MENGGAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA-AKHIRAT
“Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. ” (Q. S. An-Nûr :31)
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikir kepada
Allah. Ingatlah, hanya dengan dzikir
kepada Allah-lah hati menjadi tenteram. ” (Q. S. Ar-Ra’d :28)
“Sesungguhnya Allah menyuruh untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian
agar kalian dapat mengambil pelajaran. ” (Q. S. An-Nahl :90)
Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Lihatlah orang yang di bawah
kamu dan jangan melihat orang yang di atas kamu kerana dengan (melihat ke
bawah) lebih mudah untuk kamu tidak
meremehkan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kamu."
(Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)
Muqaddimah
Setiap insan yang sihat akalnya pasti sentiasa ingin mencari kebahagiaan. Tidak kiralah kebahagiaan itu untuk kehidupan di dunia ataupun juga untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Tahukah kita bahawa Allah swt dan Rasulullah saw sebenarnya telah meninggalkan kaedah-kaedah untuk kita dalam menggapai kebahagiaan tersebut?
Setiap insan yang sihat akalnya pasti sentiasa ingin mencari kebahagiaan. Tidak kiralah kebahagiaan itu untuk kehidupan di dunia ataupun juga untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Tahukah kita bahawa Allah swt dan Rasulullah saw sebenarnya telah meninggalkan kaedah-kaedah untuk kita dalam menggapai kebahagiaan tersebut?
Dan
siapa yang berpaling dari Al-Qur`ân dan As-Sunnah maka ia akan senantiasa
berada dalam berbagai kesengsaraan. Orang yang tidak memiliki ilmu syar’iy akan
jauh dari makna ketenangan. Hati yang tergantung kepada selain Allah akan
merasakan berbagai kepedihan dan kepahitan. Dan hati yang lalai dari dzikir
kepada Allah bagaikan ikan yang dipisahkan dari air. Dan jeleknya hubungan
dengan makhluk lain akan melahirkan berbagai problem dalam kehidupan. Dan
demikianlah seterusnya.
Tujuan hidup yang benar mestilah dijalani dengan cara yang benar. Kita menjalankan aktifitas kehidupan apapun niatkanlah didalam hati bukan semata demi materi duniawi, tapi semata berharap ridha Allah SWT. Apa yang kita dapatkan dari segala sesuatu yang bersifat kebendaaan (jabatan,uang, dll) mestilah didapatkan dengan cara yang benar (bukan dengan cara dzalim, mencuri, merampok, menipu, korupsi), dan jika sudah ada dalam genggaman bagaimana semuanya itu agar menjadi washilah untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan, dan memberi manfaat kepada orang banyak. Bukan malah membuat melalaikan dan menjauhkan diri padaNYA, dan menjadikan dirinya sombong dan takabur dengan menumpuk-numpuk harta dengan bakhil dan kikir.
Tujuan hidup yang benar mestilah dijalani dengan cara yang benar. Kita menjalankan aktifitas kehidupan apapun niatkanlah didalam hati bukan semata demi materi duniawi, tapi semata berharap ridha Allah SWT. Apa yang kita dapatkan dari segala sesuatu yang bersifat kebendaaan (jabatan,uang, dll) mestilah didapatkan dengan cara yang benar (bukan dengan cara dzalim, mencuri, merampok, menipu, korupsi), dan jika sudah ada dalam genggaman bagaimana semuanya itu agar menjadi washilah untuk semakin mendekatkan diri pada Tuhan, dan memberi manfaat kepada orang banyak. Bukan malah membuat melalaikan dan menjauhkan diri padaNYA, dan menjadikan dirinya sombong dan takabur dengan menumpuk-numpuk harta dengan bakhil dan kikir.
Mencari Bahagia Menurut Al-Quran Dan Sunnah
1. Beriman dan beramal soleh.
"Sesiapa yang beramal soleh baik lelaki ataupun perempuan dalam
keadaan mereka beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan Kami akan membalas mereka dengan apa yang mereka amalkan." (An-Nahl :
97)
- Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahawa segolongan ulama' mentafsirkan bahawa kehidupan yang baik (dalam ayat ini) ialah rezeki halal dan baik (halalan toyyiban).
- Saidina Ali pula mentafsirkannya dengan sifat qanaah (berasa cukup)
- Ali bin Abi Thalhah dari Ibn 'Abbas meriwayatkan kehidupan yang baik itu adalah kebahagiaan.
2. Sentiasa mengingati Allah.
- Dengan berzikir kita akan mendapat kelapangan dan ketenangan sekaligus bebas dari rasa gelisah dan gundah gulana.
Firman Allah : "Ketahuilah dengan mengingat (berzikir) kepada Allah
akan tenang hati itu." (Al-Ra'd : 28)
3. Bersandar kepada Allah.
- Dengan cara ini seorang hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa dan kecewa.
Allah berfirman yang bermaksud : "Siapa yang bertawakal kepada Allah
maka Allah akan mencukupinya." (Al-Talaq :3)
4. Sentiasa mencari peluang berbuat
baik.
- Berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan mahupun perbuatan dengan iklas dan mengharapkan pahala daripada Allah akan memberi ketenangan hati.
Firman-Nya, bermaksud : "Tidak ada kebaikan dalam kebanyakkan
bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan daripada orang yang menyuruh
(manusia) untuk bersedekah atau berbuat kebaikan dan ketaatan atau memperbaiki
hubungan antara manusia. Barang siapa melakukan hal itu kerana mengharapkan
keredhaan Allah, nescaya kelak Kami akan berikan padanya pahala yang
besar." (An-Nisa' : 114)
5. Senantiasa bertaubat.
Menyadari kekurangan, menyesali kesalahan dan bertaubat kepada Yang Maha Mencipta adalah diantara sifat-sifat yang memberikan berbagai keajaiban dalam kehidupan seorang hamba dan sangat menerangi hati serta melapangkan dadanya. Karena itu, sikap senantiasa bertaubat sangat ditekankan dalam tuntunan syari’at Islam yang mulia. Allah menjamin keberuntungan bagi orang-orang yang senatiasa bertaubat,
“Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. ” (Q. S. An-Nûr :31)
Menyadari kekurangan, menyesali kesalahan dan bertaubat kepada Yang Maha Mencipta adalah diantara sifat-sifat yang memberikan berbagai keajaiban dalam kehidupan seorang hamba dan sangat menerangi hati serta melapangkan dadanya. Karena itu, sikap senantiasa bertaubat sangat ditekankan dalam tuntunan syari’at Islam yang mulia. Allah menjamin keberuntungan bagi orang-orang yang senatiasa bertaubat,
“Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung. ” (Q. S. An-Nûr :31)
6. Melihat "kelebihan"
bukan kekurangan diri.
- Lihatlah orang yang di bawah dari segi kehidupan dunia, misalnya dalam kurniaan rezeki kerana dengan begitu kita tidak akan meremehkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita.
Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Lihatlah orang yang di bawah
kamu dan jangan melihat orang yang di atas kamu kerana dengan (melihat ke
bawah) lebih mudah untuk kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang
dilimpahkan-Nya kepada kamu."
(Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)
7. Berpegang teguh terhadap Al-Qur’ân dan As-Sunnah.
Allah Jalla wa ‘Alâ menurunkan Al-Qur`ân sebagai rahmat dan kebahagian bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam firman-Nya,
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. ” (QS. An-Nahl : 89)
8. Berbekal Ilmu
Syari’at.
Tatkala seluruh kebaikan bagi manusia tercakup dalam ilmu syari’at maka segala kebahagiaan dan ketenangan, keberhasilan dan kebahagian manusia sangat bertumpu pada ilmu syari’at. Karena itu Allah Ta’âlâ tidak memerintah Nabi-Nya untuk meminta tambahan nikmat apapun selain dari tambahan ilmu. Allah Ta’âlâ berfirman,
“Dan katakanlah, “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. ”. ” (QS. Thôhâ : 114)
Tatkala seluruh kebaikan bagi manusia tercakup dalam ilmu syari’at maka segala kebahagiaan dan ketenangan, keberhasilan dan kebahagian manusia sangat bertumpu pada ilmu syari’at. Karena itu Allah Ta’âlâ tidak memerintah Nabi-Nya untuk meminta tambahan nikmat apapun selain dari tambahan ilmu. Allah Ta’âlâ berfirman,
“Dan katakanlah, “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. ”. ” (QS. Thôhâ : 114)
9. Kecintaan Kepada
Allah.
Salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh seorang yang beriman bahwa kecintaannya kepada Allah adalah yang terbesar dan melebihi kecintaannya kepada seluruh makhluk. Allah berfirman,
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. ” (QS. Al-Baqarah :165)
Salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh seorang yang beriman bahwa kecintaannya kepada Allah adalah yang terbesar dan melebihi kecintaannya kepada seluruh makhluk. Allah berfirman,
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. ” (QS. Al-Baqarah :165)
Nasib Manusia Berbeda-Beda ?
Pertama, Manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunyaa wa
sa’iidun fil akhirat” orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat
itulah karakter orang yang menemukan ‘hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat”.
jabatan tinggi, harta berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada
Allah dan banyak memberi kemanfaatan terhadap sesama.
Kedua, Manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunya,
saqiyyun fi aakhirat” orang yang “bahagia” hidup di dunianya tapi tidak
bahagia (celaka) kehidupan akhiratnya. Sengaja saya kasih tanda petik dalam
kalimat bahagia, karena kebahagiaaan yang dimaksud disana sebatas pengertian lahiriah
manusia, dia bahagia dalam segala keberlimpahan materi, tapi dia jauh dari
Tuhannya, tak pernah mau berbagi dan memberi manfaat pada sesama manusia
Ketiga, Manusia yang termasuk “Saqiyyun fiddunya,
Wa Sa’iidun fil aakhirat” orang yang tidak bahagia/sengsara hidup di
dunianya, tapi dia bahagia hidup di akhiratnya. Boleh jadi dia hidup dalam
serba kekurangan, tidak bahagia dalam pandangan manusia kebanyakan, miskin
papa, tapi dia rajin beribadah kepada Allah, memiliki perangai baik dalam
menjalani kehidupan, menikmati kemiskinannya dan baik pergaulannya dengan
sesama manusia, banyak memberi manfaat dengan apapun yang dimilikinya.
Keempat, manusia yang tergolong “ saqiyyun Fiddunya wa
Saqiyyun fil akhirat” orang yang tak bahagia di dunia dan tak bahagia juga
hidupnya di akherat kelak. Inilah paling sengsara dan celakanya manusia. Dia
hidup miskin, serba kurang, sombong, malas beribadah, sama orang musuhan mulu,
jika meninggal, dalam kehidupan akhirat kelak pasti akan lebih celaka. “Aku
benci orang kaya yang sombong, tapi aku lebih benci orang miskin yang sombong”
begitu kata Rasulullah SAW.
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ân suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`ân itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian. ” (QS. Al-Isrô` : 82)
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ân suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`ân itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian. ” (QS. Al-Isrô` : 82)
Jakarta 8/1/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar