A . ‘Aqidah Asy ‘ariyah
Ajaran
–ajaran yang dikembangkan oleh Imam al – Asy’ariyah tidak lepas dari factor
belakang beliau , terutama ajran –ajaran yang diberikan oleh gurunya , al –
Jubbai seorang tokoh Mu’azilah yang termuka , kemudian beliau meninggalkan
keyakinan –keyakinan yang Iama menuju keyakinan yang baru dengan mendukung
kelompok hadist . Jadi corak pemikiran beliau pada akhirnya merupakan perpaduan
antara pemahaman Mu’tazilah dengan ahli Hadist .
“Asy’ari adalah sebagai tokoh dan
ulama kalam yang punya pemikiran yang berbeda dengan ulama –ulma kalam lainnya
diman perbedaan tampak pada dirinya adalah sikapmengutamakan wahyu dan sunnah
dari kekuatan berpikir /rasio dan logika , justru itulah aliran yang dibentuk
dinamakan ahlusunah wal jama’ah diman aliran ini menerima dan mepercayai
sepenuhnya hadist –hadist shohih tanpa interprestasi dan pilihan “[1]
. 1
Dengan
kata lain , kaum Asy ‘ariyah lebih mengutamakan kekuatan wahyu dan sunah adlam
memahami persoalan ‘ aqidah dari pada kekuatan akal , sunggahpun peran akal
tetap menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan .
B.. Fungsi Akal Dan Wahyu
Aliran Asy’ ariyah , al – Asy ‘ari
sendiri menolak sebagian besar pendapat kaum Mu ‘tazilah tentang fungsi akal
dan wahyu . Dalam pendapatnya sgala kewajiban manusi hanya dapat
diketahuimelalui wahyu . Akal tak dapat membut sesuatu menjadi wajib dan tak
dapat mengetahui bahwa
Mengerjakan yang baik dan menjahui
yang buruk adalah wajib bagi manusia . Benar akal dapat mengetahui Tuhan , tetapi wahyulah yang mewajibkan orang mengetahui Tuhan danberterima kasih
kepada Tuhan . Dengan wahyu dapat diketahui bahwa kepatuhan Tuhan akan diberi
balasn dan yang menentang kepadaNya akan dihukum .
“Menurut al Baghdadi akal dapat
mengetahui Tuhan , tetapi tidak dapat mengatahui kewajiban berterima kasih
kepada Tuhan , karena segala kewajiban dapat diketahui hanya melalui wahyu “[2]
“Al – Ghazali , seperti al – Asy
‘ari dan al – Baghdadi juga berpendapat bahwa akal tak dapat membawa kewajiban
–kewajiban bagi manusia ;kewajiban ditentukan olrh wahyu “ [3].3
“ . . . , bagi al Ghazali , ialah
perbuatn yang sesuai dengan tujuan di masa depan yaitu di akhirat ;
Jelasnya
perbuatan yang oleh wahyu ditentukan baik “[4] .
“Adapun soal mengetahui Tuhan , maka
uraian al – Ghazali bahwa wujud Tuhan dapat diketahui melalui pemikiran tentang
yang bersifat dijadikan , mengandung arti bahwa soal itu dapat diketahui dengan
akal “[5]
Dari
uraian diatas dapatlah kiranya disimpulkan bahwa –
Fungsi
wahyu lebih banyak berperan dari pada peran akal . Sekalipun demikian akal bagi
aliran ini tetap dihargai .
Bila
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Wahyu
bagi kaum Asy ‘ariyah mempunyai peran : dapat mengtahui kewajiban Tuhan ,
dapatmengatahui baik dan jahat dapat mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik
serta menjauhi yang jahat .
2.
Akal
bagi aliran in mempunyai peran dapat mengetahui Tuhan .
C. Keadilan Tuhan
Aliran Asy ‘ ariyah dalm memahami
keadilan Tuhan adalah dengan kemutlakn kehendak dan kekuasan Tuhan , sehingga
apapun yang diperbuat oleNya adalah bersfat sangat adil , sungguhpun dipandang
akal tidak sesuai dan tidak adil . Keadilan Tuhan tidak selamanya mesti sesuai
dengan akal manusia dan hak-hak serta keawjiban –kewajiban manusia .
“ . . . , keadilan mereka artikaa
menempatkan sesuatupada tempat yang sebenarnya , yaitu mempunyai kekuasaan
mutlak terhadap harta yang dimiliki serta mempergunaknnya sesuai dengan
kehendak dan pengetahuan pemilik “[6]
Dengan kat lain , Tuhan bebas
berbuat apa saja yang dikendaki , sungghpun bertentangn denngan akl dan inilah
meadilan bagi aliran ini . Boleh saja manusiaadalah tercipta dan miliknya .
. “Al – Asy’ari sendiri berpendapat
bahwa Tuhantidaklah berbuat salah kalau memasukkan seluruh manusia kedalam sorga dan tidaklah bersifat zalim jika Ia
memasukkan seluruh manusia ke dalam neraka “[7]
“Sebagi kata al Ghazali , Tuhan
memberikan upah kepada manusia , jika yang demikian dikehendaki – Nya , dan
memberikan hukuman , jika itu pula yang dikehendaki-Nya , bahkan menghancurkan
manusia , jika demikianlah yang dikehendaki-Nya “[8]
. 8
Sungghpun demikian , Tuhan tetap
bersifat adil . Jadi jelas bahwa keadilan Tuhan menurut aliran ini adlah
didasarkan kemutlakan kehendak dan kekuasaan Tuhan terhadap makhluk-Nya .
Keadilan
Tuhan menurut faham diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Tuhan
bebas berbuat sesuatu terhadapmakhluk Nya sesuai dengan kehendakNya .
2.
Keadilan
Tuhan tidak dipandang menurut kepentingan dan akal manusia , tetapi menurut
kehendak dan kekuasaanNyayang mutlak .
3.
Semua
perbuatan Tuhan tidak dapat dikatakan zalim , jika yang demikian dikehendakiNya
, sungguhpun bertentangan dengan akal manusia .
D. Sifat –sifat Tuhan
Aliran Asy’ariyah memahami sifat-
sifat Tuhan itu memang mengakui keberadaannya sebagaimana yang tertera dalam al
– Qur’an dan maeyakini bahwa sifat- sifatNya qadim .
Sifat
–sifat yang dimiliki oleh makhluknya tidak dapat menyerupai sifat –sifat Tuhan
, karena Tuhanlah yang memberikan sifat –sifat manusia .
“Al –Asy ‘ari dalm pada itu mengakui
sifat –sifat Tuhan yang tersebut yang sesuai dengan zat Tuhan sendiri , dan
sama sekali tidak menyerupai sifat –sifat mahkluk . Tuhan mendengar , tetapi
tidak seperti kita mendengar dan seterusnya “[9]
“ Al – Ghazali , seperti al- Asy’ari
tetap mengakui bahwa Tuhan mempunyai sifat –sifat qadim yang tidak idantik
dengan zat Tuhan dan mempunyai wujud diluar zat “[10]
“ Uraian –uraian ini mempunyai
membawa faham banyak yang kekal , dan untuk mengatasinya kaum Asy ‘ariyah mengatakan bahwa sifat –sifat itu
bukanlah Tuhan , tetapi tidak pula lain dari dari Tuhan “ [11]
Tuhan bersifat mendengar dan
setrusnya adalah bersifat qadim dan mempunyai sifat tersendiri . Sifat
–sifatNya tidak sama dengan zat Tuhan sebagaiman faham Mu;tazilah . Sekalipun
sifat –sifat Tuhan itu banyak dan kekal serta bukan berarti menjadi banyak
Tuhan , sebab sifat –sifat Tersebut
Tidak lain dari Tuhan
dan tidak membawa kepada faham banyak kekal .
“ Mustahil kata al – Asy ‘ari Tuhan
mengetahui dengan zatNya , karena dengan
demikian zatNya adalah pengetahuan dan Tuhan sendiri adalah pengetahuan “[12]
Tampak jelas bahwa pengetahuan
adalah zat Tuhan sebagaiman yang dikatakan kaum Mu’tazilah tidak dapat diterima
oleh Asy ‘ari , karena Tuhan bukan pengetahuan tetapi Tuhan adalah Yang Maha
Mengetahui .
Untuk mengetahui lebih jelas ,
kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut Kaum Asy ‘ ariyah dalam memahami
sifat- sifat Tuhan :
- Tuhan mempunyai sifat-sifat wajib , mustahil dan jaiz .
- Sifat-sifat tersebut tidak lain dari Tuhan sendiri dan mempunyai wujud tersendiri .
- Sifat –sifat tidak dapat diserupai dengan makhluk lain .
- Tuhan mempunyai sifat –sifat tersebut , semuanya qadim yang tidak serupa dengan zat Tuhan .
- Sifat –sifat Yuhan bukanlah Tuhan , tetapi tidak pula lain dari – Nya .
___________
ABI NAUFAL
JAKARTA 1991
[1]
Hasbullah Bakri , Di sekitar Filsafat
Scholastik Islam , ( Jakarta : Tinta Mas
, 1973) , h . 24 .
[2] Harun
Nasution , ibid . , h . 82
[3] Ibid . ,
h . 83 .
[4]
Muhammad al –Ghazali , Al – Iqtisad fi
al – I’tiqad , Ed . Dr . Ibrahim Agah Cubuku and Dr . Huseyyin Atay , (Ankara :5 ibid . , h. 15.
[5] ibid . ,
h. 15.
[6] Harun
Nasution ,ibid . , h . 125.
[7] Harun
Nasution , ibid . ,h . 126
[8]
Loc.cit.h.126
[9] Hanafi ,
ibid , .h 108 – 109
[10] Harun
Nasution , op . cit . ,h. 73
[11]
Ibid . , h .136
[12] Harun
Nasution , ibid . , h .6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar