BERTAUBAT (2)
Perintah Bertaubat
Di antara ayat Al Quran yang berbicara tentang taubat
adalah firman Allah:
"Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada seluruh
kaum mu'minin untuk bertaubat kepada Allah SWT, dan tidak mengecualikan
seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu telah demikian taat menjalankan
syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum muttaqin, namun tetap ia
memerlukan taubat.
1.Di antara kaum mu'minin
ada yang bertaubat dari dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar
itu. Karena ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa).
2.Di antara mereka ada yang
bertaubat dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari
dosa-dosa macam ini.
3.Dari mereka ada yang
bertaubat dari melakukan yang syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia
telah menyelamatkan agama dan nama baiknya.
4.Dan diantara mereka ada
yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan.
5.Dan di antara mereka
malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian yang terjadi dalam hati
mereka.
6.Dan dari mereka ada yang
bertaubat karena mereka berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha
untuk mencapai maqam yang lebih tinggi lagi.
Taubat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan
khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi.
Maka kembali --yaitu dengan bertaubat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia
adalah amat urgen, baik ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti
babi, juga bagi wali atau si pencuri. Perkataan itu didukung oleh hadits:
"Seluruh kalian adalah
pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka
yang sering bertaubat". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya
dari Anas.
Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Demi
Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa
niscaya Allah SWT akan membinasakan kalian dan mendatangkan suatu makhluk lain
yang berbuat dosa, sehingga mereka kemudian meminta ampun kepada Allah SWT dan
Allah SWT mengampuni mereka". (Karena di antara nama Allah SWT adalah
"Al Ghaffaar" --Maha Pemberi ampunan. Maka siapa yang akan memberikan
ampunan jika seluruh hamba-Nya adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan
dosa?!! Maka orang yang telah melakukan dosa hendaknya tidak menjadi putus asa,
selama dosa yang ia lakukan itu adalah bukan dosa besar. Karena ampunan Allah
SWT lebih besar dari dosanya itu. Dan Allah SWT berfirman: "Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Penyampun lagi Maha
Penyayang". (QS. Az-Zumar: 53).). Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan
lainnya.
Hakikat taubat
adalah:
- Menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lampau.
- Membebaskan diri seketika itu pula dari dosa tersebut.
- Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa yang akan datang.
Rasulullah
bertaubat kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari. Alasannya bukan
karena Rasulullah memiliki banyak dosa, tetapi bagi Rasulullah, taubat itu
nikmat dan manis. Selain itu, Rasul kita memiliki kepekaan yang sangat tinggi
terhadap karunia Allah sehingga ia selalu merefleksikannya dengan cara yang
telah Allah beritahu dalam Alqur’an, yakni TAUBAT.
Hal seperti ini
baru akan dapat ditiru oleh hamba Allah masa kini ketika ia sudah sudah diberi
karuniai oleh Allah berupa sensitifitas kalbu untuk dapat melihat segala
karuniaNya, dan merekapun bersyukur karenanya.
Taubat yang
diterima Allah adalah taubat yang dilakukan karena kesalahan atau kebodohan
seseorang dan cepat kembali ketika ia sadar. Sedangkan taubat yang tidak
diterima adalah ketika seseorang menunda-nunda taubat hingga menumpuk, sampai
kematian menjelang baru bertaubat. Annisa 17 dan 18.
Jadi kesimpulan
dari bertaubat adalah ketika
seseorang sudah dapat menanamkan rasa takut yang dalam, teman yang paling indah
untuk melakukanny adalah ketika tengah malam harus berlingan air mata untuk
mengharap ridhaNya. Wallahualam…
Balasan
Orang Yng Bertaubat
Allah sangat menyukai orang yang bertobat:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).
Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah
SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi
seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah
mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw:
"Jika kalian melakukan
kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit,
kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada
kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia
menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235)
Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah:
Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka
serta berdo'a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab
neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari
keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat
sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:
"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):
"Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka
berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau
dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami,
dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada
mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan
istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang
maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan)
kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada
hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah
kemenangan yang besar." (QS.Ghaafir: 7-9).
Taubat Nabi-nabi dalam Al
Quran
Al Quran telah menyebutkan kepada kita taubat
Nabi-nabi dan orang-orang yang saleh atas perbuatan salah mereka. Mereka segera
menyesal, bertaubat dan beristighfar dari kesalahan itu. Dengan berharap agar
Allah SWT mengampuni dan meneriman taubat mereka.
1. Taubat Nabi ADAM a.s.:
Pemimpin orang-orang yang taubat adalah nenek moyang manusia, Adam a.s. Yang
telah Allah SWT jadikan dia dengan tangan-Nya dan meniupkan ke dalam dirinya
secercah dari ruh-Nya, memerintahkan malaikat untuk sujud kepadanya,
mengajarkan kepadanya seluruh nama-nama, serta menampilkan keutamaannya atas
malaikat dengan ilmu pengetahuannya. Namun Adam yang selamat dalam ujian ilmu
pengetahuan, tidak selamat dalam "term pertama" ujian iradah
(mengekang hawa nafsu). Allah SWT mengujinya dengan beban pertama yang
ditanggungkan kepadanya. Yaitu melarang untuk memakan suatu pohon. Hanya satu
pohon yang dilarang untuk dimakannya, sementara memberikan kebebasan baginya
untuk memakan seluruh pohon surga sesuka hatinya, bersama isterinya. Di sini
tampak ia tidak dapat menahan keinginan pribadinya, serta melupakan larangan
Rabbnya dengan dipengaruhi bujuk rayu syaitan dan tipu dayanya, sehingga dia
pun memakannya dan dia pun terjatuh dalam kemaksiatan. Namun secepatnya dia
mencuci dan membersihkan dirinya dari bekas-bekas dosa itu, dengan taubat dan
istighfar.
"Dan
durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka
Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thaaha: 121-122)
2. Taubat Nabi MUSA a.s.: Al
Quran menceritakan kepada kita tentang taubat Musa yang dipilih Allah untuk
membawa risalah-Nya dan menerima kalam-Nya. Namun ia telah melakukan dosa
sebelum mendapatkan risalah. Yaitu karena menuruti permintaan seseorang dari
kaumnya yang sedang bertengkar dengan kaum Fir'aun untuk membantunya, maka
kemudian Musa memukulnya dan orang itupun tewas seketika.
"Musa
berkata: Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan adalah musuh yang
menyesatkan, lagi nyata (permusuhannya). Musa mendo'a: Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku. Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. al Qashash: 15-16)
3. Taubat Nabi YUNUS a.s: Al
Quran juga menceritakan tentang taubat Nabi Yunus a.s. Ketika beliau berdakwah
kepada kaumnya untuk menyembah Allah SWT namun mereka tidak menuruti dakwahnya
itu. Maka Nabi Yunus tidak merasa sabar menghadapi itu, dan marah terhadap
kaumnya, kemudian beliaupun pergi meninggalkan mereka. Kemudian Allah SWT ingin
menguji beliau dengan cobaan yang dapat membersihkannya, dan menampakkan sifat
aslinya yang bagus. Serta sejauh mana keyakinanya terhadap Rabbnya dan
kejujurannya dengan Rabbnya. Beliau kemudian menaiki sebuah kapal laut, di
tengah laut kapal itu dihantam angin besar, dan dipermainkan oleh ombak, dan
mereka merasa bahwa mereka sedang berada dalam bahaya yang besar. Para anak
buah kapal berkata; kita harus mengurangi beban kapal sehingga kapal ini tidak
tenggelam. Dan akhirnya mereka harus memilih untuk menceburkan sebagian orang
yang berada di atas kapal itu agar para penumpang yang lain selamat dari
ancaman tenggelam itu. Hal itu dilakukan dengan sistem undian. Kemudian undian
itu jatuh kepada Yunus, dan beliaupun harus mengikuti nasibnya itu. Maka
beliaupun dilemparkan ke laut, dan kemudian ditelan oleh seekor ikan paus,
sambil mendapatkan kecaman karena ia marah terhadap kaumnya serta meninggalkan
mereka, karena putus harapan atas mereka. Tanpa berupaya untuk terus mengulangi
usahanya itu. Di dalam perut ikan paus itu, keyakinan Yunus kembali menguat,
dan beliau berdo'a dalam kegelapan yang menyelimutinya itu: kegelapan laut,
kegelapan malam, dan kegelapan perut ikan paus, dengan kalimat-kalimat yang
direkam oleh Al Quran ketika bercerita dengan ringkas tentang Yunus ini:
"Dan
(ingatlah) kisah Dzun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya atau menyulitkannya, maka ia
menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak di
sembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan
menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang
yang beriman." (QS. al Anbiyaa: 87-88)
4. Taubat Nabi DAUD a.s.: Al
Quran juga menuturkan kepada kita tentang cerita taubat nabi Daud a.s. seperti
diceritakan dalam surah Shaad. Yaitu ketika dua orang yang sedang berselisih
datang kepada beliau, dan memasuki mihrab beliau, sehingga beliau terkejut
melihat kedua orang itu. Keduanya kemudian berkata:
"Janganlah
kamu merasa takut (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang
dari kami berbuat zalim kepada yang lain ; maka berilah keputusan antara kami
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukkilah kami
ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini, mempunyai sembilan puluh
sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata:
Serahkanlah kambingmu itu kepadaku, dan ia mengalahkan aku dalam perdebatan.
Daud berkata: Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan
dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai
kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shaad:
22-25)
Kita lihat,
apa kesalahan Nabi Daud dalam kisah ini, yang dia sangka sebagai fitnah, dan
cobaan bagi beliau, kemudian beliau beristighfar kepada Rabbnya, serta tunduk
sujud dan memohon ampunan.
Yang tampak
dalam kisah itu adalah: Nabi Daud a.s. bertindak dengan tergesa-gesa serta
tidak meneliti dahulu secara mendalam, sehingga beliau terpengaruhi oleh
dorongan emosi ketika mendengar perkataan salah seorang yang sedang berselisih
itu. Dan secara tergesa-gesa memutuskan hukum dengan merugikan pihak lain,
tanpa terlebih dahulu mendengar alasan-alasannya, dan memberikan kesempatan
kepadanya untuk membela dirinya sendiri. Oleh karena itu, datang perintah Tuhan
agar Daud tidak cepat terpengaruh oleh emosinya dalam menetapkan suatu hukum.
Dalam firman Allah SWT:
"Hai
Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia denga adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah."
(QS. Shaad: 26)
JAKARTA
27/8/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar