“Sesungguhnya berbahagialah orang yang membersihkan diri, dan ia ingat
nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (QS. Al- A'la: 14-15)
“Hai orang-orang yang beriman; berdhikirlah (dengan) menyebut (nama)
Allah, dhikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbhilah kepada-Nya di waktu
pagi dan petang.”(Q.S. Al-Ahzab: 41-42)
Muqaddimah
Muncul juga pernyataan lain, yang mengatakan bahwa istilah tasawuf
berasal dari “ahlus shuufah” yaitu sebuah kelompok muslimin yang memilih hidup
zuhud, sederhana dan sembari bernaung diemperan atau beranda Masjid Nabawi
Rasulullah SAW, mereka beribadah, bertempat tinggal seumur hidup diberanda
Masjid Nabawi. Dari kata “ahlus shuufah” ini, muncul asumsi bahwa tasawuf
berasal darinya, yaitu sekumpulan
muslimin yang hidup zuhud bersama Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Dari
beberapa istilah asal kata tasawuf diatas, masih banyak beberapa perspektif
lain mengenai asal istilah Tasawuf. Apabila kita menelusuri lebih jeli, betul
adanya bahwa Tasawuf memang lahir dari ajaran Islam, karena rujukan utama
mereka adalah al-Quran, al-Hadits, serta riwayat-riwayat dari ajaran para
pendahulu Islam.
Sebut saja
dalam istilah tasawuf terdapat sebuah istilah “sanad” atau “silsilah”, dalam hal ini khusunya para sufi yang
mengaplikasikan penyucian jiwa melalui “thoriqoh” mempunyai garis turun temurun
yang berasal dari Rasulullah SAW, kemudian kepada Sayyidina Ali bin abi Thalib
KW, Sayyidina Hasan, Sayyidina al-Husain, sayyidina Ali zainal abidin,
Sayyidina Muhammad al-Baqir, Sayyidina Ja’far shadiq, dan turun menurun melalui keturunan, murid-murid mereka serta para
Sahabat Rasulullah SAW yang terpilih.
Dalam ordo
sufi atau Thoriqoh sanad ini dikenal sebagai “silsilah dzahabiyyah” / silsilah
ke-emas-an, yang berarti satu sama lain saling berkaitan, bersambung dan
berhubungan secara metafisik/spiritual. Kita sering mendengar dan bahkan
mengenal thoriqoh qaadiriyyah, Alawiyyah, syadziliyyah, naqsyabandiyyah,
syattariyyah dsb, semua kelompok
tersebut sama-sama bertumpu pada ajaran spiritual dan akhlak Rasulullah SAW.
Sebagai
penutup, istilah tasawuf dalam Islam bukan hal yang asing seperti dikatakan
para orientalis bahwa tasawuf bukan berasal dari ajaran Islam. Justru
sebaliknya Tasawuf berasal dari Ajaran Islam sejak diajarkan kepada para
Keluarga, Murid dan Sahabat Rasulullah SAW yang terdahulu.
Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah
kata atau istilah
yang di-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Nasution, misalnya
menyebutkan lima istilah yang ber-dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl
al-suffah), (orang yang nindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah), saf
(baris-sufi (suci), sophos (bahasa Yunani: hikmat), dan suf (kain Keseluruhan
kata ini bisa-bisa saja dihubungkan dengan wuf. Kata ahl al-suffah (orang yang
ikut pindah dengan Nabi Mekkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan yang
rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain-lainya hanya untuk Allah.
Mereka ini rela meninggalkan jung halamannya, rumah, kekayaan dan harta benda lainnya kah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah. Tanpa ada iman dan kecintaan pada Allah, tak mungkin mereka ukan hal yang demikian. Selanjutnya kata sa/juga meng-rkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam adah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan. Demi-pula kata sufi (suci) menggambarkan orang yang selalu ielihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat, dan kata suf (Kain wol) menggambarkan orang yang hidup sederhana dan mementingkan dunia. Dan kata sophos (bahasa Yunani) mbarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung ke pada kebenaran.
Mereka ini rela meninggalkan jung halamannya, rumah, kekayaan dan harta benda lainnya kah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah. Tanpa ada iman dan kecintaan pada Allah, tak mungkin mereka ukan hal yang demikian. Selanjutnya kata sa/juga meng-rkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam adah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan. Demi-pula kata sufi (suci) menggambarkan orang yang selalu ielihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat, dan kata suf (Kain wol) menggambarkan orang yang hidup sederhana dan mementingkan dunia. Dan kata sophos (bahasa Yunani) mbarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung ke pada kebenaran.
Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat
dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara cian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap
bijaksana. Sikap jiwa yang demikian pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau
pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang diguna-kannya
masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk
mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas,
manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang1
ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang
terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya
kepada Allah SWT.(guzzairulhaq.wordspress.com)
Tassawuf adalah
membersihkan jiwa dari pengaruh benda atau alam supaya dia mudah menuju kepada
TUHAN. (Prof.DR.HAMKA)
dari beberapa difinisi tersebut dapat disimpulkan :pada dasarnya
Tassawuf adalah laku mendekatkan diri dari hamba kepada TUHANnya,dengan cara
mensucikan diri melalui ibadah ibadah, meninggalkan sifat tercela dan menghiasi
dengan sifat terpuji,sehingga mendapatkan kedudukan yang mulia disisi ALLOH.
Pokok-pokok Ajaran Tasawuf
Pembagian Tasawuf yang ditinjau dari lingkup materi pembahasannya menjadi
tiga macam, yaitu:
a.Tasawuf
Aqidah
yaitu ruang lingkup pembicaraan Tasawuf yang menekankan masalah-masalah
metafisis (hal-hal yang ghaib), yang unsur-unsurnya adalah keimanan terhadap
Tuhan, adanya Malaikat, Syurga, Neraka dan sebagainya. Karena setiap Sufi
menekankan kehidupan yang bahagia di akhirat, maka mereka memperbanyak
ibadahnya untuk mencapai kebahagiaan Syurga, dan tidak akan mendapatkan siksaan
neraka. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut, maka Tasawuf Aqidah berusaha
melukiskan Ketunggalan Hakikat Allah, yang merupakan satu-satunya yang ada
dalam pengertian yang mutlak. Kemudian melukiskan alamat Allah SWT, dengan
menunjukkan sifat-sifat ketuhanan-Nya. Dan salah satu indikasi Tasawuf Aqidah,
ialah pembicaraannya terhadap sifat-sifat Allah, yang disebut dengan “Al-Asman
al-Husna”, yang oleh Ulama Tarekat dibuatkan zikir tertentu, untuk mencapai
alamat itu, karena beranggapan bahwa seorang hamba (Al-‘Abid) bisa mencapai
hakikat Tuhan lewat alamat-Nya (sifat-sifat-Nya).
b.Tasawuf
Ibadah
yaitu Tasawuf yang menekankan pembicaraannya dalam
masalah rahasia ibadah (Asraru al-‘Ibadah), sehingga di dalamnya terdapat
pembahasaan mengenai rahasia Taharah (Asraru Taharah), rahasia Salat (Asraru
al-Salah), rahasia Zakat (Asraru al-Zakah), rahasia Puasa (Asrarus al-Shaum),
rahasia Hajji (Asraru al-Hajj) dan sebagainya. Di samping itu juga, hamba yang
melakukan ibadah, dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1)
Tingkatan orang-orang biasa (Al-‘Awam), sebagai tingkatan pertama.
2)
Tingkatan orang-orang istimewa (Al-Khawas), sebagai tingkatan kedua.
3)
Tingkatan orang-orang yang teristimewa atau yang luar biasa (Khawas al-Khawas),
sebagai tingkatan ketiga.
Kalau tingkatan pertama dimaksudkan sebagai
orang-orang biasa pada umumnya, maka tingkatan kedua dimaksudkan sebagai para
wali (Al-Auliya’), sedangkan tingkatan ketiga dimaksudkan sebagai para Nabi
(Al-Anbiya’).
Dalam Fiqh, diterangkan adanya beberapa syarat dan
rukun untuk menentukan sah atau tidaknya suatu ibadah. Tentu saja persyaratan
itu hanya sifatnya lahiriah saja, tetapi Tasawuf membicarakan persyaratan sah
atau tidaknya suatu ibadah, sangat ditentukan oleh persyaratan yang bersifat
rahasia (batiniyah). Sehingga Ulama Tasawuf sering mengemukakan tingkatan
ibadah menjadi beberapa macam, misalnya Taharah dibaginya menjadi empat
tingkatan:
1)
Taharah yang sifatnya mensucikan anggota badan yang nyata dari hadath dan
najis.
2)
Taharah yang sifatnya mensucikan anggota badan yang nyata dari perbuatan dosa.
3)
Taharah yang sifatnya mensucikan hati dari perbuatan yang tercela.
4)
Taharah yang sifatnya mensucikan rahasia (roh) dari kecendrungan menyembah
sesuatu di luar Allah SWT.
Karena Tasawuf selalu menelusuri persoalan ibadah sampai kepada hal-hal
yang sangat dalam (yang bersifat rahasia), maka ilmu ini sering dinamakan Ilmu
Batin, sedangkan Fiqh sering disebut Ilmu Zahir.
c. Tasawuf Akhlaqi
Yaitu Tasawuf yang menekankan pembahasannya pada budi
pekerti yang akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat,
sehingga di dalamnya dibahas beberapa masalah akhlaq, antara lain:
1)
Bertaubat (At-Taubah); yaitu keinsafan seseorang dari perbuatannya yang buruk,
sehingga ia menyesali perbuatannya, lalu melakukan perbuatan baik.
2)
Bersyukur (Asy-Shukru); yaitu berterima kasih kepada Allah, dengan
mempergunakan segala nikmat-Nya kepada hal-hal yang diperintahkan-Nya;
3)
Bersabar (Ash-Sabru); yaitu tahan terhadap kesulitan dan musibah yang
menimpanya.
4)
Bertawakkal (At-Tawakkul); yaitu memasrahkan sesuatu kepada Allah SWT. Setelah
berbuat sesuatu semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan.
5)
Bersikap ikhlas (Al-Ikhlas); yaitu membersihkan perbuatan dari riya (sifat
menunjuk-nunjukkan kepada orang lain), demi kejernihan perbuatan yang kita
lakukan.
Urgensi Bertasawuf
Buah yang diharapkan dari laku TASSAWUF adalah jiwa yang dermawan, hati
yang tenang, dan pekerti yang baik kepada semua makluk.Dan
Tassawuf dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik hati dan mengetahui alam
gaib menuju buahnya tersebut diatas.Ilmu
Tassawuf tidak berbicara tentang ungkapan lisan, melainkan tentang perasaan dan
emosi.Ilmu ini tidak bisa dipelajari dari
lembar kertas, melainkan diambil dari para ahli rasa.Imu
ini tidak bisa diperoleh dengan banyak ceritera, melainkan dengan
melayani para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan ( ahluluKamal)
Ilmu Tasawuf merupakan penyempurna dan syarat bagi semua ilmu lain,
karena tidak ada satupun ilmu dan perbuatan kecuali bertujuan menghadap diri
kepada ALLOH, dan ikhlas merupakan syarat dalam segala urusan.Syech As Sayuthi berkata :Ilmu Tassawuf
menjadi penyempurna dan memperindah bagi ilmu ilmu lain,hubungan ilmu tassawuf
dengan ilmu lain seperti hubungan ilmu bayan dan nahwu ataumenurut sych
Zaruq;seperti ruh dan jasad.
Dasarnya
Bertasawuf
Syekh Ahmad bin Muhammad bin ‘Ajibah al Hasani ,mengatakan : Ilmu
Tassawuf bersumber dari Al Qur’an, Sunnah, Ilham orang orang salih dan riwayat
dari para ‘arif.
Beberapa ayat Al Qur’an sebagi landasan Tassawuf sebagai berikut :
1.Qur’an 3 ;Surat Ali Imron 31
Katakanlah ;
Jika kamu mencintai ALLOH,
ikutilah aku,niscaya ALLOH mencintaimu dan mengampuni dosa dosamu
ALLOH maha pengampun maha penyayang.”
2.Al Qur’an 33:Al Ahzab :41 – 42
“Hai orang orang beriman berdzikirlah ( dengan menyebut nama ALLOH
),dzikir sebanyak sebanyaknya, dan bertasbihlah kepadaNYA diwaktu pagi dan
petang.”
3.Al Qur’an 2:Al Baqoroh ;186
“ Dan
apabila hambaku hambaku bertanya kepadamu tentang AKU maka ( jawablah ),AKU
adalah dekat.AKU mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia berdo’a kepadaKU.Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahku ) dan hendaklah mereka beriman
kepadaKU, agarmereka memperoleh kebenaran “.
4.Al Qur’an2:Albaqoroh ;115
“ Timur
dan barat adalah kepunyaan ALLOH, kemana saja kamu berpaling disitu ada wajah
ALLOH sungguh.Alloh maha luas maha
mengetahui “.
5.AlQur’an 50: Qof: 16
“ Dan sesungguhnya KAMI telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikan oleh hatinya,dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat
lehernya .“
Ikhtitam
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai
makhluk yang terbatas, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya menyucikan
diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian
hanya kepada Allah SWT. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya
memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang manusia
sebagai makhluk yang bertuhan, tasawuf dapat didefinisikan sebagai
kesadaran fitrah yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada
kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Sehingga pada intinya tasawuf merupakan upaya melatih
jiwa dengan berbagai kegiatan. Dengan harapan, hal ini dapat membebaskan diri
manusia dari pengaruh kehidupan dunia sehingga tercermin akhlak yang mulia dan
dekat dengan Allah SWT. Dengan kata
lain, tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental
rohaniah agar selalu dekat dengan Allah SWT. Inilah esensi atau hakikat
tasawuf.
Rujukan
Asmaran. 1996. Pengantar Studi Tasawuf.
Jakarta: Rajawali Pers
Solihin, dkk. 2005. Akhlak Tasawuf. Bandung:
Nuansa
Mahmud, Abdul Halim. 2001. Tasawuf di Dunia Islam
Bandung: Pustaka Setia
Jakarta 12/1/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar