Ramadhan Bulan Pendidikan
Rasulullah SAW menegaskan,
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah
SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa
melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang telah
lalu.” (HR. Bukhari Muslim).
Muqaddimah
Bulan ramadhan disebut juga sebagai syahrul at
tarbiyah atau bulan pendidikan. Lingkup pendidikan yang dimaksud adalah sedemikian luas, menyangkut tarbiyah jasadiyah, tarbiyah fikriyah,
dan tarbiyah qolbiyah. Proses
pendidikan itu berjalan selama sebulan penuh, dan bagi mereka yang lulus, maka
disebut sebagai seorang yang bertaqwa.
Sebagai tarbiyah jasadiyah, maka seseorang yang
sedang berpuasa tidak diperbolehkan makan,
munum, dan melakukan hubungan seksual di siang hari serta hal lain yang
membatalkan puasanya. Tatkala pada hari biasa,
seseorang secara bebas dibolehkan melakukan hal itu semua, maka pada saat
berpuasa dilarang. Jasad atau raga seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk
membatasi kemasukan apapun, termasuk yang halal sekalipun.
Puasa di bulan
Ramadhan bisa diibaratkan sekolah khusus yang ajaran barunya selalu dibuka
setiap tahun dengan tujuan pendidikan praktis dalam menyerap nilai-nilai yang
paling tinggi. Barangsiapa memasukinya untuk mendapatkan karunia Ilahi,
kemudian ia berpuasa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, lalu ia dapat
melakukan ibadah tambahan sesuai yang telah disyariatkan, maka ia akan lulus
dengan menyandang gelar muttaqin. Dengan gelar muttaqin orang akan mendapatkan
jaminan ampunan dari Allah SWT dan terbebas dari api neraka.
Rasulullah SAW
menegaskan, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala
dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan
barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan Ramadhan karena
iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang
telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).
Kemuliaan Ramadhan
DR. Raghib
As-Sirjani dalam kitabnya ‘Ramadhan wa Bina’ul Ummah’ mengatakan, ada beberapa
sisi pendidikan dalam puasa Ramadhan.
Pertama,
Ramadhan mendidik kaum muslimin untuk memenuhi perintah-perintah Allah SWT
secara totalitas. Karenanya, tidak pantas seorang muslim jika selesai Ramadhan
ketika mendengar salah satu hukum Allah SWT, atau mengetahui salah satu hukum
Rasulullah SAW, ia memperdebatkannya.
Allah SWT
mencintai hamba-hambaNya yang tunduk kepada-Nya tanpa membantah dan menaati-Nya
tanpa ada keraguan. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, ”Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab:
36).
Kedua, Ramadhan
mendidik kaum muslimin agar menundukkan syahwatnya. Ketika Ramadhan kaum
muslimin dilarang melakukan hal-hal yang pada hakikatnya halal bila dilakukan
pada siang hari di selain Ramadhan. Seperti makan, minum, dan berhubungan
suami-istri. Karenanya, seseorang yang telah mendapatkan pendidikan Ramadhan,
maka ia akan lebih mampu untuk menahan diri dari makanan dan minuman yang tidak
jelas asal-usulnya, serta mampu untuk menjaga diri dari pergaulan lawan jenis
yang diharamkan. Puasa, pada hakikatnya adalah memutus dominasi syahwat.
Syahwat bisa kuat dengan makan dan minum, dan setan selalu datang melalui
pintu-pintu syahwat. Maka dengan berpuasa syahwat dapat dipersempit geraknya.
Rasulullah SAW
bersabda, ”Wahai para pemuda barangsiapa yang mampu untuk menikah maka
menikahlah, sesungguhnya nikah itu bisa menahan pandangan dan menjaga kemaluan,
dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu
sesungguhnya bisa mengendalikan syahwat.”
Ketiga,
Ramadhan mendidik kaum muslimin agar mengendalikan sifat terburu nafsu serta
memiliki kesanggupan untuk menahan amarah. Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT
berfirman, ”Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Karena,
sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah
perisai. Maka, apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa,
janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, bersuara tidak pantas, dan tidak mau
tahu. Lantas jika ada seseorang yang menghinanya atau memeranginya (mengajaknya
berkelahi), maka hendaklah ia mengatakan, ’Sesungguhnya aku sedang berpuasa,
sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari Muslim).
Keempat,
Ramadhan mendidik kaum muslimin untuk senang berinfak. Ramadhan mampu membentuk
jiwa orang yang berpuasa menjadi dermawan dengan memberikan kebaikan kepada
orang lain. Rasulullah SAW bersabda, ”Rasulullah adalah orang yang paling
dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan, yaitu ketika Jibril
menemuinya. Jibril selalu menemuinya setiap malam bulan Ramadhan, lalu memantau
bacaan Al-Qur’an beliau. Pada saat ditemui Jibril, Rasulullah lebih dermawan
dengan penuh kebaikan (lebih cepat) daripada angin yang ditiupkan.” (HR.
Bukhari Muslim).
. Kelima,
Ramadhan mendidik kaum muslimin agar memiliki rasa persatuan, persaudaraan, dan
kasih sayang. Segenap kaum muslimin di seluruh penjuru dunia akan berpuasa pada
hari yang sama dan berbuka pada hari yang sama pula. Mereka akan mulai berpuasa
pada saat yang sama, ketika fajar, dan berbuka di saat yang sama pula, yaitu
ketika maghrib. Ramadhan tidak membedakan antara yang kaya dan miskin, penguasa
dan rakyat biasa. Sungguh luar biasa, ada jiwa kebersamaan yang memasuki hati
kaum muslimin pada bulan Ramadhan.
Keenam,
Ramadhan mendidik kaum muslimin merasakan penderitaan dan kesulitan orang lain.
Kaum muslimin merasakan penderitaan lapar dan dahaga untuk waktu tertentu pada
siang Ramadhan. Ia merasa lapar dan menderita seperti yang sering dirasakan
fakir miskin atau seperti yang dikatakan Ibnu Qayyim, ”Puasa dapat mengingatkan
bagaimana rasanya perut keroncongan dan dahaga yang membakar dan sering
dirasakan para fakir miskin”. Sehingga, di saat ia melihat orang lain serba
kekurangan, maka tersentuhlah hatinya untuk berbagi kepada mereka.
Dan, ketujuh,
Ramadhan mendidik ketakwaan dalam hati kaum muslimin. Sebab, tujuan yang ingin
dicapai dari ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa,
yakni pribadi yang mampu menghadirkan Allah SWT dalam setiap aktivitas dan
perilakunya. Dengan kehadiran Allah SWT dalam setiap aktivitas dan perilakunya,
maka orang tersebut akan senantiasa terbimbing dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang-Nya.
Setelah sebulan
penuh dididik Ramadhan, ilmu pun didapat, maka langkah selanjutnya adalah
mengamalkannya di sebelas bulan berikutnya. Islam menginginkan orang yang
berilmu mengamalkan ilmunya demi kebaikan diri dan orang lain. Ilmu pada seseorang
ibarat sebatang pohon dan amal sebagai buahnya. Perintah belajar dan menuntut
ilmu bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas amal muslim. Dengan amal itu
pula, muslim memperoleh kebahagiaan di dunia dan selamat di akhirat.
Ramadhan Melatih Pribadi Yang Handal
1. Pendidikan Anak
Ramadhan adalah bukti bahwa kita bisa memberikan tempaan pendidikan kepada
anak kita, pendidikan merasakan nasip orang banyak. Merasakan kelaparan orang-orang
miskin dan melaratnya status-status sosial yang tidak pernah disentuh oleh
pemerintah. Anak menjadi belajar tentang rasa sosial dan kebersamaan. Anak akan
memahami bahwa dirinya selama ini adalah orang yang beruntung dalam status
sosial.Masih merasakan enaknya makan setiap hari, mendapatkan apa yang
diinginkan dengan mudah dan menggunakan barang-barang sesuka hati.Ramadhan
memberikan peneguran dengan gambaran sosial yang dilihat seorang anak terhadap
lingkungan sosialnya. Toh, masih ada orang yang makannya satukali satu hari,
ada juga orang yang membeli baju hanya satu kali satu tahun dan kehidupan ini
tidak memberikan kebahagian kepada tetangga kita. Ini adalah pendidikan bagi
anak-anak kita dalam bulan ramadhan ini.
2. Pendidikan Sabar
Sabar adalah suatu sikap yang sulit didapatkan pada diri seorang umat
manusia, sehingga hari-hari selalau dipenuhi dengan kemarahan, kebencian dan
dendam. Semua terasa pahit dalam susunan masyarakat kita ketika kita
dibenturkan dengan kehidupan yang seperti itu. Kita merasa paling benar dalam
kehidupan kita, menyatakan orangn salah dan kitalah yang patut untuk
didengarkan. Itu adalah sikap masuawi dan seluruh manusia tentu memiliki
ego.Menjaga kadar dan porsi ego itulah yang bisa dikatakan orang-orang yang
mendapatkan gelar orang yang sabar dalam menerima kondisi apapun dalam
kehidupan sosialnya.
Bulan suci ini adalah momentum bagi kita untuk melatih itu, sikapmarah kita
yang akan mengurangi pahala puasa kita. Kita selalu dibawa dalam ruang yang
menempa kita untuk berlatih sabar. Umat islam harus bisa memahami tentang bulan
ini dalam aspek yang penting dalam melatih diri dalam kehidupan bermasyarakat.
Kita mulai memikirkan kata-kata yang akan kita keluarkan dalam berbicara,
merenungkan tangan yang kita gunakan untuk menahan amarah. Ramadhan adalah
keberkahan bagi kita dalam melakukan bibit sabar pada diri kita sehingga pada
lebaran dan bulan setelah ramadhan kita akan memanen nilai-nilai kesabaran yang
sudah melekat dalam tubuh yang rutinitas. Satu bulan kita berlatih untuk sabar,
apakah kita akan menggunakan bulan ini dengan kesia-sian dan berlalu atau kita
memberikan tempat bahwa ramadhanadalah milik kita dan kita akan mengisinya
dengan amal.
3. Pendidikan Berbagi
Bebagi adalah rasa kebersamaan yang akan kita rasalan pada bula ramadhan.
Dibulan yang suci ini kita akan memperhatikan berbuka bersama dan sahur
berjama’ah. Semua orang akan berlomba-lomba dalam berbagi untuk kebersamaan.
Kita begitu dengan dengan masyarakat kecil dan kita adalah bagian dari
masyarakat yang mengukur kebersamaan dengan rasa yang sama. Menahan hawa dan
napsu selama satu hari dan kita akan merasakan kebahagian ketika kita berbuka
bersama. Indahnya ramadhan mengajarkan kita terus berbagi bahwa ramadhan
memberikan kita pendidiakan nilai-nilai kemanusian. Setiap harta yang kita
miliki ada haknya orang lain dan itu patut untuk kita bagikan kepada orang yang
berhak.
JAKARTA 7/7/2013
Puasa Ramadhan melatih kita untuk muroqobatullah ( selalu merasa diawasi Allah ). Dengan puasa kita menahan makan minum walaupun tidak dilihat orang lain, walaupun ditempat sepi kita tetap menahannya. Mengapa ? Karena puasa kita untuk Allah bukan untuk ayah, ibu dan orang lain, dan kita pun tahu bahwa Allah maha mengawasi. Ini hanya antara kita dan Allah, insyaAllah.
BalasHapus