Selasa, 01 Desember 2015

IMAM MALIK





MENGENAL IMAM MALIK ?



Muqaddimah
Imam Malik –rahimahullah- dilahirkan –sebagaimana pendapat kebanyakan para ulama- pada tahun 93 H. di kota Madinah Munawarah, ia melihat peninggalan pada sahabat dan tabi’in sebagaimana ia juga melihat peninggalan Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan banyak tempat-tempat bersejarah yang mulia. Maka semua itu memberikan dampak positif kepada cara pandang beliau, pemahaman dan  kehidupan beliau. Kota Madinah adalah tempat bersinarnya cahaya Islam, tempat lahirnya ilmu, sumber ilmu pengetahuan.
Imam Malik menghafal al Qur’an Karim semenjak awal kehidupannya –sebagaimana kebiasaan yang banyak dilakukan keluarga muslim-, lalu  beliau beranjak untuk menghafal hadits, ia mendapati lingkungannya kondusif dan memberikan semangat. Ketika ia mengutarakan keinginannya kepada ibunya untuk mencari ilmu dan membukukannya, ia mengenakan pakaian yang paling bagus, dengan surban di kepalanya, lalu ia berkata: “Pergilah dan tulislah sekarang”, ia juga berkata: “Pergilah ke Rabi’ah dan belajarlah sopan santunnya sebelum ilmunya”. (al Madarik: 115)
Imam Asy Syafi’i bercerita, “Jika pengikut hawa nafsu datang kepada Malik, maka dia berkata, “Adapun aku di atas bukti yang kuat tentang agamaku, dan kamu di atas keragu-keraguan, maka pergilah kamu kepada orang-orang seperti kamu,” Beliau memarahi mereka. (Ibid, 7/180)
Sikap Imam Malik terhadap Syiah Rafidhah juga sangat keras, Beliau mengkafirkannya, sebagaimana dikutip Imam Ibnu Katsir berikut ini, ketika membahas tafsir surat Al-Fath ayat 29:
ومن هذه الآية انتزع الإمام مالك -رحمه الله، في رواية عنه-بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة، قال: لأنهم يغيظونهم، ومن غاظ الصحابة فهو كافر لهذه الآية. ووافقه طائفة من العلماء على ذلك
Dari ayat ini, Imam Malik Rahimahullah memutuskan –dalam sebuah riwayat darinya- tentang kafirnya golongan rafidhah, yaitu orang-orang yang marah terhadap sahabat nabi. Beliau berkata, “Karena mereka murka terhadap sahabat nabi, dan barang siapa yang marah terhadap sahabat nabi maka dia kafir menurut ayat ini.” Segolongan ulama sepakat atas fatwanya ini. (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Alquran Al-Azhim, 7/362)

Kitab Al-Muwaththa ?
Inilah kitab hadits pertama dalam bentuk susunan yang begitu rapi, disusun oleh Imam Malik selama empat puluh tahun lamanya. Beliau senantiasa mengkoreksinya setiap empat puluh hari sekali, sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Abdul Wahid.
Penamaan kitab ini dengan Al-Muwaththa’, karena Imam Malik telah mengkonsultasikan riwayat yang ada di dalamnya kepada 70 ulama fiqih di Madinah, dan mereka menyetujuinya (watha’a), sejak itulah dinamakan Al-Muwaththa.’ Sebenarnya, selain Imam Malik juga ada ulama lain yang menyusun kitab dengan judul Al-Muwaththa’, seperti Al-Muwaththa karya Ibnu Abi Dzi’b, Al-Muwaththa karya Ibnul Majisyun, dan lainnya.
Para sejarawan berbeda tentang sebab awalnya kenapa Imam Malik menyusun kitab Al-Muwaththa’, ada yang berpendapat atas permintaan khalifah Al-Mahdi bin Al-Manshur, ada juga yang menyebut sebagai arahan dari khalifah Ja’far bin Al-Manshur, ada yang juga menyebut ini merupakan inisiatif dirinya sendiri setelah melihat kitabnya Ibnul Majisyun. (Muqadimah Al-Muwaththa’, 1/74-77. Tahqiq: Syaikh Muhammad Mushthafa Al-A’zhami)
Muwaththa` merupakan hasil temuan karya imam Malik Yang memucat spektakuler yang, Dan Disana Masih Ada beberapa karya beliau Yang tersebar, diantaranya;
  1. Risalah fi al qadar
  2. Risalah fi sebuah nujum wa al Qamar manazili
  3. Risalah fi al aqdliyyah
  4. Risalah ila abi Ghassan Muhammad bin Mutharrif
  5. Risalah ila al Laits bin Sa'ad fi ijma'i Ahli al madinah
  6. Fi Juz`un di tafsir
  7. Kitabu sebagai sirr
  8. Risalatu ila Ar Rasyid.
Pujian Ulama ?
Sebagian ulama atsar berkata: “Bahwa imamnya manusia setelah Umar adalah Zaid bin Tsabit, dan setelah itu adalah Abdullah bin Umar, dan yang belajar dari Zaid sebanyak 21 orang laki-laki, kemudian semua ilmu mereka mengerucut kepada tiga orang: Ibnu Syihab, Bakir bin Abdullah dan Abu Zinad, dan ilmu mereka bertiga mengerucut kepada Malik bin Anas”. (Al Madarik: 68)
Imam Malik sangat menghormati hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- hingga beliau pernah ditanya: “Apakah anda pernah mendengar dari Malik bin Dinar ?, beliau menjawab: “Saya melihat beliau menyampaikan hadits sedangkan masyarakat menulisnya sambil berdiri, maka saya tidak suka menulis hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan berdiri”. Sebagaimana saya tidak pernah menyimpan kesungguhan untuk menghafal hadits dan belajar kepada para ulama, maka saya pun tidak menyimpan harta untuk mendapatkan ilmu tersebut. sehingga Ibnul Qasim berkata: “Malik telah disibukkan dengan belajar menuntut ilmu sampai atap rumahnya jebol, lalu ia menjual kayu-kayunya, kemudian dunia menjadi berat untuk cenderung kepadanya”. (al Madarik: 115)
Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Kami bukan siapa-siapa di hadapan Imam Malik, kami hanya mengikuti jejak beliau, dan kami menilai syeikh tertentu jika Malik menulis tentangnya, maka kami juga menulisnya. Saya tidak melihat Madinah kecuali akan rusak setelah wafatnya Malik bin Anas”.
Imam Syafi’i berkata: “Jika anda mendapatkan atsar dari Malik maka peganglah dengan erat, jika ada hadits tertentu maka Malik adalah bintangnya (pakarnya), jika para ulama disebutkan maka Malik adalah bintangnya (pakarnya), dan tidak ada seorang pun dalam bidang ilmu yang sama dengan Malik; karena hafalannya, ketelitian dan kehati-hatiannya. Barang siapa yang menginginkan hadist shahih maka hendaknya ia (menemui) Malik”.
Ahmad bin Hambal berkata: “Malik adalah bagian dari para ulama, ia adalah imam dalam ilmu hadits dan fikih, dan siapa yang serupa dengan Malik !... mengikuti jejak pendahulunya dari kecerdasan dan akhlaknya”.
Al Qadhi ‘Iyadh berkata: “Beliau hidup selama kurang lebih 90 tahun, dahulu di (Madinah) ada seorang Imam yang meriwayatkan, berfatwa, pendapatnya didengar selama sekitar 70 tahun, wibawanya selalu meningkat setiap saat, keutamaan dan kepeminpinannya terus meningkat sampai meninggal dunia, dia adalah rujukan satu-satunya sejak bertahun-tahun yang lalu. Ia memiliki kepemimpinan dunia, agama tak seorangpun yang membantahnya”. (al Madarik: 111)
Persaksian para ulama Terhadap beliau ?
  1. Imam malik menerangkan TENTANG Dirinya; 'Aku Tidak berfatwa sehingga Tujuh puluh orangutan bersaksi bahwa diriku Ahli hearts masalah tersebut.
  2. Sufyan bin 'Uyainah menuturkan; "Malik merupakan orangutan alim Penduduk Hijaz, Dan dia merupakan hujjah PADA masanya."
  3. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: ". Malik Adalah pengajarku, Dan darinya aku menimba ilmu" Dan dia JUGA menuturkan; "Apabila ulama di sebutkan, Maka Malik Adalah bintang."
  4. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: "Saya TIDAK mengetahui kitab ilmu Yang LEBIH Banyak benarnya dibanding kitab Imam Malik" Dan imam Syafi'i Berkata: "TIDAK ADA Diatas bumi Suami kitab Penghasilan kena pajak kitabullah Yang LEBIH sahih Dari kitab Imam Malik".
  5. Abdurrahman bin Mahdi menuturkan; "Aku Tidak akan mengedepankan Seseorang hearts masalah shahihnya hadits SEBUAH Dari PADA Malik."
  6. Al Auza'i apabila Menyebut Imam Malik, Berkata dia; "Ulama 'Alimul', Dan mufti Haramain."
  7. Yahya bin Sa'id al Qaththan menuturkan; "Malik merupakan imam Yang Patut untuk review di contoh."
  8. Yahya bin Ma'in menuturkan; "Malik merupakan hujjah Allah Terhadap Makhluk-Nya."



Sifat-Sifat imam Malik ?

Beliau Adalah Sosok Yang Tinggi gede, bermata biru, botak, Lebat berjenggot, Rambut Dan jenggotnya putih, TIDAK memakai Semir Rambut, Dan beliau menipiskan kumisnya. Beliau Senang mengenakan Bersih pakaian, Tipis Dan putih, sebagaimana beliaupun Sering bergonta-ganti pakaian. Memakai serban, Dan meletakkan Bagian sorban Yang berlebih di Bawah dagunya.

Aktifitas beliau hearts menimba ilmu ?

Imam Malik Tumbuh ditengah-Tengah Ilmu Pengetahuan, Hidup dilingkungan Keluarga Yang Mencintai ilmu, dikota Darul Hijrah, Sumber mata air Sebagai Sunah Dan kota rujukan para alim ulama. Di Usia Yang Masih Sangat belia, beliau Telah menghapal Al Qur`an, menghapal Sunah Rasulullah, menghadiri majlis para ulama Dan berguru Kepada shalat Seorang ulama gede PADA masanya Yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz.

Kakek Dan ayahnya Adalah ulama hadits terpandang di Madinah. Maka semenjak Kecil, Imam Malik TIDAK Meninggalkan Madinah untuk review Mencari ilmu. Ia merasa Madinah Adalah kota DENGAN Sumber ilmu Yang berlimpah DENGAN kehadiran ulama-ulama gede.
KARENA keluarganya ulama Ahli hadits, Maka Imam Malik pun menekuni Pelajaran hadits Kepada Ayah dan Paman-pamannya. Disamping ITU beliau PERNAH JUGA berguru Kepada para ulama Terkenal lainnya
Dalam Usia Yang terbilang muda, Imam Malik Telah Menguasai Banyak Disiplin ilmu. Kecintaannya Kepada ilmu menjadikan hampir Seluruh hidupnya di salurkan untuk review memperoleh ilmu.

Wafatnya ?
Al-Qa’nabi mengatakan, “Mereka mengatakan Malik wafat pada usia 89 tahun, yaitu pada tahun 179H.” (Ibid, 7/200).
Hanya saja para sejarawan berbeda pendapat tentang tanggal pasti wafatnya, ada yang mengatakan pagi hari 14 Rabi’ul Awwal, 179H, seperti dikatakan Ismail bin Abi Uwais. Sementara Mush’ab dan Ma’an bin ‘Isa mengatakan bulan Shafar. Abu Mush’ab Az Zuhri mengatakan 10 Rabi’ul Awwal. Muhammad bin Sahnun mengatakan 11 Rabi’ul Awwal. Ibnu Wahhab mengatakan 13 Rabi’ul Awwal
Sedangkan Al-Qadhi ‘Iyadh mengatakan bahwa yang benar adalah Rabi’ul Awwal, hari Ahad, setelah 22 hari dia sakit. (Ibid)
Beliau wafat karena sakit dan dalam keadaan husnul khatimah, dengan mengucapkan syahadat di akhir hayatnya lalu membaca Alquran. Ismail bin Abi Uwais mengatakan, “Imam Malik wafat karena sakit, aku tanya sebagian keluargaku apa yang dibaca oleh Malik menjelang wafatnya. Mereka menjawab, Beliau bersyahadat, lalu membaca ayat: Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Ar Ruum: 4). (Ibid)
Usul mazhab ?
Sesungguhnya Imam Malik menggunakan usul mazhabnya yang agak berlainan daripada mazhab-mazhab lain yang wujud,diantara usul-usul beliau di dalam mazhab ialah :
(1) Al-Quran : seperti para imam mazhab yang lain,iaitu bersandar kepada kitabullah pertamanya.
(2) As-Sunnah
(3) Ijma’
(4) Al-Qiyaas : tetapi beliau tidaklah terlalu membuka luas pintu penggunaan qiyas di dalam mengeluarkan hukum hakam,sepertimana yang dilakukan oleh para fuqaha’ Hanafiah.
(5) Amalun Ahli Madinah (perlakuan penduduk Kota Madinah) : beliau menambah usul ini selepas keempat-empat usul utama yang disepakati tadi,yang mana perbuatan penduduk Madinah di dalam mazhab Maliki seakan-akan hadith yang diriwayatkan daripada baginda nabi daripada sekumpulan manusia kepada sekumpulan manusia yang lain,iaitu seperti hadith mutawatir,sebab itulah Imam Malik mendahulukan usul ini daripada Al-Qiyas didalam memperdalilkan sesuatu hukum,dan begitulah juga  pada kata-kata sahabat yang tidak boleh diijtihadkan (3) juga mendepani Al-Qiyas,Masalihul Mursalah (4) ,Sadduz Zarai’e (5) ,Al-‘Urf (6) ,Istihsan dan juga Istishab. (7)

Ikhtitam
Ia menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Madinah. Lahir, tumbuh, belajar, dan mengajar di Madinah. Jika ada yang mengharuskannya keluar dari tanah kelahiran maka itu adalah ke Makkah untuk beribadah umrah dan melaksanakan kewajiban haji. Kecintaannya kepada Kota Nabi tersebut membuat ia bertahan meski harus menerima siksaan dari penguasa karena perbedaan pendapat tentang masalah fikih. Sebab itulah ia mendapat gelar Imam Dar al-Hijrah atau Imam Negeri Hijrah Nabi (Madinah).
Dialah Imam Malik, penulis al-Muwaththa’, kitab hadis yang mendapat pujian dari muridnya, Imam Syafi’i, sebagai satu-satunya kitab di dunia ini yang kebenarannya paling mendekati kebenaran Al-Quran.

Sumber:1.http://www.kajiansunnah.ne
2.http://islamqa.info
3.http://www.dakwatuna.com
4.https://alhammasiyy.wordpress.com
Jakarta 2/12/2015

1 komentar:

  1. Mohon dicek lagi bahasa pada bahasan Persaksian para ulama Terhadap beliau ?

    Kok, bahasanya kacau begitu. Masa ada orangutan segala?

    BalasHapus

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman