AL-QUR’AN OBAT
LAHIR BATIN
“Dan
Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra: 82).
Dan
apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (Q.S. Asy-Syu’ara’: 80)
“Hendaklah
kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Alqur’an”
(HR.
Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud)
Muqaddimah
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
sebagai petunjuk bagi umatnya. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang jelas bagi
manusia yang mau menggunakan akalnya. Al-Qur’an tidak meninggalkan sesuatu yang
kecil apalagi yang besar kecuali mencatatnya. Tiada satupun perkara baru yang
diperbuat manusia, demikian pula ilmu pengetahuan manusia kecuali pasti ada
dalilnya di dalam Al-Qur’an. (Jamaluddin, Mubasyir, 2006:35)
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-Nahl: 89)
Terkait dengan obat dan pengobatan, Al-Qur’an tidak memberikan penjelasan
yang sangat rinci tentangnya. Misalnya, Al-Qur’an tidak menjelaskan bahan-bahan
apa saja yang bisa digunakan sebagai obat, dan untuk mengobati penyakit apa.
Al-Qur’an juga tidak menjelaskan tentang metode-metode pengobatan, atau cara
membuat obat dan cara menggunakannya. Hal itu bisa dimaklumi karena Al-Qur’an
memang bukan buku farmasi atau buku kesehatan. Al-Qur’an bukan Farmakope
atau De Materia Medica. Al-Qur’an bukan buku farmakognosi atau
farmakologi. Akan tetapi, Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang memberikan panduan
bagi umat Islam supaya mereka selamat dan bahagia di dunia dan akhirat. Tentang
obat dan kesehatanpun Al-Qur’an memberikan panduan global, arah-arahan sebagai
penuntun bagi manusia dalam berinteraksi di bidang tersebut supaya mereka tidak
merugi di dunia maupun di akhirat
Pesan Al-Qur’a
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ
عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
”Maka
Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya”. (An-Nisa: 82).
Oleh
karena itu Al-Quran merupakan sarana pengobatan yang terbaik dan termudah untuk
mengembalikan keseimbangan sel yang rusak, karena Allah Maha Kuasa yang
menciptakan sel dan Dia pula yang menitipkan di dalamnya akan program yang
detail ini, sebagaimana Dia juga tahu yang terbaiknya, dan ketika Allah
menyatakan bahwa al-Quran adalah sarana
penyembuhan
وَنُنَزِّلُ
مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ
الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan
Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra: 82).
ini
berarti bahwa dengan membaca Al-Quran memiliki pengaruh tertentu pada
pengembalian keseimbangan sel tertentu. Oleh karena itu, kita melihat banyak
kasus yang bertentangan dengan medis, seperti beberapa jenis penyakit kanker,
dengan Al-Qur’an mampu disembuhkan oleh Al-Quran insya Allah, karena perawatan
dengan Quran hanya secara sederhana berarti melakukan repemrograman sel dalam
otak untuk mengendalikan operasi esensial pada manusia dan mengembalikan tubuh
kepada keadaannya secara alami dan meningkatkan kekebalan serta kemampuannya
untuk melawan berbagai penyakit lainnya, dengan kata lain bahwa Alquran dan
ruqyah syar’iyyah adalah proses mengaktifkan sel-sel otak yang bertanggung
jawab mengendalikan tubuh dan meningkatkan tingkat energi di dalamnya dan
membuatnya bergetar dengan cara alami. Salah satu hasil utama dari penelitian
ini untuk meyakinkan lawan bahwa pengobatan dengan Al-Quran memiliki dasar
ilmiah, dan untuk meyakinkan dokter untuk mencari manfaat dari pengobatan
melalui Al-Qur'an di samping adanya obat-obatan, yang demikian itu penelitian
ini juga merupakan sarana untuk meyakinkan non-Muslim akan kebenaran kitab
Allah (Al-Qur’an), dan bukti mukijizat al-Quran dari sisi medis dan kesehatan
mental.
Kesehatan Dalam
Al-Qur’an
Di dalam masalah kesehatan, Al-Qur’an lebih banyak
menjelaskan tindakan-tindakan yang bersifat pencegahan (preventif), daripada
tindakan pengobatan dan penyembuhan (kuratif). Hal ini harus direnungkan dan
menjadi panduan manusia dalam membangun kesehatan individu dan masyarakat.
Prof. dr. Hamad Hasan Raqith, PhD menegaskan bahwa secara umum, kesehatan dalam
Islam berprinsip pada upaya menjaga kesehatan secara preventif (menjaga
kesehatan sebelum sakit). Kemudian setelah itu, Islam menganjurkan pengobatan
bagi siapa yang membutuhkan karena sakit. Inilah salah satu prinsip dalam Islam
yang sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan keadaan fitrah manusia (Raqith,
2007: 36).
Ibnu Sina
(Avicena, 980-1036) pun berpendapat demikian. Bahwa tujuan pertama ilmu
pengobatan adalah untuk menjaga supaya tetap sehat.
Ibnu Sina
defined medicine –al tibb –as the knowledge of the states of the human body in
health and decline in health; its purpose is to preserve health and endeavour
to restore it whenever lost (Ebrahim, 1993: 30).
Demikian juga
Imam Ibn Qayyim al Jauziyyah, menjadikan usaha preventif sebagai prinsip yang
pertama dalam pengobatan.
Imam Ibn Qayyim
al Jawziyyah points out that the principles of medicine are three, namely,
protection of health, getting rid or harmful things, and safeguarding against
harm (Ebrahim,
1993: 28).
Tindakan-tindakan
preventif yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an sebenarnya tidak dijelaskan secara
khusus sebagai upaya untuk menjaga kesehatan, namun merupakan bagian ibadah
ritual dan panduan hidup keseharian. Namun, justru itulah salah satu kelebihan
syari’at Islam, dimana tidak hanya memiliki nilai ibadah namun juga memiliki
nilai-nilai yang lain, di antaranya adalah nilai kesehatan. Beberapa ajaran
Al-Qur’an yang mengandung nilai preventif di dalam kesehatan (mencegah supaya
tidak sakit) adalah:
a. Mengikuti aturan dan pola makan yang diajarkan oleh
Al-Qur’an, yaitu makan makanan yang halal, baik (higienis), dan tidak
berlebihan serta berpuasa dalam waktu-waktu tertentu.
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Q.S. Al-A’raf: 31)
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S.
Al-Baqarah: 172)
b. Menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri (Q.S. Al-Baqarah: 222)
Dan pakaianmu
bersihkanlah (Q.S.
Al-Muddatstsir: 4)
3. Al-Qur’an memberikan gambaran bahwa penyakit
digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit hati (maa fish-shuduur) dan
penyakit jasmani. Oleh karena itu, definisi sehat harus mencakup kedua hal
tersebut. Ayat yang memberi gambaran adanya penyakit hati adalah:
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan
mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka
dan menolong kamu terhadap mereka, serta menyembuhkan hati orang-orang yang
beriman (QS
at-Taubah:14)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS Yunus: 57
4. Al-Qur’an selain memaparkan tentang jenis-jenis
penyakit, juga memaparkan tentang obatnya. Menurut Al-Qur’an, obat tidak hanya
zat yang bisa menyembuhkan penyakit jasmani saja. Akan tetapi zat yang bisa
mengobati penyakit hati atau keduanya (penyakit jasmani dan hati) juga disebut
sebagai obat. Sebagai perbandingan, definisi obat menurut Ansel adalah zat yang
digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah
penyakit pada manusia atau hewan. Sedangkan menurut PERMENKES:
917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Chaerunissa, et.al, 2009: 9). Dua
definisi obat di atas, obat hanya mencakup pada penyakit jasmani saja.
Obat yang disebutkan Al-Qur’an ada dua yaitu Al-Qur’an
itu sendiri dan madu. Dalam firman-Nya Allah swt menegaskan bahwa salah satu
fungsi Al-Qur’an adalah sebagai obat. Allah berfirman:
Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian (Q.S.
Al-Isra’: 82)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh (obat) bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Yunus: 57)
5. Madu adalah obat bagi manusia dan satu-satunya obat
(selain al-Qur’an) yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Ayat tersebut adalah:
Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan (Q.S. An-Nahl:
69).
Nabi saw juga menganjurkan agar berobat dengan
menggunakan madu sebagaimana tercermin dari bunyi hadits,
عليكم بالشفائين العسل والقرآن
”Hendaklah kalian melakukan penyembuhan yaitu dengan
madu dan Al-Qur’an.” (HR Ibnu
Majah).
Ibnu Sina (358-415 H atau 980-1037 M), seorang ilmuwan
Islam yang namanya dikenal di seluruh dunia hingga masa kini menganjurkan
apabila seorang menginginkan badan tetap sehat dan segar maka orang tersebut
agar minum madu setiap hari (Hambali, 2011: 103).
Madu mengandung banyak sekali unsur pembentuk maupun
pengganti jaringan tubuh yang rusak. Bahkan di dalam madu terdapat unsur
pembunuh kuman (anti bacterial) yang sangat potensial untuk pencegahan maupun
penyembuhan infeksi. Efek antibacterial dari madu ini diperoleh antara lain
karena:
a. Madu memiliki nilai “osmotic” yang tinggi yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.
b. Di dalam madu terkandung enzim (E. Gluko-Oksidase) yang mampu
mengkonversi (glukosa + air) menjadi (asam glukonat + H2O2).
Hidrogen peroksida (H2O2) dan asam glukonat itulah yang
berfungsi sebagai antibacterial yang sangat potensial. Asam glukonat merupakan
senyawa yang sangat mudah larut di dalam selaput membran sel kuman sehingga
meningkatkan permeabilitas membrane tersebut dan akan memudahkan terjadinya
oksidasi oleh H2O2.
Efek
antibacterial dari madu ini justru lebih efektif dengan cara mengencerkan madu.
Dengan konsentrasi H2O2 yang hanya 0,02 sampai 0,05
m.molekul.per liter, sudah dapat menghambat pertumbuhan kuman dengan sangat
efektif dan tidak memiliki efek samping berupa perusakan sel-sel fibroblast
pada kulit. Kondisi ini bisa diperoleh dengan pengenceran madu asli antara 9
kali sampai dengan 56 kali pengenceran (Hambali, 2011: 119-121).
Di dalam kitab Zadu
al-Ma’ad fi Hadyi Khairi al-Ibadi ketika menjelaskan hadits tentang
penggunaan madu sebagai obat, dijelaskan bahwa madu diminum disertai air untuk
meringankan proses pencernaan pada ludah (Raqith, 2007: 70).
c. Madu dengan konsentrasi yang cukup rendah (0,1%) juga dapat meningkatkan
jumlah sel limfosit[1][2]
di dalam darah sehingga keadaan ini dapat menimbulkan peningkatan kemampuan
fagositik.
d. Pada konsentrasi yang agak tinggi (1%) madu juga merangsang “monosit”[2][3]
untuk melepaskan “sitoksin” yang merupakan Factor Nekrosis[3][4] Tumor (TNF),
yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi maupun tumor.
e. Karena terbentuknya asam glukonat, larutan juga memiliki derajat
keasaman yang sangat tinggi (pH 3,2 – 4,5). Keadaan ini akan membantu aksi
“makrofag”[4][5]
untuk menghancurkan bakteri.
f. Madu juga mengandung germicidine yang merupakan antibiotic alami yang
sangat potensial yang sampai sekarang belum dapat dibuat preparat sintetis yang
setara dengannya.
JAKARTA 17/7/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar