يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati
melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)”. (QS. Ali Imran: 102)
“Barang siapa yang mengucapkan: ‘Laa ilaaha illallah’ mengharapkan wajah
Allah lalu wafat setelah mengucapkannya maka dia masuk syurga, barang siapa
berpuasa satu hari mengharapkan wajah Allah lalu wafat ketika mengerjakannya
maka dia masuk syurga, barang siapa yang bersedekah dengan satu sedekah
mengharapkan wajah Allah lalu wafat ketika mengerjakannya maka dia masuk syurga.”(Al-Hadts)
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku
hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh” (Q.S.
Asy-Sy’araa: 83)
اللهم اجعل خير عمري أخره و خير عملي خواتيمه و خير أيامي يوم لقائك
“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik
umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan
(jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu (di
hari kiamat)” (H.R. Ibnus Sunny)
Muqaddimah
Sebaik-baik
umur adalah yang dipanjangkan umur tetapi penuh dengan taat kepada Allah dan
amal saleh. Seburuk-buruk umur adalah yang panjang umurnya tetapi penuh dengan
dosa dan maksiyat kepada Allah. Orang yang akan selamat di alam akhirat adalah
yang selamat di alam kubur. Orang yang selamat di alam kubur adalah orang yang
selamat ketika di akhir hidupnya. Akhir hidup yang baik sulit didapat jika kita
sehari-harinya tidak taat kepada Allah dan taat kepada Rasul. Oleh karena itu,
supaya akhir hidup kita menjadi baik (husnul-khatimah) maka mulai sekarang kita
harus menjadi orang yang taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan selalu
beramal saleh. Orang yang doanya akan dimakbul oleh Allah adalah mereka yang
beriman, taat, mengamalkan sunnah Rasul, banyak beramal saleh, banyak berjasa
kepada orang lain dan menjauhi dosa dan maksiyat kepada Allah. Mintalah kepada
Allah untuk akhir hidup kita yang baik dengan doa-doa para Nabi.
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati”. Kerana
itu kita jangan terlalu asyik dengan kehidupan dunia ini sehingga lalai dan
lupa akan akhirat, sedangkan akhirat itulah tempat kekal abadi.
Ada dua macam akhir hidup, yaitu akhir hidup yang baik atau husnul-khotimah
dan akhir hidup yang buruk atau su’ul-khotimah.
Husnul-khotimah adalah akhir kehidupan seseorang
yang beriman kepada Alloh dan percaya pada hari berbangkitnya manusia dengan
bermodalkan taqwa.
Sebenarnya
tanda-tanda orang yang mati dalam husnul khatimah itu boleh dilihat semasa
hayat atau hidup seseorang itu, iaitu mereka taat dan patuh kepada perintah
Allah Subhanahu Wataala dan menjauhi larangan-Nya, mengamalkan perkara
berkebajikan dan menjauhi kemaksiatan.
Tips Husnul
Khatimah
Maka di antara upaya yang bisa dilakukan hamba untuk
meraih husnul khatimah, adalah:
1. Menjaga iman dan tuntutannya berupa ketaatan dan
takwa kepada Allah. Hendaknya dia menjauhi benar-benar pembatal-pembatal iman
dan yang mengurangi kesempurnaannya dari berbagai maksiat. Dia bertaubat dari
segala dosa dan maksiat, khususnya syirik besar amaupun yang kecil. Di
antaranya dengan membaca doa yang diajarkan Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam,
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya.
Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui."
(HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih)
2. Berusaha sungguh-sungguh untuk
memperbaiki zahir dan batinnya. Niat dan tujuan amalnya untuk mewujudnya keshalihan
zahir dan batinnya tersebut. Sesungguhnya sunnah Allah Subhanahu wa Ta'ala
yang abadi bahwa pencari kebenaran akan diberi petunjuk memperolehnya,
diteguhkan di atasnya, dan ditutup hidupnya dengan kebenaran.
3. Senantiasa memohon dan berdoa
kepada Allah agar diwafatkan di atas iman dan takwa.
Adab Supaya Dikaruniai Husnul Khatimah
1. Sebaik-baik umur adalah umur yang panjang dan penuh dengan amal saleh. Dan seburuk-buruk umur menurut Allah adalah yang panjang umurnya tetapi diisi dengan dosa dan maksiyat kepada Allah.
1. Sebaik-baik umur adalah umur yang panjang dan penuh dengan amal saleh. Dan seburuk-buruk umur menurut Allah adalah yang panjang umurnya tetapi diisi dengan dosa dan maksiyat kepada Allah.
2. Keadaan
di akhir hayat seseorang bergantung
kepada amalan sehari-hari. Oleh karena itu, isilah hari-hari kita dengan
selalu meningkatkan iman dan amal saleh.
3. Selain berusaha untuk selalu meningkatkan ibadah fardhu dan sunnat, maka perlu memperbanyak amalan ihsan, yaitu amalan yang memberi kebaikan kepada orang banyak, baik berupa ajakan untuk kembali kepada Allah (dakwah ilallaah), menyebarkan ilmu, menyebarkan kasih sayang, menyebarkan amal saleh, dan selalu tawa shaubil wa tawaa shaubish-shabr.
4. Tidak meminta mati kacuali karena telah terjadi fitnah yang mengancam keselamatan diri dan agamanya.
5. Jangan sekali-kali berfikir untuk mengakhiri hidup dengan jalan pintas karena adanya tekanan hidup yang berat. Orang yang mengakhiri hidupnya dengan jalan pintas (bunuh diri) tidak akan diterima amalnya dan dipastikan dia akan masuk neraka.
6. Ajal adalah sebuah misteri, merupakan rahasia Allah. Bisa datang secepat kilat, tetapi bisa tidak datang-datang walaupun telah dinanti-nantikan setiap saat. Namun jika ajal telah datang, tidak bisa ditunda atau dimajukan walaupun sedetik.
7. Mendawamkan doa untuk dijadikan orang yang husnul-khatimah pada setiap akhir shalat fardhu.
8. Selalu menumbuhkan perasaan khauf dan rajaa (takut dan harap), yaitu takut akan tidak diampuninya dosa-dosanya dan berharap bahwa Allah itu Maha Rahman dan Rahim yang akan selalu memberikan rahmat kepada orang-orang yang dikehendakinya.
9. Ketika sudah ada tanda-tanda kan dipanggil oleh Allah, perbanyaklah membaca kalimat thayyibah, karena siapa yang ucapan terakhirnya adalah Laa Ilaaha illallah orang itu dijamin masuk sorga.(sedekahdoa.wordpress.com)
3. Selain berusaha untuk selalu meningkatkan ibadah fardhu dan sunnat, maka perlu memperbanyak amalan ihsan, yaitu amalan yang memberi kebaikan kepada orang banyak, baik berupa ajakan untuk kembali kepada Allah (dakwah ilallaah), menyebarkan ilmu, menyebarkan kasih sayang, menyebarkan amal saleh, dan selalu tawa shaubil wa tawaa shaubish-shabr.
4. Tidak meminta mati kacuali karena telah terjadi fitnah yang mengancam keselamatan diri dan agamanya.
5. Jangan sekali-kali berfikir untuk mengakhiri hidup dengan jalan pintas karena adanya tekanan hidup yang berat. Orang yang mengakhiri hidupnya dengan jalan pintas (bunuh diri) tidak akan diterima amalnya dan dipastikan dia akan masuk neraka.
6. Ajal adalah sebuah misteri, merupakan rahasia Allah. Bisa datang secepat kilat, tetapi bisa tidak datang-datang walaupun telah dinanti-nantikan setiap saat. Namun jika ajal telah datang, tidak bisa ditunda atau dimajukan walaupun sedetik.
7. Mendawamkan doa untuk dijadikan orang yang husnul-khatimah pada setiap akhir shalat fardhu.
8. Selalu menumbuhkan perasaan khauf dan rajaa (takut dan harap), yaitu takut akan tidak diampuninya dosa-dosanya dan berharap bahwa Allah itu Maha Rahman dan Rahim yang akan selalu memberikan rahmat kepada orang-orang yang dikehendakinya.
9. Ketika sudah ada tanda-tanda kan dipanggil oleh Allah, perbanyaklah membaca kalimat thayyibah, karena siapa yang ucapan terakhirnya adalah Laa Ilaaha illallah orang itu dijamin masuk sorga.(sedekahdoa.wordpress.com)
Tanda Kematian Khusnul Khatimah
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya,
maka Dia memperkerjakannya?” Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah
memperkerjakannya?’ Beliau menjawab, ”Allah memberinya taufiq untuk beramal
shalih sebelum kematiannya.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, Imam al-Hakim
menshahihkannya dalam al-Mustadrak. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam
Al-Shahihah, no. 1334)
[1] Mengucapkan syahadat menjelang kematiannya, [2] Meninggal dalam keadaan
berkeringat di dahi (keningnya), [3] Meninggal pada malam Jum’at atau siangnya,
[4] Mati syahid di medan jihad, [5] Mati sebagai tentara di jalan Allah, [6]
Meninggal dengan sebab sakit tha’un (pes/sampar), [7] Meninggal dengan sebab
sakit perut, [8] Meninggal karena tenggelam, [9] Meninggal karena keruntuhan
bangunan, [10] Seorang wanita yang meninggal di dalam masa nifasnya yaitu
meninggal karena melahirkan anaknya, [11] Meninggal dengan sebab terbakar, [12]
Meninggal dengan sebab sakit dzatul jambi (radang selaput dada), [13] Meninggal
dengan sebab sakit paru-paru (TBC), [14] Meninggal dalam rangka mempertahankan
harta yang akan dirampas, [15-16] Meninggal dalam rangka mempertahankan agama
dan jiwa, [17] Mati sebagai murabith (pasukan yang berjaga di daerah
perbatasan) di dalam perang di jalan Allah, [18] Meninggal di atas amalan
shalih.
Mengapa Su’ul Khatimah ?
Seorang muslim yang beriman dengan betul-betul pasti
akan takut mati su'ul khatimah. Karenanya, dia berusaha mencari tahu
sebab-sebab yang bisa melindunginya dari kondisi tersebut, lalu berlindung di
belakangnya.
Dalam kenyataan, ada sebagian orang terlihat sebagai
seorang muslim yang rajin ibadah, namun akhir hayatnya ditutup dengan su'ul
khatimah, Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari kondisi ini. Berikut ini
beberapa sebab yang bisa menyebabkan seseorang meninggal su'ul khatimah:
Pertama, rusaknya aqidah walaupun disertai dengan
kezuhudan dan keshalihan
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan
kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS.
Al-Kahfi: 103-104)
Siapa saja yang meyakini akidah yang berseberangan
dengan akidah yang shahih, baik atas penalarannya sendiri atau mengambil dari
orang yang berakidah batil, maka tetap berada dalam lingkup bahaya. Kezuhudan
dan keshalihan tidak sedikiitpun membawa manfaat baginya. Dan sesungguhnya yang
bisa mendatangkan kebaikan pada dirinya adalah akidah yang benar, yang sesuai
dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wasallam.
Karena akidah dalam Islam tidak dianggap kecuali yang berasal dari keduanya.
Kedua, terus menerus bermaksiat
Orang yang terbiasa melakukan kemaksiatan-kemaksiatan
maka akan terekam dalam batinnya. Dan semua tindakan yang terekam selama
hidupnya akan teringat kembali saat kematian menjemput.
الْمَعَاصِيْ بَرِيْدُ الْكُفْرِ كَمَا أَنَّ الْقُبْلَةَ بَرِيْدُ الْجِمَاعِ وَالْغِنَاءَ بَرِيْدُ الزِّنَا وَالنَّظَرَ بَرِيْدُ الْعِشْقِ وَالْمَرَضَ بَرِيْدُ الْمَوْتِ
“Maksiat adalah pengantar menuju kekafiran
sebagaimana halnya ciuman pengantar menuju jimak, nyanyian adalah pengantar
menuju zina, pandangan adalah pengantar menuju kerinduan, dan sakit pengantar menuju
kematian”. (Lihat Al-Jawab Al-Kafi (hal. 33) karya Ibnul Qoyyim)
Dan siapa yang tidak pernah melakukan kemaksiatan atau
pernah melakukannya lalu bertaubat, maka dia jauh dari bahaya ini. Sedangkan
orang yang banyak melakukan dosa sehingga jumlahnya lebih banyak dari
ketaatannya, dan dia tidak bertaubat darinya bahkan terus menerus melakukannya,
maka ini akan menciderai dirinya. Karena banyaknya goresan dosa tersebut
menyebabkan ukiran dalam hatinya, sehingga dia kecanduan terhadapnya. Maka
ketika nyawanya dicabut dalam kondisi itu, maka itu menjadi sebab akhir
hidupnya yang buruk (su'ul khatimah).
Ketiga, sengaja tidak istiqamah (sengaja menyimpang)
Jika seseorang sebelumnya istiqamah, lalu berubah
kondisinya dan meninggalkan keadaan tadi, maka hal itu menjadi sebab dia
mengalami su'ul khatimah. Contohya: Bal’am bin Ba’ur yang telah Allah berikan
kepadanya ayat-ayat-Nya, lalu dia sengaja melepaskan diri darinya dikarenakan
cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya yang rendah, akhirnya dia
menjadi orang yang sesat dan celaka.
Contoh lainnya adalah pendeta Barshisha, seorang ahli
ibadah dari kalangan Bani Israil yang dibujuk syetan, “Kufurlah”. Ketika telah
kufur maka syetan berkata, “Sesungguhnya aku takut kepada Rabb, Tuhan semesta
alam.” Dia telah ditipu syetan untuk kufur. Maka ketika dia telah kafir, syetan
berlepas diri darinya karena takut akan menyertainya dalam adzab. Tapi hal itu
tidak bermanfaat baginya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
“Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya
keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan
orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hasyar: 17)
Keempat, lemah iman
Jika iman seseorang lemah, maka lemah pula rasa
cintanya kepada Allah Ta’ala. Sebaliknya, cintanya kepada dunia menguat dalam
hatinya sampai menguasai dirinya. Sehingga tidak tersisa lagi tempat untuk
mencintai Allah Ta’ala. Akibatnya, jiwanya tidak lagi merasakan terpengaruh
atas penyimpangan dirinya. Larangan berbuat maksiat tidak lagi berguna. Anjuran
untuk taat tidak lagi memiliki tempat dalam dirinya. Sehingga dia terjerembab
dalam kubangan syahwat dan melakukan berbagai perbuatan maksiat. Kegelapan dosa
telah menutupi hatinya. Sampai-sampai cahaya iman selalu dipadamkan olehnya.
Ketika datang sakaratul maut, maka kecintaan kepada Allah melemah dalam hatinya
ketika dia tahu akan berpisah dengan dunia yang dicintainya. Sedangkan
kecintaannya kepada dunia mengalahkan dirinya sehingga berat meninggalkannya.(voa-islam.com)
اللهم اختم لنا بحسـن الخاتمة ولا تختم علينا بسـوء الخاتمة
“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan husnul-khatimah
(akhir yang baik), dan jangan Kau akhiri hidup kami dengan suu-ul-khatimah
(akhir yang buruk)”
Jakarta 14/1/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar