ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)
1) مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم)
“Barang
siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang
yang melaksanakannya”
Muqaddimah
Al Quran sebagai kitab petunjuk bagi seluruh manusia
di sepanjang zaman. Luas bumi dan panjangnya masa diliputi oleh cahaya
matahari sedangkan cahaya petunjuk Al Quran bersinar selama kehidupan manusia
berlangsung. Allah swt dalam menjelaskan ruang lingkup risalah Nabi saw
berfirman:”Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui”. Surat Saba` ,ayat 28. Dengan
demikian risalah beliau saww dan Al Quran, ialah mendunia dan abadi. Umat
beliau mencakup seluruh manusia, tidak terbatas pada kelompok tertentu.
Dalam surat Al Furqaan, ayat 1 dikatakan: ”Maha Suci Allah yang
Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam”. Kitab yang merupakan petunjuk bagi
seluruh umat manusia mempunyai dua kriteria:
- Al Quran berbicara dengan bahasa dunia supaya dapat difahami oleh semua orang dan tidak ada jalan bagi mereka untuk beralasan bahwa bahasa Al Quran ialah tidak benar dan literaturnya asing bagi mereka.
- Kandungan Al Quran berguna untuk semua orang laksana air yang merupakan unsur penyebab kehidupan segala makhluk hidup di sepanjang masa.
Tujuan dakwah sebagai
komunikasi adalah memberi informasi tentang agama Islam, tujuan ini bukanlah
tujuan final. Perkembangan antara tabligh dan dakwah tidaklah berakhir dengan
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Tabligh dan dakwah itu terus berlangsung selama
masih berdiri langit dan bumi, untuk menyampaikan informasi mengenai agama
Islam, agar semua orang memperoleh pengetahuan tentang agama Islam dan mengerti
tentang Islam.
Sebagai bukti mengerti tidaknya umat
ini dengan Islam adalah akan terlihat mereka melakukan kebaikan dan
meninggalkan perbuatan tercela. Tidak hanya sebatas itu, akan tetapi kebaikan
itu juga akan berimbas kepada keluarga dan masyarakat. Adapun tujuan final dari
dakwah tersebut untuk mencapai keselamatan dan kesentosaan manusia di dunia ini
dan di akhirat nanti.
Makna Dakwah ?
Kata dakwah adalah
derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil,
mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (red. pelaku) adalah da’I yang berarti pendakwah.
Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai
orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya .
Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz
(2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang,
minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong,
menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.
Definisi dakwah dari literatur yang ditulis oleh
pakar-pakar dakwah antara lain adalah:
Dakwah adalah perintah mengadakan
seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang
benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (AboebakarAtjeh,1971:6)
Dakwah adalah menyeru manusia kepada
kebajikan dan petunjuk
serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat (Syekh MuhammadAl-KhadirHusain).
Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni).
Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni).
Dakwah adalah suatu aktifitas yang
mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran
Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti
(akhirat) (A. Masykur Amin)
Dari defenisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah
adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun non-muslim, dengan
cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian
ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di
dunia dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul
Karim Zaidan, adalah mengajak kepada
agama Allah, yaitu Islam.
Perintah Berdakwah
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)
وقال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم وهو يبعث الناس: (يَسُرُّوا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوْا مَعَسِّرِيْنَ) (رواه مسلم)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)
وقال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم وهو يبعث الناس: (يَسُرُّوا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوْا مَعَسِّرِيْنَ) (رواه مسلم)
“Hendaklah
kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan. Hendaklah kalian
menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat mereka lari, karena sesungguhnya
kalian diutus untuk memudahkan dan bukan untuk menyulitkan.”
Dakwah Bil Hikmah
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa maksud dari kata hikmah adalah wahyu
yang telah diturunkan oleh Allah berupa Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Selain pengartian kata hikmah denga kedua wahyu tersebut, M. Abduh
berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah dalam tiap – tiap
hal. Hikmah juga diartikan dengan ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi
memiliki banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu sesuai tempat
yang semestinya. Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang
memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Selain itu
Al-Zamaksyari mengartikan kata al-hikmah dalam al-Kasyaf dengan sesuatu yang
pasti benar. Al-Hikmah adalah dalil yang menghilangkan keraguan ataupun
kesamaran. Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa al-hikmah juga diartikan
sebagai al-Qur’an yakni ajaklah manusia mengikuti kitab yang memuat al-hikmah.
Dakwah dengan al-Mau’idzah
al-hasana
Dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa berdakwah dengan al-mau’idzah al-hasanah
adalah mengajak manusia dengan memberikan motivasi dan juga penakutan atas
perbuatan buruk yang dilakuakan. Selain itu diartikan pula bahwa maksud dari al-mau’idzah
al-hasanah adalah ucapan yang lembut yang tidak mengandung kekerasan.
Dalam kitab zad al-Masir fi ‘ilmi al-Tafsir milik Jamal al-Din ‘Abdu al-Rahman al-Jauzi disebutkan
bahwa makna dari al-mau’idzah al-hasanah ada dua yang pertama adalah pelajaran
dari Al-Qur’an berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas dan yang kedua adalah adab
yang baik yang telah ma’ruf.
Sedangkan dalam tafsir al-Manaar diartikan bahwa al-Mau’idzah adalah bentuk isim dari
lafadz wa’adza yang artinya wasiat kepada kebenaran dan kebaikan juga wasiat
untuk menjauhkan diri dari kebatilan dan keburukan dengan jalan memberikan
motivasi dan penakut-nakutan dimana dengan hal itu akan msampai ke hati yang
diberi wasiat yang akan menjadikan orang tersebut mengerjakan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.
Dakwah dengan Mujadalah yang Baik
Dalam pengerian bahasa kata mujadalah diambil dari kata jadala yang berarti
memintal, ataupun melilit. Kemudian kata tersebut diikutkan pasda wazan faa’ala
menjadi kata jaadala yang berarti berdebat atau berbantahan dengan.
Secara istilah kata mujaadalah
memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi
mujadalah berarti upaya untuk mengalahkan pendapat lawan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
b.Menurut tafsir Al-Nasafi kata
tersebut berarti berbantahan dengan jalan sebaik – baiknya antara lain denga
perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan perkataan yang kasar atau
dengan mempergunakan suatu perkataan yang bisa menyadarkan hati, membangunkan
jiwa dan menerangi akal pikiran.
Berdakwah dengan bil Hal
Akhlak di sini ialah perilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah dan sebagai alat untuk mencegah orang dari berbuat kemungkaran, atau juga yang mendorong orang lain berbuat ma’ruf, seperti membangun masjid, sekolah atau suatu perbuatan yang menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.
Dalam Al Quran masalah ini banyak disinggung antara lain dalam surat Al-A’raf ayat 199 yaitu sebagai berikut:
Artinya: Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Kemudian dalam Surat Luqman ayat 17 yaitu sebagai berikut:
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Selanjutnya dalam Surat Al-Ahqaf ayat 35 :
Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. - http://anacarlya.blogspot.com
Akhlak di sini ialah perilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah dan sebagai alat untuk mencegah orang dari berbuat kemungkaran, atau juga yang mendorong orang lain berbuat ma’ruf, seperti membangun masjid, sekolah atau suatu perbuatan yang menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.
Dalam Al Quran masalah ini banyak disinggung antara lain dalam surat Al-A’raf ayat 199 yaitu sebagai berikut:
Artinya: Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
Kemudian dalam Surat Luqman ayat 17 yaitu sebagai berikut:
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Selanjutnya dalam Surat Al-Ahqaf ayat 35 :
Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. - http://anacarlya.blogspot.com
Beberapa Keutamaan Dakwah:
- Dakwah menjadi utama karena ia adalah muhimmatur rusul (tugas para nabi dan rasul).
- Dakwah menjadi utama karena ia adalah ahsanul a’mal (sebaik-baik amal).
- Dakwah menjadi utama karena dengan berdakwah seorang muslim meraih pahala yang teramat besar (al-hushul ‘alal ajri al-azhim).
- Dakwah menjadi utama karena dapat menyelamatkan da’i dari azab Allah swt dan pertanggungjawaban di akhirat.
- Dakwah menjadi utama karena ia adalah jalan menuju khairu ummah (terbentuknya umat yang terbaik).
Ikhtitam
. مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أُمَّةٍ قَبْليِ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّوْنَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوْفٌ يَقُوْلُوْنَ ماَ لاَ يَفْعَلُوْنَ وَيَفْعَلُوْنَ ماَ لاَ يُؤْمَرُوْنَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإِيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلَ (رواه مسلم من باب الإيمان).
“Tidaklah
seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari umatnya
terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang melaksanakan
sunnahnya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi
setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka
mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang
berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa
yang berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin. Dan
siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin.
sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji
sawi (H. R. Muslim)”
Semoga kita dapat berdakwa sesuai
apa yang telah Allah tunjukkan kepada kita. Amin:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ
لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
"Ya Tuhanku, lapangkanlah
untukku dadaku, Dan mudahkanlah untukku urusanku, Dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku supaya mereka mengerti perkataanku”
Sumber:
1.Al-Qur’an Hadits 2. Tafsir Al-Qur’an
3.mari-dakwah.blogspot.com
4.istimroor-belajar.blogspot.com 5. anacarlya.blogspot.com
6.dakwatuna.com
Jakarta 14/1/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar