وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)
“Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya
kepada-Nya kamu menyembah.” (QS
al-Baqarah [2:172])
“maka dia
tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia
berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk
mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu
ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh“. (QS. An-Naml: 19)
“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah
adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.” (HR.
Ath-Thabrani).
Muqaddimah
Banyak manusia stress dalam kegelisahan karena
tidak mampu menikmati apa yang diberikan Allah kepadanya. Hal ini dapat terjadi
karena kurangnya pemahaman kita terhadap makna syukur atas nikmat Allah. Karena
mestinya dia yakin bahwa apa yang diberikan Allah kepadanya adalah yang terbaik
untuk dirinya, sehingga dia bersyukur.
Rasul saw pernah bersabda bahwa orang yang paling
bersyukur ialah manusia yang paling qanaah (menerima pemberian Allah)
dalam kehidupannya, sedang manusia yang paling kufur adalah manusia yang rakus
dan tamak. Karena orang yang rakus itu tak pernah menikmati yang sudah ia
terima, tapi ia masih terus berangan-angan terhadap apa yang belum ia miliki.
Imam ali ra mengatakan orang yang qanaah adalah
orang yang kaya. Sedangkan yang rakus/tama’ adalah sebenarnya orang fakir.
Arti Syukur ?
Kata “Syukur” dan yang seakar dengannya disebutkan sebanyak 75 kali dalam al-Quran. Menariknya, kata al-Quran juga
menyebutkan sejumlah yang sama (75 kali) untuk kata “Bala’” (Musibah). Sebagian
mufassir mengatakan bahwa sepertinya hal ini mengindikasikan bahwa Allah SWT
ingin mengatakan bahwa adanya musibah itu karena kurangnya bersyukur kepada
Allah SWT.
Dengan demikian syukur mencakup tiga
sisi:
a. Syukur
dengan hati, yaitu kepuasan batin atas
anugerah.
b. Syukur
dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan
memuji pemberinya.
c. Syukur
dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah
yang diperoleh sesuai dengan tujuan
penganugerahannya.
Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup
sekian banyak aspek.
Berikut akan dikemukakan sebagian di
antaranya.
Manfaat Bersyukur ?
Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembali
kepada orang
yang bersyukur,
sedang Allah Swt. sama sekali
tidak memperoleh bahkan tidak membutuhkan
sedikit pun dari
syukur makhluk-Nya.
Dan barangsiapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri, dan
barangsiapa yang kufur (tidak
bersyukur), maka
sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak
membutuhkan
sesuatu) lagi Mahamulia (QS An-Naml
[27]: 40)
Karena
itu pula, manusia
yang meneladani Tuhan
dalam
sifat-sifat-Nya, dan
mencapai peringkat terpuji, adalah yang
memberi tanpa menanti syukur (balasan
dari yang diberi) atau
ucapan terima kasih.
Al-Quran
melukiskan bagaimana satu
keluarga (menurut riwayat
adalah
Ali bin
Abi Thalib dan
istrinya Fathimah putri
Rasulullah Saw.)
memberikan makanan
yang mereka rencanakan
menjadi makanan berbuka puasa mereka,
kepada tiga orang yang
membutuhkan dan ketika itu mereka
menyatakan bahwa,
Sesungguhnya kami memberi makanan
untukmu hanyalah
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak
menghendaki
balasan darimu, dan tidak pula pujian
(ucapan terima
kasih) (QS Al-Insan [76]: 9).
Walaupun manfaat syukur
tidak sedikit pun
tertuju kepada
Allah,
namun karena kemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nya
sebagai Syakirun 'Alim (QS Al-Baqarah
[2]: 158), dan Syakiran
Alima
(QS An-Nisa' [4]:
147), yang keduanya berarti, Maha
Bersyukur lagi
Maha Mengetahui, dalam
arti Allah akan
menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk
yang bersyukur. Syukur Allah ini antara
lain dijelaskan oleh
firman-Nya dalam surat Ibrahim (14): 7
yang dikutip di atas.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada
Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al Luqman : 31).
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur
dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa’ : 147).
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan
dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan
barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala
akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran:145)
Akibat
Orang yang tidak Bersyukur ?
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah
beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi
mengingkari nikmat.” (QS. Al Hajj : 38).
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di
sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): `Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah
negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.`Tetapi mereka
berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti
kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah
pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang
demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (QS. Saba` : 15-17).
Ikhtitam
“Bersyukur atas nikmat Allah akan melestarikan nikmat
tersebut.” (HR. Ad Dailami)
Ibnu `Abbas menceritakan, Rasulullah bersabda, “Orang
pertama yanag akan dipanggil untuk masuk surga adalah orang-orang yang
senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah, yaitu orang-orang yang
senantiasa memuji Allah dalam keadaan lapang dan dalam keadaan sempit” (Tanbihul Ghafilin 197).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah orang
yang suka memanjatkan puji dan syukur kepada Allah” (Riyadhus Shalihin 27).
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dari Ibnu
Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Dua
kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan
waktu luang”. (HR Bukhari, no. 5933)
Maka
sepantasnya hamba yang berakal bersegera beramal shalih sebelum kedatangan
perkara-perkara yang menghalanginya. Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abdullah
bin Abbas, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda menasihati seorang laki-laki:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ , شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ , وَصِحَّتِكَ قَبْلَ سَقْمِكَ , وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ , وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ , وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
”Ambillah
kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaitu) mudamu sebelum
pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu, longgarmu
sebelum sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim)
Semoga kita
termasuk dalam orang-orang yang mengingat nikmat Allah Ta’ala dengan bersyukur.
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ .
“Ya Allah! Berilah pertolongan
kepadaku untuk menyebut namaMu, syukur kepadaMu dan ibadah yang baik untukMu.” Wallahu
waliyyut taufiq
Jakarta 15/1/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar