MENGENAL WALI MURSYID ?
Apakah sekarang ini masih ada seorang Wali? Dan apakah kita harus mempercayai keberadaannya di muka bumi ini? Di dalam
al-Qur'an surat Yunus : 62, kita bisa mendapatkan jawabannya.
Artinya : Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah
itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
Muqaddimah
Di Indonesia dewasa ini banyak berkembang ajaran thariqat dengan beragam
bentuk cara pengamalannya, seperti thariqat Naqsyabandiyah, Qadariyah,
Syatariah, Syadziliyah dan lain-lain. Semua ajaran thariqat tersebut dipimpin
oleh seorang Guru Mursyid sebagai pembimbing dan penuntun ke jalan menuju pada
satu tujuan yaitu ma’rifat billah atau mengenal Allah. Tanpa Guru yang mursyid
tidaklah mungkin seseorang itu dapat melakukan perjalanan sampai kepada tujuan
dimaksud.
Seorang Guru
Pembimbing (Mursyid) haruslah benar-benar bisa mengarahkan murid ke jalan yang
benar. Ukuran benar dan salah di sini adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta
Akal Sehat. Jika keluar dari kerangka tersebut berarti mursyid tersebut
ajarannya tidak benar dan harus dihindari.
Rasulullah SAW bersabda, “Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah” (H.R. Abu Daud).
Rasulullah SAW bersabda, “Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah” (H.R. Abu Daud).
Dalam
khazanah ilmu tasawuf Guru Mursyid mempunyai peranan besar dalam membentuk
hierarki manusia untuk sampai ke tingkat realisasi tertinggi dalam menempuh
perjalanan spiritual, karena dimensi Al-Qur’an telah tertanam dalam dirinya.
Hanya saja persoalan ini jarang dikupas dan diteliti lebih dalam sehingga masih
menjadi sebuah misteri dalam kehidupan manusia. Bahkan pemuka agama sekalipun
banyak yang belum mengetahuinya. Guru Mursyid hanya dimengerti oleh hati yang
terbuka dan jiwa yang telah disucikan.
Predikat
mulia yang diberikan secara khusus oleh Allah kepada manusia pilihan ini
sebenarnya secara gambling telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi ayat
17 dengan sebutan “Waliyam Mursyida” artinya wali yang mursyid. Kata
“Wali” di sini dalam versi kaum Sufi diartikan sebagai figure manusia suci,
pemimpin rohani, manusia yang sangat taat beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sedangkan kata “Mursyid” diartikan sebagai nul Ilahi, cahaya Ilahi, atau energy
Ilahi.
“Cahaya
di atas cahaya, Tuhan akan menuntun kepada cahaya-Nya, siapa yang
dikehendaki-Nya” (QS. An-Nur : 35).
Menurut Syaikh Amin Qurdi, kita wajib percaya akan adanya wali. Jika tidak,
maka kufur namanya karena menentang al-Qur'an. Dalam ayat tersebut wali
disebutkan jama. Sebagian sufi menyebutkan ada 40 wali Abdal. Masing-masing
arah mata angin utara, selatan, timur dan barat 10 wali. Apabila
meninggal salah satunya, maka Allah langsung menggantikannya. Pemimpin 40 wali
itu adalah Wali Mursyid yang disebut Mursyid Kamil. Dan
Alhamdulillah kita telah bertemu dengan Pangersa Abah, mudah-mudahan kita
dicatat sebagai murid Beliau. Amiin.
Seorang wali
apalagi Mursyid Kamil pasti diberikan karomat. Apa Karomat itu, dan apa
fungsinya :
1.Karomat
seorang Wali Mursyid Kamil merupakan kepanjangan tangan dari mu'jizat
Rasulullah Saw. Dalam kitab yang lain disebutkan bahwa karomat ini berfungsi
untuk meyakinkan semua muridnya. Kita bisa melaksanakan mandi malam, shalat
malam, bisa datang ke Suryalaya untuk beribadah kepada Allah, semua itu bisa
kita lakukan karena ada karomat guru, Pangersa Abah.
2.Karomat itu
berfungsi untuk memperlihatkan kebenaran tentang kewaliannya. Karomat yang
paling agung adalah kalimat Laa Ilaha Illallah. Rajanya syukur adalah
dzikir, rajanya dzikir adalah kalimat Laa Ilaha Ilallah, alhamdulillah.
3.Untuk
menetapkan kesempurnaan agama. Artinya seseorang yang mendapatkan karomat
gurunya maka dia telah sempurna dalam melaksanakan ibadahnya kepada Allah,
menurut ilmu. Tetapi hal ini jangan sampai menimbulkan kesombongan.
Alhamdulillah, Pangersa Abah telah mengajarkan kepada kita keseimbangan, ilmu
syari'at ilmu hakikat, ilmu dzohir ilmu bathin.
4.Untuk
menetapkan hakikat dari ibadah. Karena adanya karomah dari Guru Mursyid, maka
kita mengetahui hakikatnya ibadah. Seperti tawajuh yang sering kita laksanakan
dimana dzikir Khofi itu tidak boleh dijaharkan. Nabi bersabda kepada Abu
Huroiroh dalam kitab al-Hikam juz II : "Apabila Engkau (Abu Huroiroh)
menjaharkan yang di dalam (hati) ini, sama dengan membunuh diri sendiri.
5.Untuk
menetapkan/mengukuhkan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Karomah itu akan kita dapatkan jika kita mengamalkan semua yang diajarkan
oleh Guru Mursyid, Pangersa Abah. Mudah-mudahan kita mampu mengikuti semua yang
diajarkan oleh Guru kita sehingga kita dicatat menjadi muridnya. Semoga Allah
memberikan kepada kita taufik, hidayah, kekuatan, keistiqomahan serta bertambah
ilmu yang bermanfaat. Karena murid yang dekat kepada Allah adalah yang patuh
dan taat kepada Gurunya.
Syarat Yang Dimiliki Wali Mursyid
As Syekh Muhammad Amin Al Kurdi dalam buku Tanwirul Qulubnya ada 24(duapuluh empat)
syarat yang harus dipenuhi oleh seorang Mursyid yaitu :
1). Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Syariah dan Akidah yang dapat
menjawab, dan memberikan penjelasan bila mereka bertanya tentang itu.
2). Mengenal dan arif tentang seluk beluk kesempurnaan dan peranan hati
serta mengetahui pula penyakit-penyakit, kegelisahan-kegelisahannya dan
mengetahui pula cara-cara mengobatinya.
3). Bersifat kasih sayang sesama muslim terutama kepada muridnya. Apabila
seorang mursyid melihat muridnya tidak sanggup meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
jeleknya maka ia harus bersabar dan tidak mencemarkan nama baiknya. Dia juga
harus terus menerus memberi nasehat, memberi petunjuk sampai muridnya itu
kembali menjadi orang baik.
4). Mursyid harus menyembunyikan atau merahasiakan aib dari murid-muridnya.
5). Tidak tersangkut hatinya kepada harta muridnya dan tidak pula bermaksud
untuk memilikinya.
6). Memerintahkan kepada murid apa yang harus dilaksanakan dan melarang apa
yang harus ditinggalkan. Untuk itu Mursyid harus memberi contoh sehingga
ucapannya menjadi berwibawa.
7). Tidak duduk terus menerus bersama dengan muridnya kecuali sekedar hajat
yang diperlukan. Kalau dia bermuzakarah memberi pelajaran kepada murid-muridnya
haruslah memakai kitab-kitab yang muktabarsupaya mereka bersih dari kotoran
yang terlintas dalam hati, dan supaya mereka dapat melaksanakan ibadat yang sah
dan sempurna.
8). Ucapannya hendaklah bersih dari senda gurau dan olok-olok, tidak mengucapkan
sesuatu yang tidak perlu.
9). Hendaklah selalu bijaksana dan lapang dada terhadap haknya. Tidak boleh
minta dihormati, dipuji atau disanjung-sanjung dan tidak membebani murid dengan
sesuatu yang tidak sanggup dilaksanakannya dan tidak menyusahkan mereka.
10). Apabila dia melihat seorang murid yang kalau banyak duduk semajelis
dengannya, bisa mengurangi kewibawaan dan kebesarannya, hendaklah si murid itu
segera disuruh berkhalwat yang tidak begitu jauh darinya.
11). Apabila ia melihat kehormatan terhadap dirinya sudah berkurang dalam
anggapan hati murid- muridnya, hendaklah ia segera mengambil langkah-langkah
yang bijaksana untuk mencegahnya, sebab yang demikian ini adalah musuh yang
terbesar.
12). Tidak lalai untuk memberi petunjuk kepada mereka, tentang hal-hal untuk
kebaikan murid- muridnya.
13). Apabila murid menyampaikan sesuatu yang dilihatnya dalam mukasyafah
maka hendaklah ia tidak memperpanjang percakapan tentang itu. Karena kalau
mursyid memperpanjang pembicaraannya tentang penglihatan murid tadi, mungkin
murid itu akan merasa martabatnya sudah tinggi dan ini akan merusak citranya.
14). Mursyid wajib melarang murid-muridnya membicarakan rahasia tarikat
kepada orang yang bukan ikhwannya kecuali terpaksa. Mursyid juga mencegah
pembicaraan tentang sesuatu yang luar biasa yang dialaminya walaupun dengan
sesama ikhwan, sebab yang demikian ini akan menimbulkan rasa sombong dan
takabur atau menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain.
15). Mursyid hendaklah berkhalwat pada tempat yang khusus dan tidak
memperkenankan orang lain masuk kecuali orang-orang yang telah ditentukan.
16). Mursyid hendaklah menjaga agar muridnya tidak melihat segala
gerak-geriknya, tidurnya, makan dan minumnya, sebab yang demikian bisa
mengurangi penghormatan murid terhadap syekh yang bercerita dan
mempergunjingkannya yang merusak kemaslahatan murid itu sendiri.
17). Tidak membiarkan murid terlalu banyak makan, karena banyak makan itu
memperlambat tercapainya latihan yang diberikan oleh Mursyid, dan banyak makan
itu menjadikan murid itu budak perut.
18). Melarang murid-muridnya semajelis dengan mursyid lain, sebab yang
demikian membahayakan keadaan murid itu sendiri. Tetapi apabila dia melihat
pergaulan itu tidak akan mengurangi kecintaan dan tidak pula akan menggoyahkan
pendirian muridnya, maka boleh saja mursyid membiarkan muridnya semajelis
dengan syekh lain.
19). Harus mencegah muridnya sering mengunjungi pejabat-pejabat atau para
hakim, supaya murid jangan terpengaruh, dan bisa menghambat tujuannya untuk
menuju akhirat.
20). Tutur kata dan tegur sapa hendaklah dilaksanakan dengan sopan santun
dan lemah lembut dan tidak boleh berbicara kasar atau memaki-maki.
21). Apabila seorang murid mengundangnya maka hendaklah dia menerima
undangan itu dengan penuh penghormatan dan penghargaan.
22). Apabila mursyid duduk bersama muridnya, hendaklah dia duduk dengan
tenang, sopan, tertib dan tidak gelisah dan tidak banyak menoleh kepada mereka.
Tidak tidur bersama mereka, tidak melunjurkan kaki. Para murid harus percaya
bahwa mursyid itu mempunyai sifat-sifat terpuji yang menjadi ikutan dan panutan
mereka.
23). Apabila mursyid menerima kedatangan murid, hendaklah dia menerimanya
dengan senang hati, tidak dengan muka yang masam dan apabila murid
meninggalkannya hendaklah mursyid mendo’akannya tanpa diminta. Apabila Mursyid
datang kepada muridnya, hendaklah ia berpakaian rapi, bersih dan bersikap yang
sebaik-baiknya.
24). Apabila seorang murid tidak hadir di majelis zikir, hendaklah ia
bertanya dan meneliti apa sebabnya. Kalau dia sakit, hendaklah dia jenguk atau
ada keperluan hendaklah ia bantu atau karena ada suatu halangan hendaklah dia
mendo’akannya.
Menurut Al Mukarram Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun
Yahya ada delapan
syarat utama bagi seorang mursyid itu, yaitu :
1). Pilihlah guru yang mursyid, yang dicerdikkan Allah SWT dengan izin dan
ridho-Nya bukan dicerdikkan oleh yang lain-lain.
2). Kamil lagi Mukammil (sempurna dan menyempurnakan), yang diberi kurnia
oleh Allah, karena Allah. 3). Memberi bekas pengajarannya (kalau ia mengajar
atau mendo’a berbekas pada si murid, si murid berubah ke arah kebaikan),
berbekas pengajarannya itu, dengan izin dan ridla Allah, Biiznillaahi.
4). Masyhur ke sana ke mari, kawan dan lawan mengakui, ia seorang guru
besar.
5). Tidak dapat dicela pengajarannyaoleh orang yang berakal, karena tidak
bertentangan dengan Al Qur’an, Al Hadis dan akal/ilmu pengetahuan.
6). Tidak mengerjakan hal yang sia-sia, umpamanya membuat hal-hal yang
tidak murni halalnya.
7). Tidak setengah kasih kepada dunia, karena hatinya telah bulat penuh
kasih kepada Allah. Dia ada giat bergelora dalam dunia, bekerja hebat dalam
dunia, tetapi tidak karena kasih kepada dunia itu, tetapi karena prestasinya
itu adalah sebagai wujud pengabdiannya kepada Allah SWT. 8). Mengambil ilmu
dari “Polan” yang tertentu ; Gurunya harus mempunyai tali ruhaniah yang nyata
kepada Allah dan Rasul dengan silsilah yang nyata. Di kalangan sufi atau
tarikat, berguru itu yang penting tidak hanya mendapatkan pelajaran atau ilmu
pengajaran, tetapi yang lebih penting lagi dalam belajar dengan Syekh Mursyid
itu adalah beramal intensif dan berkesinambungan, serta memelihara adab dengan
Syekh Mursyid sebaik-baiknya. Dengan cara ini seseorang murid antara lain akan
mendapatkan Ilmu Ladunni langsung dari Allah SWT yang berbentuk makrifah karena
terbukanya hijab. Inilah yang dimaksud dengan syarat nomor satu tersebut.
Syarat yang terpenting lainnya bahwa seseorang mursyid itu harus mempunyai
silsilah dan statuta yang jelas dari gurunya, seperti yang tersebut pada syarat
nomor delapan.
Jadi
hakikat Mursyid itu tidak berwujud, akan tetapi setelah masuk ke dalam rumah
wujud berulah ia memiliki wujud. Maka nur Ilahi atau energi Ilahi yang telah
mewujud dlam rohani sang guru itulah yang disebut dengan Waliyam Mursyida.
Dan Mursyid itu tidak banyak, yang banyak adalah badan ragawi yang disinggahi,
hanya penampakan fisiknya. Ibarat pancaran sinar matahari yang masuk ke
berbagai lobang, kelihatan banyak tetapi hakikatya hanya satu, sinar itu-itu
juga.
Kata
Nur (cahaya) yang bermakna mursyid, tidak diartikan sebagai cahaya dalam
pegertian bahasa. Mursyid sendiri berasal dari kata “Irsyad” yang
artinya petunjuk. Petunjuk yang bersumber dari nur Ilahi. Jika kata “Irsyad”
ditambahkan “mim” di depannya maka petunjuk tersebut terdapat pada
sesuatu (dimikili oleh sesuatu). Maka “mim” harus diartikan sebagai
seseorang yang memegang kualitas irsyad.
Karena
kata Waliyam Mursyida dalam surah al-Kahfi ayat 17 secara umum diartikan
sebagai “pemimpin” maka di zaman sekarang pemimpin organisasi yang tidak ada
hubungan dengan tasawuf diberi gelar “mursyid” atau ada orang yang
nama pribadinya itu mursyid. Karena mursyid hakikatnya adalah nur Allah, maka
orang yang kita sebut Guru Mursyid itu benar-benar mempunyai kualitas sempurna
sebagai pembawa wasilah dari Allah berubah Nur Allah bukan sekedar gelar saja.
Begitu
langkanya Guru Mursyid yang benar-benar memenuhi kualifikasi sebagai mursyid
sehingga imam al-Ghazali mengatakan, “Menemukan Guru Mursyid itu lebih mudah
menemukan sebatang jarum yang disembunyikan di padang pasir yang gelap gulita”.
JAKARTA 20/8/2013
Al-quran surah yunus ayat 62: ingatlah sesungguhnya wali-wali allah itu, tidak ada keraguan dan kekhwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. tetap perhatikan lagi ayat berikutnya : yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa Quran surah yunus ayat 63. tidak ada indikasi yang mengarah kepada mursyid, kata wali disana jamak yaitu lebih dari satu, ditujukan kepada siapa saja yang beriman dan bertakwa maka ia tidak takut dan bersedih hati.
BalasHapuskemudian penggalan surah al-kahfi. itu juga bukan indikasi kita adanya seorang mursyid, itu adalah perumpamaan,jika allah berkehendak menyesatkan hambanya maka tidak ada yang mampu menujukinya petunjuk selain Allah walaupun ia, bergelar mursid. ingat saudaraku kerasulan berhenti pada nabi muhammad SAW, dan tidak ada lagi setelahnya karena telah di sempurnakan agama islam ini dengan turunnya Al-Quran dan Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi seluruh Alam dan isinya. jika ingin pembibing jasmani dan rohani tuntunannya adalah Al-Quran dan Al-Hadits. apa yang anda cari semuanya Lengkap disana. ada berapa ayat yang mengindikasikan tentang seruan mencari guru rohani di dalam Al- Quran? yang banyak malah seruan untuk berfikir untuk mencapai pengetahuan tentang ketuhanan dan keesaan Allah. apa dasarnya ketika anda masuk tariqat harus memlalui ritual tidur dengan kafan, dan posisi tidur tidak boleh berubah? kenapa dalam suluk tidak di perbolehkan mandi selama suluk? padahal kebersihan adalah sebagian dari iman. apa dasar dari metode berzikir memakai batu-batu pada tareqot. sedangkan rasul mengutamakan jari-jari untuk menghitung zikir.
Untuk Dony Lenex ...dari tanggal 13 juli 2015 sampaitanggal 22 february 2017...anda tidak di tanggapi...dan hanya saya yang menanggapi ...kalo anda tidak faham tentang tulisan di atas sebaiknya jangan anda komentar sebab orang - orang yang memamahami tentang tulisan tsbt adalah orang2 yg telah dikasi pemahaman oleh allah swt,,,maka tulisan tsb adlah sangat benar....sebab tulisan tersebut tidak bisa di fahami dengan otak...dan tidak untuk di perdebatkan...terimakasi dan as wr wb
HapusUntuk DONY LENEX..Rasulullah SAW di utus ke dunia bukan sekedar menyampaikan kebenaran dari sisi Allah atau hanya menyampaikan hukum-hukum yang dibolehkan atau di larang oleh Allah. Tujuan lebih hakiki dari keberadaan Nabi adalah agar manusia bisa mengenal Allah dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap saat. Rasul adalah pembawa wasilah dari sisi Allah dan melalui wasilah itulah manusia bisa berkomunikasi dengan Allah. Surat Al-Maidah 35 mewajibkan seluruh orang beriman untuk mencari wasilah agar menemukan kemenangan di dunia dan akhirat.
Hapusuntuk DONY LENEX Wasilah bukanlah amal ibadah (shalat, puasa, zakat dll) seperti yang ditafsirkan secara syariat, karena seluruh amal ibadah hanyalah bentuk dari proses penyembahan terhadap Allah. Shalat, Puasa dan lain-lain hanya akan menjari ritual hampa, menjadi tradisi dan budaya saja kalau tidak mempunyai ruh dari ibadah itu sendiri. Ibadah mempunyai unsur zahiriah dan bathiniah dan keduanya harus ada agar ibadah diterima disisi Allah. Secara zahir anggota badan kita harus mengikuti aturan-aturan yang telah disampaikan Allah kepada Rasul-Nya tanpa melebihkan dan menguranginya. Aturan itu sudah menjadi standar sebagai contoh bentuk gerakan shalat, jumlah rakaat shalat, aturan-aturan puasa, itu semua sudah baku dan tidak bisa ditambah atau dikurangi. Disamping aturan aspek zahir, ibadah memiliki aspek bathin dan ini merupakan hal yang sangat pokok.
HapusFisik manusia harus diajarkan cara menyebut nama Allah begitu pula rohani manusia, harus diajarkan cara menyebut nama Allah. Di dunia ini sangat banyak orang yang bisa mengajarkan cara fisik manusia untuk menyebut nama Allah, dalam hal ini kita tidak kekurangan Guru, akan tetapi Guru yang bisa mengajarkan rohani kita untuk menyebut nama Allah itu sangat langka. Fisik manusia bisa diajarkan oleh Guru fisik, gerakan shalat, aturan puasa dan lain sebagainya, sementara rohani manusia harus diajarkan oleh rohani pula. Tidak mungkin rohani manusia diajarkan oleh Guru Jasmani, keduanya mempunyai unsur dan sifat yang berbeda. Rohani manusia diajarkan oleh rohani Rasulullah SAW yang telah berisi Kalimah Allah yang berasal dari sisi Allah. Unsur Kalimah Allah yang ada dalam diri Muhammad bin Abdullah inilah yang menyebabkan pangkat Beliau bisa menjadi Rasul. Nur Allah yang diberikan kepada Rasul dan orang-orang yang dikehendaki-Nya itulah yang kemudian disebut sebagai Wasilah.
Disinilah sebenarnya letak perbedaan antara pengamal tarekat/tasawuf dengan orang yang hanya memahami Islam secara syariat saja. Pengamal tarekat untuk bisa menapaki jalan berguru terlebih dulu memahami dan menjalankan aturan-aturan Allah yang kita sebut syariat dan aturan itu akan tetap dilaksanakan seterusnya. Pelaksanaan syariat oleh pengamal tarekat tidak lagi hanya sekedar memenuhi kewajiban ibadah akan tetapi mereka sudah masuk kepada alam hakikat dari ibadah itu sendiri.
Untuk bisa menyelami samudera hakikat yang maha luas, diperlukan seorang pembimbing yang ahli dibidangnya agar tidak tersesat dan pembimbing ini dikenal sebagai Guru Mursyid.
Dalam khazanah ilmu tasawuf Guru Mursyid mempunyai peranan besar dalam membentuk hierarki manusia untuk sampai ke tingkat realisasi tertinggi dalam menempuh perjalanan spiritual, karena dimensi Al-Qur’an telah tertanam dalam dirinya. Hanya saja persoalan ini jarang dikupas dan diteliti lebih dalam sehingga masih menjadi sebuah misteri dalam kehidupan manusia. Bahkan pemuka agama sekalipun banyak yang belum mengetahuinya. GURU MURSYD HANYA DIMENGERTI OLEH HATI YANG TERBUKA DAN JIWA YANG TELAH DISUCIKAN.
Alhamtdulillah saudaraku saya paham.
HapusSelamat siang
BalasHapusAwal agama mengenal Allah. Jelas tidak mungkin manusia bisa ber agama tanpa terlebih dahulu mengenal Allah. Pahami dulu kenapa seluruh Malaikat sujud kepada nb Adam (bukankah sujud hny kpd Allah? )- perhatikan Mir ruuhi/ruhKu. Jwbn: jika tidak ada ruh Allah, ngapain malaikat sujud. Tp ingat Adam bukan Allah - nah begitulah al kahfi ayat 17. Falan yajida lahuu waliyam mursyida". Siapa ygtidak bertemu Allah didunia, maka jangan harap bisa menemukan Allah di akhirat. Kenapa? Itulah kehendakNya dalm surah al kahfi:17. Barang siapa tidak mau sujud kepada "waliyam mursyida" maka akan menjadi iblis. (ari.ismu123@yahoo.com)
BalasHapusJelas ana setuju
Hapusjelas bang
HapusFa lan tajida lahuu....
BalasHapusJangan anda bicara masalah thariqah, jika belum faham. Pelajaran di universitas, jelas tdk bisa di fahami oleh murid yg masd di sd atau smp. Ilmu thasauf sangat dalam dan sangat halus sekali. Jadi tanpa seorang guru yg mursyid maka, PASTI akan sesat. Ini firman dalam surat Al kahfi ayat 17.
BalasHapusTolbusyaikh wajibun alal murid walaukaana min akbari ulamaa... Wajib menuntut syaikh ataupun guru, walaupun ia adalah ulama yang besar sekalipun... Mungkin Salah satu alasan mengapa orang yg sudah besar tidak menganggap perlu mencari syekh atau mursyid disebabkan mungkin ia takut dianggap kecil lantaran menjadi Murid, mungkin saja...
BalasHapusSaudara Dony lenex . Diumpamakan jika anda tidak pernah merasakan rasanya buah salak orang lain sulit menjelaskan rasanya bgimana . Jika anda tidak pernah masuk tarikat akan sangat sulit menjelaskannya jika anda tidak merasakanya
BalasHapussiappp alhamdulillah mendapat pencerahan di blog ini,subhanalloh semoga negri ini masih ada org2 yg duduk utk menyebut ama2 nya dlm qolbu nya,ammin,terimakasih utk penjabarannya,sungguh pelajaran yang amat berharga yang memerlukan pengetahuan akan keilmuan alquran dan sunnah sbg dasarnya sebelum nyemplung dalam perjalanan marifatulloh ini.Allahu Akbar
BalasHapusalhamdulillah jd smakin ykin utk melangkah trims atas pencerahannya shbt salam santun
BalasHapus