Senin, 19 Agustus 2013

QALBUN SALIM


                              
HATI YANG BAIK ?
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
(88) di hari itu harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Asy-Syuara : 88-89)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, ia adalah hati.” (Muttafaq ‘alahi).
Muqaddimah
ISTILAH hati dalam bahasa Arab disebut qalbun, yaitu anggota badan yang letaknya di sebelah kiri dada dan merupakan bagian terpenting bagi pergerakan darah. Dikatakan juga hati sebagai qalb, karena sifatnya yang berubah-ubah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, ia adalah hati.” (Muttafaq ‘alahi).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam “Ihya Ulumuddin” nya membagi makna hati menjadi dua.
Makna yang pertama, adalah daging kecil yang terletak di dalam dada sebelah kiri dan di dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam.
Makna yang kedua, merupakan bisikan halus ketuhanan (rabbaniyah) yang berhubungan langsung dengan hati yang berbentuk daging. Hati inilah yang dapat memahami dan mengenal Allah serta segala hal yang tidak dapat dijangkau angan-angan.
Makna Hati
Menurut Etimologi, setidaknya ada dua makna atau maksud dari kata-kata ‘hati’, makna biologis dan makna Islami. Secara biologis hati adalah orhgan tubuh berwana merah kecoklatan dan berada di bagian kanan atas rongga perut yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sedangkan secara islami hati adalah hati yang bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman atau kejadian dari diri sendiri maupun orang lain. Dalam bahasa arab hati sering disebut dengan qolbun (قلب), muhjatun (مجهة) atau fuada (فؤاد) namun yang mungkin sering kita dengar adalah kata qolbun.
Qolbun—atau sering disebut kalbu—dalam bahasa Indonesia berarti jantung, sehingga jantunglah yang dimaksudkan oleh ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits tatkala menyebut kata qolbu (dalam bentuk tunggal) ataupun kata-kata qulub (yang merupakan bentuk jamaknya). Namun kemudian kata qolbu ataupun qulub lebih sering diterjemahkan dengan hati meskipun kenyataannya antara jantung dan hati itu sangat berbeda sifat-sifat maupun peranannya. Pembahasan tentang hati kali ini pun yang kami maksudkan adalah pembahasan tentang jantung, kita gunakan kata hati untuk menerjemahkan kata qolbu di sini dan tidak menggunakan terjemah aslinya yaitu jantung, hanya untuk memudahkan pemahaman sebab memang kata hati ini lebih dikenal oleh masyarakat kaum muslimin.
Al-muhim, hati adalah organ tubuh yang sangat urgen peranannya dalam tubuh seorang hamba. Imam Bukhori rahimahullahu ta’ala dalam kitab Shohih-nya meriwayatkan sebuah hadits yang shohih di mana Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ.
“Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada sekerat daging, apabila ia baik maka akan baiklah seluruh jasad, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasad, ketahuilah ia adalah jantung (hati).” (HR. Bukhori)
Ulama Membagi Bebarapa Golongan Hati
Para ulama menjadi hati menjadi beberapa golongan: pertama: hati yang selamat atau qolbun salim yaitu hati yang bias menyelamatkan pemiliknya ketika hari kiamat kelak sebagaimana firman Allah
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
(88) di hari itu harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Asy-Syuara : 88-89)
Ada yang memberikan pengertian bahwa qolbun salim adalah hati yang selamat dari setiap syahwat yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan menentang kebaikan serta selamat dari penyembahan terhadap selain Allah.
Kedua: qolbun mayit atau hati yang mati yaitu hati yang tidak mengetahui Rabb-nya sehingga akan membawa pemiliknya untuk tidak menyembah Allah dan senantiasa melakukan perbuatan yang akan mendatangkan kemurkaan Allah. Ketiga: qolbun marid atau hati yang sakit yaitu hati yang hidup tetapi sakit, hati seperti ini masih mengenal Allah dan memiliki kecintaan kepada Allah, akan tetapi hati ini juga masih cinta kepada syubhat yang bisa mendatangkan kemurkaan Alllah
Terkadang hati seseorang sudah sakit akan tetapi karena pemiliknya tidak mengetahui bahkan terkadang sampai mati, hal tersebut dikarenakan racun-racun hati yang sudah sering kita konsumsi, diantara racun-racun hati tersebut adalah:
pertama: banyak bicara, Rasulullah sering memperingatkan kita untuk menjaga lisan kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Kedua: banyak melihat, yang dimaksud di sini tentunya adalah melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena pandangan merupakan diantara panah-panah beracun iblis yang digunakan untuk menjerumuskan manusia, Rasulullah bersabda:
النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومَةٌ فَمَنْ تَرَكَهَا مِنْ خَوْفِ اللهِ أَثَابَهُ جَلَّ وَعَزَّ إِيمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِي قَلْبِهِ.
“Pandangan merupakan sebagian panah diantara panah-panah beracun iblis, barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala keimanan yang akan dia dapatkan manisnya di hatinya”
Ketiga: banyak makan,
: مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ ، حَسْبُ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ ، فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ ، فَثُلُثُ طَعَامٍ ، وَثُلُثُ شَرَابٍ ، وَثُلُثٌ لِنَفْسِهِ.
Tidak ada tempat yang lebih je;ek dari bani ada kecuali perutnya, maka cukup lah bagi dia makan untuk menegakkan punggungnya, jika tidak demikian maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga lagi untuk nafas.
Keempat: banyak bergaul, pergaulan ada empat macam, yang pertama seseorang bergaul seperti makan, keuda bergaul seperti obat, ketiga bergaul seperti penyakit, keempat pergaulan yang menghancurkan.
Hati Yang Sehat
Diantara penyebab hidupnya hati ialah: dzikrullah, istighfar, do’a, sholawat atas nabi, qiyamul lail, zuhud terhadap dunia
Hati ibarat cermin. Jika tidak dirawat dan dibersihkan, ia mudah kotor dan berdebu. Karena itu, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah pernah mengatkan bahwa hati manusia terbagi dalam 3 kriteria; Qalbun Salim (hati yang sehat), Qalbun Mayyit (hati yang mati) dan Qalbun Maridh (hati yang sakit).
Hati yang sakit (Qalbun Maridh), ia senantiasa dipenuhi penyakit yang bersarang di dalamnya. Di antaranya; Riya’, hasrat ingin dipuji, Hasad, dengki, ghibah dan sebagainya. Juga sombong dan tamak.
Orang yang memiliki Qalbun maridh (hati yang sakit) akan sulit menilai secara jujur apapun yang tampak di depannya, Melihat orang sukses, timbul iri dengki, Mendapat kawan beroleh karunia rizki, timbul resah, gelisah, dan ujung-ujungnya menjadi benci
Yang lebih parah adalah hati yang mati (Qalbun Mayyit). Hati ini sepenuhnya di bawah kekuasaan hawa nafsu, sehingga ia terhijab dari mengenal Allah Subhanahu Wata’ala. Hari-harinya adalah hari-hari penuh kesombongan terhadap allah, sama sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya, dia juga tidak mau menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya. Hati model ini berada dan berjalan bersama hawa nafsu dan keinginan-nya walaupun sebenarya hal itu dibenci dan dimurkai Allah. Ia sudah tak peduli, apakah Allah ridha kepadanya atau tidak? Sungguh, ia telah berhamba kepada selain Allah Bila mencintai sesuatu, ia mencintainya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak, mencegah, membenci sesuatu juga karena hawa nafsunya.
Sementara itu, hati yang baik dan sehat disebut Qalbun Salim. Inilah hatinya orang beriman. Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya dan bertenpat di nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang).
Dalam al-Qur’an disebutkan al-salim pada dua tempat. Antara lain QS. Al-Shaffat: 84 yang berbunyi: “(ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang selamat (sehat)”.
Kemudian Q.S Al-Syu’ara: 87-89, Allah SWT berfirman: “Dan janganlah Kau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.
Ayat pertama merupakan penjelasan mengenai Nabi Ibrahim sebagai golongan pengikut Nabi sebelumnya, yaitu Nabi Nuh yang memiliki hati yang ikhlas dan tidak ada keraguan dalam beriman kepada Allah SWT. Sedangkan pada ayat kedua hati yang bersih dijelaskan dalam tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Imam Jalaludin Al-Mahalli berarti hati yang bersih atau selamat dari sifat syirik dan nifaq yang merupakan cerminan dari seorang mukmin.
Sumarkan dan Titik Triwulan Tutik dalam bukunya “Misteri Hati” (Asrarul Qalb) mengungkapkan bahwa yang dimaksud Qalbun Salim (hati yang sehat) adalah hati yang terbebas dan selamat dari berbagai macam sifat tercela, baik yang berkaitan dengan Allah maupun yang berkaitan dengan sesama manusia dan makhluk Allah di alam semesta ini.
Di antara sifat tercela yang merupakan penyakit hati, jika dihubungkan dengan Allah Subhanahu Wata’ala seperti syirik dan nifaq sedangkan pada sesama manusia adalah iri, dengki, hasud atau provokasi, fitnah, buruk sangka, serta khianat.
Kata Nabi, sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Cara membersihkannya adalah dengan mengingat Allah [dzikrullah] ”
“Qalbu berkarat karena dua hal yaitu lalai dan dosa. Dan pembersihnya-pun dengan dua hal yaitu istighfar dan dzikrullah.” [HR.Ibnu Ab’id dun ya Al-Baihaqi]. Wallahu a’lam.
JAKARTA  19/8/2013

1 komentar:

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman