Senin, 07 Desember 2015

DOA-DOA NABI IBRAHIM AS




KETELADANAN NABI IBRAHIM AS ?



Muqaddimah
Bangsa Arab dan Israil mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Ibrahim. Ibrahim merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Dua saudara kandungnya adalah Nakhur dan Hasan, ayah Nabi Luth. Ibrahim lahir di Babilonia (sekarang Irak). Saat ia lahir, Babilonia diperintah oleh seorang raja bernama Namrud. Ayah Ibrahim, Azar, termasuk orang yang sangat dicintai Raja Namrud karena pandai membuat patung berhala. Patung-patung karyanya disembah oleh para pengikut Raja Namrud. Ibrahim diutus oleh Allah Swt. menjadi nabi dan rasul untuk meluruskan perbuatan Raja Namrud dan rakyatnya. Orang pertama yang diajak oleh Ibrahim ke jalan yang benar adalah ayahnya, namun sang ayah tetap ingkar kepada Allah Swt. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi. Kisahnya banyak disebut dalam Al- Qur’an.
Dalam shalawat yang Kita lantunkan setiap Shalat dan di luar shalat, Kita memohon kepada Allah agar Allah memberi rahmat, keselamatan dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Allah memberi keselamatan dan kesejahteraan pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa Ibrahim Alaihis Salaam memiliki kedudukan istimewa di hadapan Allah Azza wa Jalla. Beliau diberi gelar Kholilullah (Kekasih Allah) dan disebut sebagai “Abul Anbiya” (Bapaknya Para Nabi). Memang dalam kenyataan sejarah Para Rasul yang berjumlah tiga ratusan dan para Nabi yang berjumlah seratus dua puluh empat ribu kebanyakan dari keturunan Nabi Ibrahim, termasuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam.
Peristiwa ini sangat dahsyat dan menjadi mukjizat Nabi Ibrahim AS yang dikenang dalam sejarah manusia sepanjang zaman. Peristiwa ini tentu menjadi teladan bagi para pejuang dakwah di jalan Allah yang berani menghadapi segala risiko yang menghadang tatkala meninggikan Kalimatullah.
Nabi Ibrahim juga membuktikan dirinya sebagai “Kholilullah” (Kekasih Allah) karena kecintaannya kepada Allah jauh melampaui kecintaannya kepada istri , anak, dan kehidupan duniawi. Beliau tabah dan sabar ketika harus memisahkan istri Beliau yaitu Siti Hajar dan putranya yang masih bayi ke negeri Mekah karena perintah Allah. Padahal Beliau sudah lama sekali merindukan seorang anak, hingga usia 80 tahun belum juga dikaruniai seorang penerus perjuangan. Di usianya yang tua ini Allah lantas memberikan seorang putra dari istri Beliau yang kedua yaitu Siti Hajar.
Nabi Ismail dan Ishaq as ?
Ketika Ibrahim dan Sarah sudah semakin tua, mereka belum dikaruniai seorang anak. Menyadari bahwa dirinya tak mungkin memenuhi keinginan suaminya untuk memiliki anak, Sarah memberi izin kepada Ibrahim untuk menikahi Hajar. Hajar kemudian melahirkan Ismail. Namun karena Sarah cemburu, maka dengan bijaksana Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismail. Ibrahim lalu meninggalkan mereka di daerah Mekah. Ketika Ismail berusia 14 tahun, barulah Sarah melahirkan Ishaq. Ibrahim bersyukur, karena di masa tuanya dianugerahi Ismail dan Ishaq. Dari mereka berdua kemudian lahir para nabi. Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail, dan sebagian besar para nabi Bani Israil adalah keturunan Ishaq.
ISMAIL DAN ISHAQ ?
Ketika Ibrahim dan Sarah sudah semakin tua, mereka belum dikaruniai seorang anak. Menyadari bahwa dirinya tak mungkin memenuhi keinginan suaminya untuk memiliki anak, Sarah memberi izin kepada Ibrahim untuk menikahi Hajar. Hajar kemudian melahirkan Ismail. Namun karena Sarah cemburu, maka dengan bijaksana Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismail. Ibrahim lalu meninggalkan mereka di daerah Mekah. Ketika Ismail berusia 14 tahun, barulah Sarah melahirkan Ishaq. Ibrahim bersyukur, karena di masa tuanya dianugerahi Ismail dan Ishaq. Dari mereka berdua kemudian lahir para nabi. Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail, dan sebagian besar para nabi Bani Israil adalah keturunan Ishaq.
KHITAN ?
Ketika berusia 90 tahun, Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah Swt. untuk mengkhitan seluruh anggota keluarganya, termasuk dirinya sendiri dan Ismail yang ketika itu berusia 13 tahun. Perintah ini dijalankan oleh Ibrahim dan kemudian menjadi sunah bagi keturunannya, termasuk Nabi Muhammad Saw. dan para pengikutnya.
KA’BAH ?
Allah Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mendirikan Ka’bah. Sebenarnya ka’bah sudah dibangun sebelumnya oleh Nabi Adam, namun rusak akibat banjir pada masa Nabi Nuh. Maka Ibrahim berkata kepada Ismail, ” Hai anakku, Allah telah memerintahkan kita untuk mendirikan rumah di tempat yang agak tinggi itu.” Keduanya lalu membangun dan meninggikan dasar- dasar Ka’bah. Kemudian jadilah bangunan itu dengan nama Rumah Allah atau Baitullah.
MENGURBANKAN ISMAIL ?
Suatu saat Ibrahim rindu kepada Hajar dan Ismail yang hidup bahagia bersama suku Jurhum di Mekah. Atas izin Sarah, Ibrahim berangkat menemui istri dan anaknya di padang Arafah. Setelah matahari terbenam, Ibrahim mengajak keluarganya pulang ke Mekah. Mereka berhenti di suatu tempat yang sekarang disebut Muzdalifah. Karena letih, Ibrahim tertidur dan bermimpi bahwa Allah Swt. memerintahkannya untuk menyembelih anaknya, Ismail, sebagai kurban. Perintah itu ditaati oleh Ibrahim serta Ismail, dan dilaksanakan di sebuah bukit (kini dinamai Bukit Malaikat) di Mina. Namun ketika Ismail hendak disembelih, Allah Swt. menggantinya dengan seekor kibas (Q.37:102-111).
Harapan dan Doa Nabi Ibrahim as ?
Semasa hidupnya, sang nabi mempunyai banyak harapan yang ia tuangkan dalam berbagai lantunan doa.
Pertama, harapan untuk dirinya. Nabi Ibrahim sangat berharap dirinya bebas dari kemusyrikan (menyekutukan Allah). "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala." (QS Ibrahim [14]: 35).
Sayyid Quthb dalam tafsirnya berujar: "Do'a ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah SWT." Demikian pentingnya iman dalam diri kita sehingga menjadi suatu prinsip (al-dhowabith) bagi seorang Muslim.
Kedua, harapan untuk keluarga. Mulai dari orang tuanya, "Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, 'Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan-Tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.' (QS al-An'am [6]: 74).
Hingga anak keturunannya, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS al-Shaffat [37]: 100-102).
Ketiga, harapan untuk masyarakat, baik saat itu maupun hingga nanti. Bahkan, Nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar suatu saat nanti, diutus seorang rasul sekalipun ia telah tiada.
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Alquran) dan al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS al-Baqarah [2]: 129).
Keempat, harapan untuk bangsa dan negara. Kecintaan Nabi Ibrahim kepada umatnya semakin terlihat saat beliau pun berdoa bukan hanya untuk dirinya, keluarganya, maupun masyarakat sekitar, tetapi bangsa dan negaranya beliau doakan. "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Doa-doa Nabi Ibrahim as ?
رَبِّ هَبْ لى حُكْماً وَأَلْحِقْنى‏ بِالصَّالِحينَ * وَاجْعَلْ لى‏ لِسانَ صِدْقٍ فى‏ الآخِرينَ * وَاجْعَلْنى‏ مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعيمِ * وَاغْفِرْ لأَبى‏ إِنَّهُ كانَ مِنَ الضَّالّينَ * وَلا تُخْزِنى يَومَ يُبْعَثُونَ
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku,[3] karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.”[4]
رَبَّنا عَلَيكَ تَوَكَّلْنا وَإِلَيْكَ أَنَبْنا وَإِلَيْكَ المَصيرُ * رَبَّنا لا تَجْعَلْنا فِتْنَةً لِلَّذينَ كَفَروُا وَاغْفِرْ لَنا رَبّنا إنَّكَ أَنْتَ الْعَزيزُ الْحَكيمُ
“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”[9]
رَبِّ هَبْ لى مِنَ الصَّالِحينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”[13]
رَبِّ اجْعَلْ هذا البَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِى‏ وَبَنِىَّ أَنْ نَعْبُدَ الأَصْنام * رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيراً مِنَ النّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّى‏ وَمَنْ عَصانِى‏ فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ * رَبَّنا إِنِّى‏ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِى‏ بِوادٍ غَيْرِ ذِى‏ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ المُحَرَّمِ رَبَّنا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النّاسِ تَهْوِى‏ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَراتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ * رَبَّنا إِنَّكَ تَعْلَمُ ما نُخْفِى‏ وَما نُعْلِنُ وَما يَخْفى‏ عَلى اللَّهِ مِنْ شَى‏ءٍ فِى‏ الأَرضِ وَلا فِى‏ السَّماءِ * الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى‏ وَهَبَ لِى‏ عَلى‏ الكِبَرِ إِسْمعِيلَ وَإِسْحقَ إِنَّ رَبِّى‏ لَسَمِيعُ الدُّعاءِ  * رَبِّ اجْعَلْنِى‏ مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِى‏ رَبَّنا وَتَقَبَّلْ دُعاءِ * رَبَّنا اغْفِرْ لِى‏ وَلِوالِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الحِسابُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).”[14]
رَبِّ اجْعَلْ هذا بَلَداً ءامِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَراتِ مَنْ ءامَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”[15]
رَبَّنا تَقَبَّلْ مِنّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ * رَبَّنا وَاجْعَلْنا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنا مَناسِكَنا وَتُبْ عَلَيْنا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوّابُ الرَّحِيمُ * رَبَّنا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الكِتابَ وَالحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”[18]
[3] Bapak-bapak para nabi bukan orang musyrik dan penyembah berhala. Dalam bahasa Arab bapak dan juga paman (yang mengurusi atau menjadi wali anak saudaranya disebut “اَب” (ab). Aazar pembuat dan penyembah berhala adalah paman nabi Ibrahim as yang mengurusi atau menjadi wali beliau as.
Footnote
[4] QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 83 – 87. [9] QS. Al-Mumtahanah [60]: 4 – 5.
[14] QS. Ibrahim [14]: 35 – 41. [15] QS. Al-Baqarah [2]: 126.
[18] QS. Al-Baqarah [2]: 127 – 129.
Sumber:1.http://khazanah.republika.co.id 2.http://www.dakwatuna.com
3.http://www.quran.al-shia.org
4.https://mariberdoa.wordpress.com
Jakarta 8/12/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman