119.Renungan Pagi !!!
*GURU MENGAJAR SISWA BERADAB*
ﺍﻟْﻌُﻠُﻤَﺎﺀُ ﻭَﺭَﺛَﺔُ ﺍْﻷَﻧْﺒِﻴَﺎﺀِ
“Ulama adalah pewaris para nabi .” (HR At-Tirmidzi
dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)
dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻻَ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌِﺒﺎَﺩِ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ
ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤﺎَﺀِ . ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋﺎَﻟِﻤﺎً ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺭُﺅُﻭْﺳﺎً
ﺟُﻬَّﺎﻻً ﻓَﺴُﺄِﻟُﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤﺎَﺀِ . ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋﺎَﻟِﻤﺎً ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺭُﺅُﻭْﺳﺎً
ﺟُﻬَّﺎﻻً ﻓَﺴُﺄِﻟُﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan
mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama
sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim
pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka
ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu.
Mereka sesat dan menyesatkan .”
(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama
sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim
pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka
ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu.
Mereka sesat dan menyesatkan .”
(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
*Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan:*
Asy-Sya’bi berkata: “ Tidak akan terjadi hari kiamat
sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan
kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua
termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran
(kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua
urusan .”
Asy-Sya’bi berkata: “ Tidak akan terjadi hari kiamat
sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan
kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua
termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran
(kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua
urusan .”
*Imam al-Ajurri* meriwayatkan dengan sanadnya dari
Abud Darda’ radhiyallahu’anhu , Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh keutamaan
seorang ahli ilmu di atas ahli ibadah adalah laksana
keutamaan bulan purnama di atas seluruh bintang-
gemintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris
nabi-nabi. Sedangkan para nabi tidak mewariskan
uang dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu
itu niscaya dia memperoleh jatah warisan yang sangat
banyak.” (lihat Akhlaq al-’Ulama , hal. 22)
Abud Darda’ radhiyallahu’anhu , Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh keutamaan
seorang ahli ilmu di atas ahli ibadah adalah laksana
keutamaan bulan purnama di atas seluruh bintang-
gemintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris
nabi-nabi. Sedangkan para nabi tidak mewariskan
uang dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu
itu niscaya dia memperoleh jatah warisan yang sangat
banyak.” (lihat Akhlaq al-’Ulama , hal. 22)
*Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,* “… Kebutuhan
kepada ilmu di atas kebutuhan kepada makanan,
bahkan di atas kebutuhan kepada nafas. Keadaan
paling buruk yang dialami orang yang tidak bisa
bernafas adalah kehilangan kehidupan jasadnya.
Adapun lenyapnya ilmu menyebabkan hilangnya
kehidupan hati dan ruh. Oleh sebab itu setiap hamba tidak bisa terlepas darinya sekejap mata sekalipun.
kepada ilmu di atas kebutuhan kepada makanan,
bahkan di atas kebutuhan kepada nafas. Keadaan
paling buruk yang dialami orang yang tidak bisa
bernafas adalah kehilangan kehidupan jasadnya.
Adapun lenyapnya ilmu menyebabkan hilangnya
kehidupan hati dan ruh. Oleh sebab itu setiap hamba tidak bisa terlepas darinya sekejap mata sekalipun.
Apabila seseorang kehilangan ilmu akan
mengakibatkan dirinya jauh lebih jelek daripada
keledai. Bahkan, jauh lebih buruk daripada binatang di
sisi Allah, sehingga tidak ada makhluk apapun yang
lebih rendah daripada dirinya ketika itu.”
(lihat al-’Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu , hal. 96)
mengakibatkan dirinya jauh lebih jelek daripada
keledai. Bahkan, jauh lebih buruk daripada binatang di
sisi Allah, sehingga tidak ada makhluk apapun yang
lebih rendah daripada dirinya ketika itu.”
(lihat al-’Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu , hal. 96)
*Keutamaan Ilmu dan Pengajar*
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻳَﺮْﻓَﻊِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩَﺭَﺟﺎَﺕٍ
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman di
antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu ke beberapa derajat .”
(Al-Mujadalah: 11)
antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu ke beberapa derajat .”
(Al-Mujadalah: 11)
*Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata:* “(Kedudukan)
ulama berada di atas orang-orang yang beriman
sampai 100 derajat, jarak antara satu derajat dengan
yang lain seratus tahun.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 27)
ulama berada di atas orang-orang yang beriman
sampai 100 derajat, jarak antara satu derajat dengan
yang lain seratus tahun.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 27)
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺷَﻬِﺪَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﻭَﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﻭَﺃُﻭﻟُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً
ﺑِﺎﻟْﻘِﺼْﻂِ
ﺑِﺎﻟْﻘِﺼْﻂِ
“Allah telah mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Dia dan para malaikat dan orang yang berilmu (ikut
mempersaksikan) dengan penuh keadilan .”
(Ali ‘Imran: 18)
mempersaksikan) dengan penuh keadilan .”
(Ali ‘Imran: 18)
3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻗُﻞْ ﻫَﻞْ ﻳَﺴْﺘَﻮِﻯ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ
“Katakan (wahai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) apakah sama antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu .” (Az-Zumar: 9)
orang yang tidak berilmu .” (Az-Zumar: 9)
5. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻌْﻘِﻠُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻤُﻮْﻥَ
“Dan tidak ada yang mengetahuinya (perumpamaan-
perumpamaan yang dibuat oleh Allah) melainkan
orang-orang yang berilmu .” (Al-’Ankabut: 43)
perumpamaan yang dibuat oleh Allah) melainkan
orang-orang yang berilmu .” (Al-’Ankabut: 43)
*Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah*
dalam Tafsir-nya mengatakan: “Melainkan orang- orang yang berilmu secara benar di mana ilmunya
sampai ke lubuk hatinya .” (Tafsir As-Sa’di, hal 581)
dalam Tafsir-nya mengatakan: “Melainkan orang- orang yang berilmu secara benar di mana ilmunya
sampai ke lubuk hatinya .” (Tafsir As-Sa’di, hal 581)
Berikut diantara adab-adab yang selayaknya
diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syar’i,
Pertama , Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah
Ta’ala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang
bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya
kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah:5)
diperhatikan ketika seseorang menuntut ilmu syar’i,
Pertama , Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah
Ta’ala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang
bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya
kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah:5)
Kedua, Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala , memohon
ilmu yang bermanfaat
ilmu yang bermanfaat
Ketiga, Bersungguh-sungguh dalam belajar dan
selalu merasa haus ilmu
selalu merasa haus ilmu
Keempat, Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat
dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala
dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Kelima , Mendengarkan baik-baik pelajaran yang
disampaikan ustadz, syaikh atau guru
disampaikan ustadz, syaikh atau guru
Keenam, Mengamalkan ilmu syar’i yang telah
dipelajari dll.
dipelajari dll.
*BUAT PARA GURU YANG BUDIMAN*
*Peraturan Pemerintah yg melindungi Guru* dalam melaksanakan tugas nya adalah *_PP No. 74 tahun 2008_*
Hal ini perlu diindahkan oleh Murid/Wali Murid, kepolisian, kejaksaan, Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan Tinggi (PT)
Bunyi Pasal/Ayat tentang guru...
1⃣ *Pasal 39 ayat 1*.
"Guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada peserta didiknya yang melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulismaupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan tingkat satuan pendidikan, dan peraturan perundang-undangan dalam proses pembelajaran yang berada di bawah kewenangannya,"
"Guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada peserta didiknya yang melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulismaupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan tingkat satuan pendidikan, dan peraturan perundang-undangan dalam proses pembelajaran yang berada di bawah kewenangannya,"
Dalam *ayat 2* disebutkan, sanksi tersebut dapat berupa
teguran dan/atau peringatan, baik lisan maupun tulisan, serta hukuman
yang bersifat mendidik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode etik
Rasa aman dan jaminan keselamatan tersebut diperoleh guru
melalui perlindungan hukum, profesi dan keselamatan dan kesehatan kerja.
3⃣ *Pasal 41*.
"Guru berhak mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihakpeserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain,"
"Guru berhak mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihakpeserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain,"
*_... tolong dibantu membagikan... supaya masyarakat paham_*.
Semoga bermanfaat... Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar