RAMADHAN
BULAN TAUBATAN NASUHA
“Wahai anak Adam, walau dosamu melangit, namun kamu beristighfar
pada-Ku, pasti Aku akan ampuni kamu, dan Aku tidak peduli.”
Muqaddimah
“Sungguh indah
Ramadhan, sungguh nikmat hari-harinya. Subhanallah! Semua kelezatan dan
kenikmatan ini tidak pernah aku rasakan kecuali pada hari ini. Di mana mataku
selama bertahun-tahun? Ya… bahkan diriku, dimana ketika bulan Ramadhan berada?.
Sungguh, siapa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan kebaikan, pasti akan
mendapatkan. Siapa yang mencari jalan pasti ketemu. Siapa yang lari menuju
Allah swt, pasti ditolong oleh-Nya… Sungguh benar firman Allah swt dalam Hadits
Qudsy:”Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat padanya
sehasta.”
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu! Setiap siang dan malam kalian senantiasa
berbuat salah, namun Aku mengampuni semua dosa. Karena itu, mohonlah ampunanKu
agar Aku mengampuni kalian.” (Hadits Qudsi Riwayat Muslim 4674)
Marilah
kita ikuti contoh teladan kita, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Beliau dikabarkan tidak kurang dalam sehari semalam mengucapkan kalimat
istighfar seratus kali. Padahal beliau telah dijanjikan oleh Allah akan
dihapuskan segenap dosanya yang lalu maupun yang akan datang. Bahkan dalam satu
riwayat beliau dikabarkan dalam sekali duduk bersama majelis para sahabat
beristighfar seratus kali. Masya Allah…!
Ramadhan Kesempatan Bertaubat
Ramadhan
merupakan bulan yang mengandung peluang emas untuk bertaubat kepada Allah
ta’aala. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam berpuasa di bulan ini, maka
Allah ta’aala akan mengampuni segenap dosanya sehingga ia diumpamakan bagai
berada di saat hari ia dilahirkan ibunya. Setiap bayi yang baru lahir dalam
ajaran Islam dipandang sebagai suci, murni tanpa dosa.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ رَمَضَانَ
شَهْرٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ صِيَامَهُ وَإِنِّي سَنَنْتُ لِلْمُسْلِمِينَ قِيَامَهُ
فَمَنْ صَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ الذُّنُوبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
شَهْرٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ صِيَامَهُ وَإِنِّي سَنَنْتُ لِلْمُسْلِمِينَ قِيَامَهُ
فَمَنْ صَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ الذُّنُوبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Bersabda Rasululah shollallahu ’alaih wa sallam,
"Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan di mana Allah ta’aala wajibkan
berpuasa dan aku sunnahkan kaum muslimin menegakkan (sholat malam). Barangsiapa
berpuasa dengan iman dan dan mengharap ke-Ridhaan Allah ta’aala, maka dosanya
keluar seperti hari ibunya melahirkannya." (HR Ahmad 1596)
Ibadah
puasa Ramadhan ditujukan untuk membentuk muttaqin (orang bertaqwa). Sedangkan di antara
karakter orang bertaqwa ialah sibuk bersegera memburu ampunan Allah ta’aala dan
surga seluas langit dan bumi.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa.” (QS Ali Imran ayat 133)
Aku beristighfar,
astaghfirullahal Adhiim. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.
Aku buka bulan mulya ini dengan taubatan nashuha. Dan betapa banyak
kasih-sayang Allah aku rasakan pada hari-hari bulan taubat ini. Allahu A’lam.
Sungguh manis
engkau wahai Ramadhan… sungguh hari-harimu sangat indah… aku akan menyibukkan
diri di hari dan malammu, bahkan jam dan detikmu… bagaimana tidak, sungguh aku
menemukan diriku padamu!! Bukankah dalam hadits disebutkan: ”Sungguh celaka
seseorang yang berjumpa dengan Ramadhan sedangkan ia tidak diampuni dosanya.”
Kita berada di
depan Ramadhan. Setiap kita mempunyai harapan mendapat ampunan Dzat Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Kita berjumpa dengannya dengan membawa segunung
dosa yang memberatkan. Kita bertemu dengannya dengan membawa aib dan kesalahan
yang tak terkira. Pada Allah kita berharap dan memohon.
Sungguh,
rahmat-Nya, kasih-sayang-Nya, ampunan-Nya kami rindukan. Wahai Dzat Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, jangan Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang
Engkau tolak atas pintu maghfirah-Mu. Jua jangan Engkau jauhkan kami dari
keutamaan dan kebaikan-Mu. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keluasan rahmat-Mu.
Sungguh, harapan
kami pada-Mu, Ya Allah sangatlah serius. Setiap kami pasti berbuat salah dan
dosa. Akan tetapi harapan kami pada Dzat Yang Mengulurkan Tangan-Nya di malam
hari, agar kembali para pendosa di siang hari. Pada Dzat Yang mengulurkan
Tangan-Nya di siang hari, agar kembali para pendosa di malam hari.
Faedah Bertaubat
Dari
Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا، ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّر
– وفي رواية: فيحسن الوضوء
– ، ثُمَّ يُصَلِّى
– وفي رواية: ركعتين
–، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّه؛َ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ»، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ
{وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Tidaklah
seorang (muslim) melakukan suatu perbuatan dosa, lalu dia bersuci – dalam
riwayat lain: berwudhu dengan baik –, kemudian melaksanakan shalat – dalam
riwayat lain: dua rakaat –, lalu meminta ampun kepada Allah, melainkan Allah
akan mengampuni (dosa)nya”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca ayat ini (yang artinya), “Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah, dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengatahui” (QS. Ali ‘Imraan:135)
Hadits
yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat dua rakaat ketika seorang bertaubat
dari perbuatan dosa dan janji pengampunan dosa dari Allah Ta’ala
bagi yang melakukan shalat tersebut.
-
Agungnya rahmat dan kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya, karena Dia
mensyariatkan bagi mereka cara untuk membersihkan diri dari buruknya perbuatan
dosa yang telah mereka lakukan.
-
Wajib bagi seorang muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah Ta’ala,
merasakan pengawasan-Nya, dan berusaha untuk menghindari perbuatan maksiat
semaksimal mungkin. Kalau dia terjerumus ke dalam dosa maka hendaknya dia
segera bertaubat dan kembali kepada Allah,
agar Dia mengampuni dosanya, sebagaimana janji-Nya dalam firman-Nya:
{إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ، وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا}
“Sesungguhnya
taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan
lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka
itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana” (QS an-Nisaa’:17).
-
Yang dimaksud dengan “meminta ampun kepada Allah” dalam hadits
ini adalah bertaubat dengan sungguh-sungguh yang disertai sikap penyesalan atas
perbuatan tersebut, menjauhkan diri dari dosa tersebut dengan meninggalkan
sebab-sebabnya, serta tekad yang bulat untuk tidak mengulanginya selamanya, dan
jika dosa tersebut berhubungan dengan hak orang lain maka segera dia menyelesaikannya.
-
Imam Ibnu Hajar berkata, “Meminta ampun kepada Allah (hanya) dengan lisan, tapi
masih tetap mengerjakan dosa (dengan anggota badan) adalah seperti bermain-main
(dalam bertaubat).
-
Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya orang yang
beriman memandang dosanya seperti dia sedang berada di bawah sebuah gunung
(besar) yang dia takut gunung tersebut akan menimpa (dan membinasakan)nya,
sedangkan orang yang fajir (rusak imannya) memandang dosanya seperti seekor
lalat yang lewat di (depan) hidungnya kemudian dihalaunya dengan tangannya
(dinggapnya remeh dan kecil)”.
JAKARTA 14/7/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar