KELAHIRAN NABI ISA DALAM AL QURAN
إِنَّ مَثَلَ
عِيسَىٰ عِندَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ
كُن فَيَكُونُ
“Sesungguhnya
perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
“Jadilah”, maka jadilah ia.” (Ali ‘Imron: 59)
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ
عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا
وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ
“Dan
(ingatlah) Maryam putri ‘Imran yang memelihara kemaluannya (dari perbuatan
keji). Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami,
dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan kitab-kitab-Nya, dan dia itu termasuk
orang-orang yang taat.” (At-Tahriim: 12)
Muqaddimah
Para penulis buku “Fiqih Lintas Agama”
memiliki masalah terkait dengan kecermatan mereka dalam mengetengahkan Al Quran
Surat Maryam ayat 33 sebagai pijakan teologis bahwa mengucapkan selamat Natal
terhadap penganut Kristen adalah diperbolehkan bagi umat Islam. Ayat yang
dimaksud adalah sebagi berikut:
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku
dibangkitkan hidup kembali“.6
Kelahiran Isa as ?
Ayat tersebut hanya diambil sebagai sebuah
penggalan dengan melupakan hubungan ayat tersebut dengan ayat-ayat sebelumnya.
Padahal melihat hubungan antar ayat dalam Al Quran guna menghasilkan sebuah
penafsiran adalah pendekatan yang mutlak harus dilakukan. Melepaskan hubungan
antar ayat, sebagaimana dilakukan oleh para penggagas “Fiqih Lintas Agama”
tersebut, akan menghasilkan tafsiran yang kurang komprehensif atau bahkan
sangat dimungkinkan akan menghasilkan tafsir menyesatkan. Terbukti penafsiran
yang dilakukan oleh kalngan liberal tersebut menghasilkan pemahaman yang
fragmentatif karena tidak mempertimbangkan sibaq
(pra), lihaq (pasca), dan siyaq (suasana). Adapun
keterkaitan antar ayat tersebut akan ditampilkan sebagi berikut:
(30). Berkata Isa: “Sesungguhnya Aku
Ini hamba Allah, dia memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan Aku seorang
nabi, (31).
Dan dia menjadikan Aku seorang yang diberkati
di mana saja Aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama Aku hidup; (32). Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak
menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka. (33). Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku
dibangkitkan hidup kembali”.7
Ayat ke-30 tersebut menjelaskan kedudukan
Nabi Isa sebagai seorang hamba dan Nabi yang menerima kitab dari Allah. Dalam
konsep Islam, nabi dan rasul, termasuk Nabi Isa, adalah manusia biasa yang
menjadi hamba dan utusan Allah, bukannya sebagai Tuhan. Sementara itu umat
Kristen menyakini bahwa Yesus adalah salah satu oknum dari ketuhanan trinitas
atau dengan kata lain Yesus adalah Tuhan itu sendiri. Bagi pemeluk agama
Kristen, Yesus adalah manusia dan dia juga seorang nabi, namun dia juga
merupakan Firman Tuhan yang pada hakikatnya Yesus adalah satu dengan Tuhan.8
Dari sini telah jelas perbedaan konsep antara kedua agama tersebut. Maka
pertanyaan besar yang seharusnya mengemuka adalah : “Apakah umat Kristen akan
bersedia menerima jika diberi ucapan selamat natal bagi Yesus yang dilahirkan
hanya sebagi manusia biasa, bukannya Tuhan ?”. Demikian juga sebaliknya,
“Apakah umat Islam akan bersedia memberikan ucapan selamat Natal dengan
konsekuensi menganggap Yesus sebagai Tuhan ?
Menurut Ibnu Katsir, maksud ayat 33 Surat
Maryam tersebut merupakan sebagian dari ketetapan Nabi Isa atas dirinya sebagai
hamba Allah dan dia hanya merupakan makhluk, sebagimana makhluk Allah lainnya.
Beliau mengalami hidup, mati, dan dibangkitkan kembali sebagaimana makhluk
lainnya pula.9
Prof. DR. (Buya) Hamka menyoroti bahwa maksud ayat tersebut pada dasarnya
merupakan sebuah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Isa agar diberikan keselamatan
dan kesejahteraan mulai dalam kehidupan di dunia yang ditandai dengan sejak
kelahirannya, ketika telah mati yaitu saat berada di alam kubur, dan pada hari
kiamat pada masa kebangkitan.10
Tengku Hasbi Ash Shiddieqy memaknai bahwa ayat ke 33 Surah Maryam tersebut
maksudnya adalah penekanan pada pembelaan Nabi Isa yang ibunya, Maryam, telah
dituduh sebagai wanita pezina oleh kalangan Yahudi. Masyarakat Yahudi tidak
dapat menerima bahwa Isa adalah seorang utusan bagi mereka.11
Senada dengan Buya Hamka, M. Quraish Shihab menafsirkan bahwa ayat tersebut
merupakan doa Nabi Isa bahwa salam yakni keselamatan besar dan kesejahteraan
sempurna tercurah atas diri beliau serta terhindarkan dari aib dan bencana
serta kekurangan pada hari kelahiran, pada hari meninggal dunia, dan pada hari
kebangkitan kelak di padang Mahsyar. Lebih lanjut Quraish Shihab menegaskan
bahwa ayat tersebut sama sekali tidak terkait dengan ucapan “Selamat Natal”.
Pengucapan “Selamat Natal” tersebut terkait dengan Ketuhanan Yesus Kristus,
sebagimana diyakini kaum Kristen, jelas bertentangan dengan keimanan karena
mengaburkan keyakinan azasi Islam.12
Quraish Shihab nampaknya masih memberikan kelonggaran berupa batasan bahwa ucapan
“Selamat Natal” tersebut masih sesuai dengan semangat Al Quran maka hal
tersebut tidak menjadi masalah. Mengenai hal ini maka akan penulis bahas lebih
lanjut.13
Dari pembahasan di atas memang telah tegas
bahwa kedua agama tersebut memiliki konsep yang berbeda terhadap sosok yang
kurang lebih adalah sama. Dengan kata lain dapat ditegaskan pula bahwa semua
agama tidak sama dan konsekuensinya tidak semua agama benar. Namun perbedaan
tersebut tidak harus dimunculkan sebagai potensi konflik. Justru perbedaan
konsep teologis antara kedua agama tersebut hendaknya dipahami secara mendalam.
Jika permasalahanya terkait hubungan antar umat beragama, maka persoalannya
bukan terletak pada ucapan selamat hari raya antar agama. Kerukunan tersebut
seharusnya lebih merupakan kesadaran setiap umat beragama sebagai sesama ras
manusia. Islam disatu sisi telah memiliki sumber-sumber teologis yang cukup
untuk menyusun sebuah kerangka kerukunan antar umat beragama. Piagam Madinah,
misalnya, merupakan material
source yang telah cukup mamadai guna menghasilkan konsep tersebut.
Apalagi ketentuan Rasulullah SAW dalam Piagam Madinah tersebut telah secara
meyakinkan mampu dibuktikan untuk mengatur pemerintahan Madinah yang multi
etnis dan multi-agama. Di lain pihak perbedaan tidak selalu menjadi sumber
konflik jika sikap saling pengertian telah terbina sejak awal. Dalam banyak
kejadian, upaya menghilangkan sejumlah perbedaan antar agama dengan mengaburkan
nilai-nilai agama yang bersangkutan justru merupakan sumber rentan pemicu
konflik.
Nabi Isa dalam pandangan Islam merupakan
salah satu Nabi yang diyakini diantara nabi-nabi Allah lainnya. Beliau juga
merupakan salah satu Nabi dalam ‘ulul azmi.
Terkait dengan proses kelahiran Nabi Isa, Al Quran memiliki informasi
tersendiri secara mandiri yang secara diametral sangat berbeda dengan
keterangan dari Perjanjian Baru, kitab suci umat Kristen. Proses kelahiran yang
tidak sama ini, harus disadari sejak awal, juga akan melahirkan konsepsi yang
berbeda pula.
Al Quran memberikan informasi bahwa Isa alaihi as salam dilahirkan oleh
ibundanya, Maryam, dibawah pohon Kurma yang sedang masak buahnya. Informasi ini
akan dapat digunakan untuk merekonstruksi waktu kelahiran berdasarkan versi
Islam. Adapun Ayat Al Quran tersebut adalah sebagai berikut:
(23). Maka rasa sakit akan melahirkan anak
memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah
baiknya Aku mati sebelum ini, dan Aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi
dilupakan”. (24). Maka Jibril menyerunya dari tempat yang
rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu Telah menjadikan
anak sungai di bawahmu. (25). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
Dengan asumsi bahwa Nabi Isa lahir di wilayah
Betlehem, Palestina, maka kelahiran tersebut telah terjadi pada musim kurma
sedang masak. Pohon kurma termasuk pohon musiman dan kematangan buah kurma
biasanya memang tidak bisa serentak pada waktu yang sama. Walaupun tidak masak
bersamaan kurma di palestina, secara umum, telah mengalami puncak kematangan
pada musim panas. Keterangan yang lebih jelas adalah kurma tidak mungkin masak
pada musim dingin atau penghujan. Berdasarkan hal ini maka telah jelas, Al
Quran mengisyaratkan bahwa kelahiran Isa terjadi pada musim panas. Waktu tepat
untuk kematangan kurma itu sendiri adalah antara bulan Maret sampai Juni. Jadi dalam interval
kedua bulan itulah Nabi Isa telah dilahirkan oleh Maryam ke dunia. Penggunaan
interval waktu dalam kedua bulan tersebut telah mempertimbangkan kematangan
kurma yang tidak serempak. Namun masih berada dalam satu musim panas.
Sementara umat Kristen telah meyakini bahwa
Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dimana setiap tahunnya hari tersebut
diperingati sebagi hari Natal. Pada bulan Desember tersebut, matahari berada
pada titik balik musim dingin. Dengan kata lain Betlehem sedang mengalami musim
dingin. Sedangkan kurma tidak mungkin masak pada musim dingin tersebut. Dengan
demikian, semakin jelas sudah bahwa konsep kelahiran Nabi Isa dalam Al Quran
dan keyakinan umat Kristiani tentang hari Natal adalah dua hal yang berbeda dan
sukar dikompromikan.
Bagi umat Islam, mengucapkan selamat natal
kepada penganut agama Kristen sama artinya dengan mengingkari informasi yang
diberikan oleh kitab sucinya sendiri. Di lain sisi, pada saat yang sama umat
Islam dilarang untuk bermental hipokrit (munafik). Maka, dengan alasan bahwa
ucapan selamat Natal tersebut hanya sekedar untuk menjaga hubungan erat dan
tidak perlu menjadi keyakinan pun, misalnya sekedar sebagi basa basi, tetap
harus dihindari. Sebab konsekuensinya berhubungan dengan keyakinan paling
mendasar yaitu terhadap kebenaran informasi dari Allah dalam Al Quran.
5. SYUBHAT KELIMA ?
Andai pun umat Islam tidak merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa
as bersama umat Kristiani pada tanggal 25 Desember, karena khawatir
terganggunya aqidah. tapi setidaknya tidak mengapa sekedar mengucapkan SELAMAT
NATAL kepada mereka untuk penghormatan dan maslahat pergaulan. Apalagi bagi
Tokoh Islam yang jelas sudah mantap aqidahnya dan diperlukan pemantapan
hubungan pergaulan Lintas Agamanya, sehingga kekhawatiran semacam itu tidak
perlu ada sekaligus tidak lagi menghalangi Tokoh Islam dalam meningkatkan
Dakwah Lintas Agama.
JAWABAN
:
Natal
secara Estimologi adalah Hari Lahir. Dan secara Terminologi adalah Hari Lahir
Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan, sebagaimana ditulis oleh berbagai
Ensiklopedi. Dan sebutan HARI NATAL hanya digunakan dalam makna Terminologi.
Artinya, jika seseorang mengucapkan SELAMAT NATAL maka sesuai makna
Terminologinya berarti mengucapkan "Selamat Hari Lahir Yesus Kristus
sebagai Anak Tuhan". Dan itu jelas haram bagi umat Islam.
Jika
seorang Muslim terlanjur mendapat ucapan Selamat Natal dari siapa pun, maka
mesti dijawab dengan Surat AL-IKHLASH yang berintikan Keesaan Allah SWT yang
tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Syariat
Islam buat semua lapisan umatnya, Ulama dan Awam, Pejabat dan Rakyat, Kaya dan
Miskin. Karenanya, apa pun yang menjadi MAZHONNATUL FITAN diharamkan, baik bagi
yang imannya kuat, apalagi yang imannya lemah. Lebih-Iebih jika Mazhonnatul
Fitannya menyangkut aqidah sebagaimana telah diuraikan tadi.
Kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam Dalam Islam ?
Di
dalam Alquran, Allah telah menjelaskan kedudukan Nabi Isa ‘alaihissalam
yang sesungguhnya, bahwa beliau adalah salah satu hamba terbaik pilihan Allah
dan juga utusan-Nya yang memiliki kedudukan tinggi dan mulia di sisi-Nya. Bukan
sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Yahudi yang mengatakan beliau adalah
anak zina. Bukan pula orang-orang Nasrani bahwa beliau adalah Allah atau anak
Allah.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah membantah keyakinan buruk mereka ini dalam
firman-Nya,
إِنْ هُوَ
إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ
“Isa
tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat kepadanya dan Kami
jadikan Dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail.”
(Az-Zukhruf: 59)
إِنَّمَا
الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ
مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ
“Sesungguhnya
Al Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah, kalimat-Nya yang Ia
kirimkan kepada Maryam, dan juga roh dari-Nya.” (An-Nisaa’: 171)
وَرَسُولًا
إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُم بِآيَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ
“Dan
(Allah jadikan Isa) sebagai Rasul (yang diutus) kepada Bani Israil (dan berkata
kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa ayat
(mukjizat) dari Rabb-mu.” (Ali ‘Imran: 49)
Di antara
yang beliau serukan kepada Bani Israil adalah apa yang Allah abadikan dalam
kitab-Nya,
وَقَالَ الْمَسِيحُ
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَن
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Dan
(Isa) Al-Masih berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabb-ku dan juga
Rabb kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah
(dalam ibadahnya), maka Allah haramkan surga untuknya, dan tempat kembalinya
ialah neraka. Dan orang-orang zalim itu tidak memiliki seorang penolong pun
(yang akan menolongnya dari siksa api neraka).” (Al-Maaidah: 72)
إِنَّ اللَّهَ
رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
“Sesungguhnya
Allah itu Rabb-ku dan juga Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Nya. Inilah
jalan yang lurus.” (Ali-‘Imran: 51)
Footnote
8 I. Suharyo, Pr. Membaca Kitab Suci Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama.
Cetakan VI. (Lembaga Biblika Indonesia Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1995).
Hal. 108-109
9Muhammad Nasib Ar Rifa’i. Taisiru al Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir
Ibnu Katsir III. (Ma’tabah Ma’arif, Riyadh, 1989). Terjemah Drs.
Syihabuddin. Kemudahan dari Allah Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir III. (Gema Insani Press, Jakarta, 2000). Hal.
192
11Teungku Muh. Hasbi Ash Shiddieqy. Tafsir Al Quranul Majid 3.
(Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000). Hal. 2475
12M. Quraish Shihab. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan
Keserasian Al Qur’an. Vol. 8. (Lentera Hati, Jakarta, 2002). Hal.
180-184
Sumber:1http://www.voa-islam.com
2.https://muslim.or.id
3.https://susiyanto.wordpress.com
Jakarta 23/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar