MUHASABAH AKHIR
TAHUN ?
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai
orang-orang beriman, takut kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan
apa yang telah disiapkannya untuk hari esok dan takut kepada Allah, karena
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr:
18)
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-mukminun:
115)
كُلُّ
بَنِي آدمَ خَطاءٌ، وخَيْرُ الخَطَّائينَ التَّوابونَ
Rasulullah
saw. bersabda: “ Semua anak-anak Adam pernah melakukan kesalahan, dan
sebaik-baik oang yang salah adalah yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah dan
Darimi)
Muqaddimah
مَنْ
عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ
لِّلْعَبِيدِ
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri;
dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushilat: 46)
Setiap
Mukmin dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas amalnya. Untuk peningkatan
kualitas amal, muhasabah (evaluasi) sangat diperlukan. Tanpa muhasabah tidak akan ada peningkatan kualitas amal. Karena itu,
muhasabah menjadi karakter utama pribadi
Mukmin, sebagaimana ditegaskan dalam ayat di atas.
Umar bin
Khattab, seorang sahabat yang dikenal sebagai Amirul Mukminin pernah
mengingatkan umat Islam dengan perkataannya yang sangat populer, “Hasibu
anfusakum qobla an tuhasabu.” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab
.Umur Manusia Terbatas ?
Rata-rata
umur manusia saat ini meninggal dunia antara 60 s/d 70 tahun, Jikapun ada yang
lebih dari itu masih hidup maka merupakan suatu bonus umur dari Allah.
Sekarang kita samakan saja rata-rata manusia meninggal plus minus di usia 65
tahun.
Kita mulai
baligh, yaitu awal dari seorang anak manusia mulai di perhitungkan amal baik
atau buruknya selama hidup umumnya bagi laki-laki adalah 15 tahun dan
wanita 12 tahun.
Sekarang,
mari kita mencari waktu yang ada atau tersisa bagi kita untuk beribadah pada
Allah. Kita gunakan saja rumus sederhana : Umur rata-rata kematian – Awal
Baligh
Jika
rata-rata umur seseorang meninggal pada usia 65 tahun dikurang 15 tahun saat
awal ia baligh maka waktu yang tersisa adalah 50 tahun. Apa dan bagaimana
perilaku kita selama 50 tahun masa hidup itu?
Jika kita
kalikan lagi angka 50 tahun dengan 365 hari/tahunnya maka diperoleh angka
18.250 hari. Nah angka 18.250 hari ini dikurang dengan waktu tidur kita selama
8 jam anggap saja. Maka 18.250 hari dikali dengan 8 jam = 146.000 jam atau
sekitar 16 tahun lebih 7 bulan atau kita bulatkan menjadi 17 tahun.
Jadi dalam
rentang waktu kita mulai baligh di usia 15 tahun sampai usia kita meninggal di
65 tahun, ada waktu 17 tahun yang hanya digunakan untuk tidur saja. Angka ini
belum ditambah dengan jumlah jam yang sering kita pakai pula untuk tidur siang
misalnya. Subhanallah.
Dalam 50
tahun waktu hidup kita pasca baligh yang habis dipakai aktivitas adalah 18.250
hari x 12 jam (yaitu waktu di mana siang hari biasanya kita kerja, sekolah,
kuliah, berdagang, memasak dan sebagainya) maka diperoleh angka 219.000 Jam
atau = 25 tahun
Belum lagi
dikurangi dengan waktu kita yang biasanya digunakan untuk bersantai, istirahat
sambil menonton televisi, bercanda sesama teman dan sejenisnya plus minus
4 jam.
Maka total
dalam 50 tahun waktu yang dipakai untuk rileksasi tadi adalah 18.250 hari x 4
jam= 73.000 Jam atau selama 8 tahun.
Alhasil, jamaah Jumat sekalian, selama 50
tahun masa hidup kita pasca baligh, ada angka 17 tahun lamanya kita tidur
+ 25 tahun untuk beraktivitas di siang hari + 8 tahun untuk sekedar rileksasi
dan mencari hiburan diperolehlah angka 50 tahun.
Jadi umur
kita 50 tahun setelah dipotong masa baligh impas saja. Lalu jika usia 50 tahun
ini tidak diisi dengan banyak hal yang positif, hal-hal yang bersifat ibadah
pada Allah, maka manusia benar-benar berada dalam kerugian seperti firman Allah
di dalam surat Al-Ashr.
Pesan Muhasabah ?
Imam
al-Hassan menasehati kita ,“Seorang mukmin bertanggung jawab terhadap dirinya.
Ia harus menghisab dirinya karena Allah. Sesungguhnya proses hisab di akhirat
menjadi ringan bagi orang-orang yang telah menghisab diri mereka di dunia, dan
sebaliknya—menjadi berat bagi orang-orang yang mengambil perkara ini tanpa
muhâsabah,”.
Berkaitan dengan muhasabah, Ulama Besar, Guru Sufi Imam Al-Ghazali menasihatkan agar setiap hari kita meluangkan waktu sesaat—misalnya selesai shalat Subuh—untuk menetapkan syarat-syarat terhadap jiwa (musyârathah). Pada kondisi itu, katakanlah kepada jiwa,
“Aku tidak mempunyai barang dagangan kecuali umur. Apabila ia habis, maka habislah modalku sehingga putuslah harapan untuk berniaga dan mencari keuntungan lagi. Allah telah memberiku tempo pada hari yang baru ini, memperpanjang usiaku dan memberi nikmat.
Seandainya aku diwafatkan oleh-Nya, niscaya aku berharap untuk dikembalikan ke dunia satu hari saja sehingga aku bisa beramal shaleh. Anggaplah wahai jiwa, bahwa engkau telah wafat, kemudian engkau dikembalikan ke dunia lagi, maka jangan sampai engkau menyia-yiakan hari ini karena setiap nafas merupakan mutiara yang sangat berharga.
Ketahuilah wahai jiwa bahwa sehari-semalam adalah dua puluh empat jam, maka bersungguh-sungguhlah pada hari ini untuk mengisi lemarimu. Jangan kau biarkan dia kosong tanpa barang-barang simpanan. Janganlah engkau cenderung kepada kemalasan, kelesuan dan kesantaian sehingga engkau tidak dapat meraih derajat tinggi (‘illiyyîn) yang dapat diraih orang lain, lalu engkau penuh sesal.”
Berkaitan dengan muhasabah, Ulama Besar, Guru Sufi Imam Al-Ghazali menasihatkan agar setiap hari kita meluangkan waktu sesaat—misalnya selesai shalat Subuh—untuk menetapkan syarat-syarat terhadap jiwa (musyârathah). Pada kondisi itu, katakanlah kepada jiwa,
“Aku tidak mempunyai barang dagangan kecuali umur. Apabila ia habis, maka habislah modalku sehingga putuslah harapan untuk berniaga dan mencari keuntungan lagi. Allah telah memberiku tempo pada hari yang baru ini, memperpanjang usiaku dan memberi nikmat.
Seandainya aku diwafatkan oleh-Nya, niscaya aku berharap untuk dikembalikan ke dunia satu hari saja sehingga aku bisa beramal shaleh. Anggaplah wahai jiwa, bahwa engkau telah wafat, kemudian engkau dikembalikan ke dunia lagi, maka jangan sampai engkau menyia-yiakan hari ini karena setiap nafas merupakan mutiara yang sangat berharga.
Ketahuilah wahai jiwa bahwa sehari-semalam adalah dua puluh empat jam, maka bersungguh-sungguhlah pada hari ini untuk mengisi lemarimu. Jangan kau biarkan dia kosong tanpa barang-barang simpanan. Janganlah engkau cenderung kepada kemalasan, kelesuan dan kesantaian sehingga engkau tidak dapat meraih derajat tinggi (‘illiyyîn) yang dapat diraih orang lain, lalu engkau penuh sesal.”
Sumber:1.www.dakwatuna.com
2.http://www.kompasiana.com
Jakarta 18/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar