara tekstual hadits di atas,
kecintaan Allah kepada seorang hamba akan muncul bila seorang hamba istiqamah
mengerjakan kewajibannya dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya
melalui ibadah-ibadah sunnah setelah melaksanakan yang wajib, baik berupa
shalat, puasa, zakat, haji atau ibadah lainnya.
7. Meningkatkan
rasa syukur seorang hamba kepada Allah -’Azza wa Jalla-.
Berdasarkan hadits Aisyah
-Radhiyallahu ‘Anha- bahwa Nabi -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- biasa melakukan
shalat malam hingga telapak kaki beliau bengkak. Aisyah bertanya, “Wahai
Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu, padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosamu yang terdahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak
bersyukur?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Mughirah bin Syu’bah
-Radhiyallahu ‘anhu- juga meriwayatkan bahwa ia bercerita, Rasulullah biasa
melakukan shalat malam hingga kedua telapak kakinya bengkak-bengkak. Ada orang
bertanya, “Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu maupun
yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh
menjadi hamba yang banyak bersyukur?”
(Dikutip dari buku Himpunan Dan Tata Cara Shalat Sunnah Sesuai
Tuntunan Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- karya Dr. Sa’id bin Ali bin
Wahf Al-Qahthani. Diterbitkan oleh Pustaka At-Tibyan – Solo)
Footnote:
[1] HSR Muslim (no. 728).
[2] Riyadhus Shalihin
(bab no. 195, hal. 1409).
[3] Lihat keterangan Imam an-Nawawi dalam Shahih Muslim (1/502).
[4] Lihat keterangan syaikh al-’Utsaimin dalam Syarh Riyadhish Shaalihiin (3/282).
[5] Dikerjakan dua raka’at – salam dan dua raka’at – salam (ed)
[6] HR an-Nasa-i (3/261), at-Tirmidzi (2/273) dan Ibnu Majah
(1/361), dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shahih sunan Ibnu Majah
(no. 935).
[7] Dinyatakan lemah oleh syaikh al-Albani dalam Dha’iful Jaami’ish Shagiir (no. 5672).
[8] Lihat kitab Bughyatul Mutathawwi’
(hal. 22).
[9] Lihat misalnya kitab Faidhul Qadiir
(6/166).
[10] Demikian keterangan yang kami dengar langsung dari guru kami
yang mulia, syaikh Abdul Muhsin al-’Abbaad, semoga Allah menjaga beliau.
[11] Lihat kitab Bughyatul Mutathawwi’
(hal. 29, 33-34).
[12] HSR al-Bukhari (no. 6099) dan Muslim (no. 783).
Jakarta 28-1-2011
ALLAHU AKBAR...
BalasHapusalhamdulillah
BalasHapus