BERIMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH SWT
Allah swt mengutus para rasul as
untuk mengenalkan manusia tentang Rabb dan Pencipta mereka serta mendakwahkan
mereka untuk beribadah hanya kepada-Nya.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
[٢١:٢٥]
Dan Kami tidak mengutus seorang
rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
(Al-anbiya (21): 25).
Para rasul as diutus untuk memberikan
uswah hasanah (keteladanan yang baik) bagi manusia dalam perilaku
yang lurus, akhlaq yang utama, ibadah yang shahih dan istiqamah di atas
petunjuk Allah swt. Firman Allah swt:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا [٣٣:٢١]
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(Al-Ahzab [33]: 21).
Muqaddimah
Kebutuhan manusia
pada para Nabi dan Rasul-Nya adalah sangat primer. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah
mengatakan, “Risalah kenabian adalah hal yang pasti dibutuhkan oleh hamba.
Dan hajatnya mereka pada risalah ini di atas hajat mereka atas segala sesuatu.
Risalah adalah ruhnya alam dunia ini, cahaya dan kehidupan. Lalu bagaimana mau
baik alam semesta ini jika tidak ada ruhnya, tidak ada kehidupannya dan tidak
ada cahayanya.”
Definisi
Nabi dan Rasul
Nabi dalam
bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka adalah
orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu
beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal
yang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i yang
masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan
untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam
syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya Secara bahasa, nabi berarti
orang yang mengabarkan dan menyampaikan syari’at dari Allah. Ini adalah
definisi kebanyakan ulama bahasa. Adapun secara istilah, nabi adalah hamba
Allah yang terpilih, yang diberikan wahyu untuk dia amalkan, baik wahyu yang
berupa syari’at baru maupun berupa syari’at nabi sebelumnya. Sedang mengamalkan
wahyu adalah dengan menyampaikannya, mendakwahkannya, dan berhukum dengannya.
Adapun rasul, maka kesimpulan para ulama bahasa dalam mendefinisikannya bahwa rasul adalah manusia yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara istilah, rasul adalah hamba Allah yang terpilih yang diberikan wahyu dan diutus kepada kaum yang kafir, terkadang dengan syari’at baru -dan ini kebanyakannya- dan terkadang dengan syari’at rasul sebelumnya.
Adapun rasul, maka kesimpulan para ulama bahasa dalam mendefinisikannya bahwa rasul adalah manusia yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara istilah, rasul adalah hamba Allah yang terpilih yang diberikan wahyu dan diutus kepada kaum yang kafir, terkadang dengan syari’at baru -dan ini kebanyakannya- dan terkadang dengan syari’at rasul sebelumnya.
Jumlah
Nabi dan Rasul
Ketahuilah
saudariku, jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah Rasul juga
tidak terbatas 5 yang kita kenal dengan nama Ulul ‘Azmi. Hal ini berdasarkan
hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah, “Ya
Rasulullah, berapa jumlah rasul?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam
menjawab, “Tiga ratus belasan orang.” (HR. Ahmad dishahihkan Syaikh
Albani). Dalam riwayat Abu Umamah, Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah,
berapa tepatnya para nabi?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam
menjawab, “124.000 dan Rasul itu 315 orang.” Namun terdapat pendapat
lain dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa jumlah Nabi dan Rasul tidak
dapat kita ketahui. Wallahu’alam.
Oleh karena
itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25 nabi, maka kita tetap
mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul yang tidak dikisahkan dalam
Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami
utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami
ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan
kepadamu.” (QS. Al-Mu’min 40:78). Selain 25 nabi yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an, terdapat 2 nabi yang disebutkan Nabi shalallahu’alaihiwasalam,
yaitu Syts dan Yuusya’.
Berkenaan dengan
tiga nama yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu Zulkarnain, Tuba’ dan Khidir
terdapat khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama apakah mereka
Nabi atau bukan. Akan tetapi, untuk Zulkarnain dan Tuba’ maka yang terbaik
adalah mengikuti Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam, Beliau shalallahu’alaihiwasalam
bersabda, “Aku tidak mengetahui Tubba nabi atau bukan dan aku tidak tahu
Zulkarnain nabi atau bukan.” (HR. Hakim dishohihkan Syaikh Albani dalam Shohih
Jami As Soghir). Maka kita katakan wallahu’alam. Untuk Khidir, maka
dari ayat-ayat yang ada dalam surat Al-Kahfi, maka seandainya ia bukan Nabi,
maka tentu ia tidak ma’shum dari berbagai perbuatan yang dilakukan dan
Nabi Musa ‘alaihissalam tidak akan mau mencari ilmu pada Khidir. Wallahu’alam.
Tugas
Para Rasul ‘alaihissalam
Allah mengutus
pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul
berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa
diantara tugas tersebut adalah:
- Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.
- Dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
- Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.
- Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
- Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
- Menegakkan hujjah atas manusia.
- Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
Hikmah
Terutusnya Nabi dan Rasul
Hikmah Allah yang agung, perhatian Allah yang besar, dan rahmat Allah yang luas mengharuskan adanya hikmah yang sangat mulia dari terutusnya para nabi dan rasul. Di antara hikmah yang Allah nampakkan kepada kita adalah:
1. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya, dan tidak mungkin bagi hamba untuk menyembah Tuhan mereka, melaksanakan apa yang dicintai-Nya dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya kecuali melalui tuntunan para rasul, yang mana mereka ini adalah makhluk pilihan Allah dari kalangan manusia.
2. Sesungguhnya penegakan hujjah atas seluruh hamba akan terjadi dengan terutusnya para rasul. Allah -’Azza wa Jalla- menegaskan:
رُسُلاً مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلاَّ يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
“Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa` : 165)
3. Sesungguhnya akal-akal hamba tidak akan sanggup menggapai perkara-perkara yang gaib, seperti keimanan terhadap kebangkitan, adanya surga dan neraka, para malaikat dan jin, dan yang lainnya. Semua perkara ini hanya bisa diketahui melalui jalur para rasul yang mendapatkan wahyu dari Yang Mengutus mereka, seandainya para nabi dan rasul tidak terutus maka para hamba tidak akan memiliki keimanan terhadap perkara yang gaib.
4. Jin dan manusia sangat membutuhkan suri tauladan yang baik, yang bersifat dengan sifat-sifat yang paling sempurna yang bisa dicapai oleh seorang hamba, yaitu wahyu dan ‘ushmah (penjagaan dari dosa). Dan tidak ada seorangpun yang bersifat seperti ini kecuali orang-orang yang dipilih oleh Allah, yaitu para rasul, Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الآخِرِ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21 )
Hikmah Allah yang agung, perhatian Allah yang besar, dan rahmat Allah yang luas mengharuskan adanya hikmah yang sangat mulia dari terutusnya para nabi dan rasul. Di antara hikmah yang Allah nampakkan kepada kita adalah:
1. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya, dan tidak mungkin bagi hamba untuk menyembah Tuhan mereka, melaksanakan apa yang dicintai-Nya dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya kecuali melalui tuntunan para rasul, yang mana mereka ini adalah makhluk pilihan Allah dari kalangan manusia.
2. Sesungguhnya penegakan hujjah atas seluruh hamba akan terjadi dengan terutusnya para rasul. Allah -’Azza wa Jalla- menegaskan:
رُسُلاً مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلاَّ يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
“Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa` : 165)
3. Sesungguhnya akal-akal hamba tidak akan sanggup menggapai perkara-perkara yang gaib, seperti keimanan terhadap kebangkitan, adanya surga dan neraka, para malaikat dan jin, dan yang lainnya. Semua perkara ini hanya bisa diketahui melalui jalur para rasul yang mendapatkan wahyu dari Yang Mengutus mereka, seandainya para nabi dan rasul tidak terutus maka para hamba tidak akan memiliki keimanan terhadap perkara yang gaib.
4. Jin dan manusia sangat membutuhkan suri tauladan yang baik, yang bersifat dengan sifat-sifat yang paling sempurna yang bisa dicapai oleh seorang hamba, yaitu wahyu dan ‘ushmah (penjagaan dari dosa). Dan tidak ada seorangpun yang bersifat seperti ini kecuali orang-orang yang dipilih oleh Allah, yaitu para rasul, Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الآخِرِ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21 )
Faedah
Beriman Kepada Rasul
1.Allah swt mengutus para rasul
untuk menyelamatkan manusia dari perselisihan tentang prinsip-prinsip hidup
mereka dan menunjuki mereka kepada kebenaran yang diinginkan Sang Pencipta. Dia
berfirman:
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ
الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى
وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [١٦:٦٤]
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu
Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka
apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman. (An-Nahl [16]: 64).
2.Allah swt mengutus para rasul as
untuk iqamatuddin (menegakkan agama-Nya), menjaganya (dari pemalsuan dan upaya
penyimpangan), untuk melarang manusia berpecah belah (berbeda) tentangnya, dan
agar manusia berhukum dengan hukum yang diturunkan-Nya. Allah swt berfirman:
۞ شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا
وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ
إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا
تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ
إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ
يُنِيبُ [٤٢:١٣]
Dia telah mensyariatkan bagi kamu
tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
3.Allah swt mengutus para rasul as
untuk memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman tentang janji-janji
kebaikan berupa nikmat abadi sebagai balasan ketaatan mereka; memperingatkan
orang-orang kafir dengan akibat buruk kekafiran mereka, juga untuk membatalkan
alasan kekafiran mereka di akhirat karena rasul telah menyampaikan kebenaran
kepada mereka (sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak tahu
kebenaran). Dia berfirman:
رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ
وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا [٤:١٦٥]
(Mereka Kami utus) selaku
rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]: 165).
4.Para rasul as diutus untuk memberikan
uswah hasanah (keteladanan yang baik) bagi manusia dalam perilaku
yang lurus, akhlaq yang utama, ibadah yang shahih dan istiqamah di atas
petunjuk Allah swt. Firman Allah swt:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا [٣٣:٢١]
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(Al-Ahzab [33]: 21).
JAKARTA 24/8/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar