وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ
“Dan segala sesuatu yang menimpa
kalian (berupa adzab dan bala’) adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah banyak memaafkan kalian.” (QS. Asy-Syuura: 30)
"Dan
peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya."(Al-Anfal:25)
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Tuhanmu
sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat
kebaikan dan perbaikan.” (QS.
Huud: 117)
لَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إلَّا الدُّعَاءُ
“Tidak ada
yang mampu menolak takdir kecuali doa.” (Shahiih
at-Targhiib wat Tarhiib: 1638)
Muqaddimah
Gempa, angin ribut, dan puting beliung, longsor,
banjir bandang, wabah flu burung, flu babi, dan yang teranyar adalah Tomcat (semut
beracun yang tadinya bersahabat dengan petani dalam membasmi hama, kini malah
menyerang manusia). Inilah serangkaian buah dari benih dosa dan maksiat yang
pernah kita tanam dengan tangan kita sendiri. Kita boleh lupa pernah menanam
“benih terlarang” itu. Hanya saja Allah tak pernah lupa apalagi tidur walau
sekejap.
وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ
“Dan segala sesuatu yang menimpa kalian (berupa adzab
dan bala’) adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah banyak
memaafkan kalian.” (QS. Asy-Syuura: 30)
Ada banyak ayat dalam Alquran yang menegaskan bahwa dosa dan maksiat, adalah biang kerok atas terjadinya musibah silih berganti yang menimpa peradaban manusia dari masa ke masa. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat: 751 H) mengatakan,
Ada banyak ayat dalam Alquran yang menegaskan bahwa dosa dan maksiat, adalah biang kerok atas terjadinya musibah silih berganti yang menimpa peradaban manusia dari masa ke masa. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat: 751 H) mengatakan,
فَمَا الَّذِيْ أَخْرَجَ الأَبَوَيْنَ مِنَ الْجَنَّةِ، دَارُ اللَّذَّةِ وَالنِّعْمَةِ وَالْبَهْجَةِ وَالسُّرُورِ إلَى دَارِ الآلَامِ والْأَحْزَانِ وَالْمَصَائِبِ؟
Apakah yang telah menyebabkan kedua orangtua kita
(Adam dan Hawa) dikeluarkan dari surga, negeri (yang penuh dengan) kelezatan,
kenikmatan, kebahagiaan dan kesenangan, menuju negeri penuh derita, kesedihan
dan musibah?
Kira-kira, manusia sekarang ini
mengidentifikasi “musibah” sebagai segala hal dahsyat, yang terjadi “di luar”
kehendak manusia dan menyebabkan kematian dan kesengsaraan banyak manusia. Pada
saat terjadinya “musibah” itu, manusia baru merasakan keprihatinan yang
mendalam. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, tetapi kebanyakan menyerahkan
kepada Yang Maha Tunggal. Sayangnya, “penyerahan” kepada Sang Kuasa tersebut
lebih bernuansa Su’ udz-Dzan atau Negative Thinking kepada-Nya.
Akhirnya, manusia sekarang ini pun
telah lebih jauh menyederhanakan makna dan “falsafah” atas pengertian
“musibah”. Manusia tidak lagi berpengertian bahwa, sebenarnya, musibah tidak
sesederhana “segala bencana yang di luar kehendak manusia”. Akibatnya,
sepertinya ada dua pilihan bagi kita : menerima sepenuhnya sebagai sebuah
kecelakaan alam murni, atau mengkaitkannya dengan kehendak Sang Kuasa. Pilihan
pertama sudah jelas, ia lebih banyak di-“imani” masyarakat Barat. Pilihan kedua
adalah pilihan yang hingga kini masih dipegang umat Islam. Hanya saja, pilihan
kedua ini masih berupa pemahaman yang global dan masih banyak umat Islam yang
belum dapat memahami bagaimana menyikapi makna musibah ini.
Pengertian
Musibah ?
Kata "musibah" berasal
dari bahasa Arab yang berarti setiap kejadian yang tidak disukai. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa musibah ialah kejadian / peristiwa
menyedihkan yang menimpa. Dalam hadits riwayat Bukhari rhm dan Muslim rhm
dinyatakan sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan sejumlah jenis musibah, antara
lain : rasa lelah, sakit, resah, sedih, derita, galau, hingga tertusuk sebuah
duri sekali pun.
Kata "Musibah" di dalam Al-Qur'an disebut secara eksplisit sebanyak sepuluh kali, yaitu : QS.2.Al-Baqarah : 156, QS.3.Aali 'Imraan : 165, QS.4.An-Nisaa : 62 dan 72, QS.5.Al-Maa-idah : 106, QS.9.At-Taubah : 50, QS.28.Al-Qashash : 47, QS.57.Al-Hadiid : 22, QS.42.Asy-Syuura : 30 dan QS.64.At-Taghaabun : 11. Sedang secara implisit sangat banyak sekali.
Kata "Musibah" di dalam Al-Qur'an disebut secara eksplisit sebanyak sepuluh kali, yaitu : QS.2.Al-Baqarah : 156, QS.3.Aali 'Imraan : 165, QS.4.An-Nisaa : 62 dan 72, QS.5.Al-Maa-idah : 106, QS.9.At-Taubah : 50, QS.28.Al-Qashash : 47, QS.57.Al-Hadiid : 22, QS.42.Asy-Syuura : 30 dan QS.64.At-Taghaabun : 11. Sedang secara implisit sangat banyak sekali.
Menurut Ahli tafsir Muhammad Husin Tabataba’i, dalam tafsirnya al-Mizan fi
Tafsir Al-Qur’an,Musibah
adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki.2
Menurut Prof. Quraish Shihab,Musibah pada mulanya berarti “sesuatu
yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu
buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang,
kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi boleh jadi apa yang kita anggap
buruk itu, sebenarnya baik, maka Al-Quran menggunakan kata ini untuk sesuatu
yang baik dan buruk (QS. Al-Baqarah : 216)
MemaknaiMusibah
Hakikat Musibah ada tiga macam, yaitu :
MemaknaiMusibah
Hakikat Musibah ada tiga macam, yaitu :
Pertama, Musibah sebagai UJIAN, yaitu
musibah yang menimpa orang-orang beriman yang soleh. Musibah tersebut untuk
menguji iman dan keyakinannya kepada Allah SWT. Jika dia hadapi tetap dengan
Syukur dan Sabar, maka ujian tersebut akan menjadi pensuci diri dan pengangkat
derajatnya di sisi Allah SWT. Setiap orang beriman pasti akan diuji oleh Allah
SWT sebagaimana firman-Nya dalam QS.29. Al-'Ankabut : 2, yang terjemahannya : "Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedangmerekatidakdiujilagi?"
Kedua, Musibah sebagai PERINGATAN, yaitu musibah yang menimpa orang-orang baik tapi terkadang masih suka lalai. Musibah tersebut sebagai peringatan agar dia tidak lagi lalai, sehingga kembali ke jalan yang semestinya. Ini yang difirmankan Allah SWT dalam QS.30.Ar-Ruum : 41 yang terjemahannya : "... supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Jika dia sadar dan insaf serta tetap sabar, maka musibah tersebut bisa menjadi penghapus kesalahan dan pengampun dosanya. Setiap musibah yang menimpa seorang muslim memang bisa menghapus kesalahannya, sebagaimana hadits muttafaqun 'alaihi yang diriwayatkan Bukhari rhm dan Muslim yang bersumber dari Abu Sa'id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : "Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah berupa lelah, sakit, keresahan, kesedihan, penderitaan, kegalauan, hingga sebuah duri menusuknya, melainkan Allah menghapus dengannya (musibah tersebut) daripada kesalahan-kesalahannya."
Ketiga, Musibah sebagai AZAB, yaitu musibah yang menimpa orang-orang durhaka seperti orang kafir, musyrik, murtad, fasiq, munafiq, zalim dan Ahli Ma'siat. Musibah tersebut adalah siksa yang didahulukan di dunia, dan azab akhirat yang disiapkan jauh lebih pedih lagi. Firman Allah SWT dalam QS.39.Az-Zumar : 26 menyatakan : "Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui."
Kedua, Musibah sebagai PERINGATAN, yaitu musibah yang menimpa orang-orang baik tapi terkadang masih suka lalai. Musibah tersebut sebagai peringatan agar dia tidak lagi lalai, sehingga kembali ke jalan yang semestinya. Ini yang difirmankan Allah SWT dalam QS.30.Ar-Ruum : 41 yang terjemahannya : "... supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Jika dia sadar dan insaf serta tetap sabar, maka musibah tersebut bisa menjadi penghapus kesalahan dan pengampun dosanya. Setiap musibah yang menimpa seorang muslim memang bisa menghapus kesalahannya, sebagaimana hadits muttafaqun 'alaihi yang diriwayatkan Bukhari rhm dan Muslim yang bersumber dari Abu Sa'id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : "Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah berupa lelah, sakit, keresahan, kesedihan, penderitaan, kegalauan, hingga sebuah duri menusuknya, melainkan Allah menghapus dengannya (musibah tersebut) daripada kesalahan-kesalahannya."
Ketiga, Musibah sebagai AZAB, yaitu musibah yang menimpa orang-orang durhaka seperti orang kafir, musyrik, murtad, fasiq, munafiq, zalim dan Ahli Ma'siat. Musibah tersebut adalah siksa yang didahulukan di dunia, dan azab akhirat yang disiapkan jauh lebih pedih lagi. Firman Allah SWT dalam QS.39.Az-Zumar : 26 menyatakan : "Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui."
Tiga Golongan Menyikapi Musibah ?
1.Orang yang menganggap bahwa musibah
adalah sebagai hukuman dan azab kepadanya.
Sehingga, dia selalu merasa sempit dada dan selalu mengeluh.
2.Orang yang menilai bahwa musibah
adalah sebagai penghapus dosa. Ia tidak
pernah menyerahkan apa−apa yang menimpanya kecuali kepada Allah SWT.
3.Orang yang meyakini bahwa musibah
adalah ladang peningkatan iman dan takwanya.
Orang yang seperti ini selalu tenang serta percaya bahwa dengan musibah itu
Allah SWT menghendaki kebaikan bagi dirinya.
Ikhtitam
Kenapa dan bagaimana serta apa pun
jenis musibah yang menimpa siapa pun, maka yang jelas Allah SWT tidak zalim.
Allah SWT Maha Adil dan Maha Arif lagi Maha Bijaksana. Dalam QS.9. At-Taubah :
70 dan QS.29.Al-'Ankabuut : 40 serta QS.30.Ar-Ruum : 30, Allah SWT menyatakan
yang terjemahannya : "Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada
mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Tuhanmu
sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya
orang-orang yang berbuat kebaikan dan perbaikan.” (QS. Huud: 117)
Semoga Allah SWT senantiasa memaafkan
segala kesalahan kita dan mengampuni segala dosa kita. Semoga musibah yang kita
terima selama ini merupakan ujian, sekurangnya merupakan peringatan, dan bukan
azab yang didahulukan. Semoga ke depan kita semua dijadikan Allah SWT sebagai
hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa. Aamiiin.
Jakarta 13/1/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar