85. Renungan Siang !!!
*Pewaris Nabi Muhammad saw...*
ﺍﻟْﻌُﻠُﻤَﺎﺀُ ﻭَﺭَﺛَﺔُ ﺍْﻷَﻧْﺒِﻴَﺎﺀِ
“Ulama adalah pewaris para nabi .” (HR At-Tirmidzi
dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)
dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)
ﺇﻥ ﺍﻟْﻌُﻠُﻤَﺎﺀُ ﻭَﺭَﺛَﺔُ ﺍْﻷَﻧْﺒِﻴَﺎﺀِ، ﺇِﻥَّ ﺍْﻷَﻧْﺒِﻴﺎَﺀَ ﻟَﻢْ ﻳُﻮَﺭِّﺛُﻮْﺍ ﺩِﻳْﻨﺎَﺭًﺍ ﻭَﻻَ
ﺩِﺭْﻫَﻤﺎً ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻭَﺭَّﺛُﻮْﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﺤَﻆٍّ ﻭَﺍﻓِﺮٍ
ﺩِﺭْﻫَﻤﺎً ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻭَﺭَّﺛُﻮْﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﺤَﻆٍّ ﻭَﺍﻓِﺮٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.
Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu
maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia
telah mengambil bagian yang banyak .” (Hadits ini
diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan
beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya
(5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu
Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam
Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah
mengatakan: “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih
Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-
Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182,
dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)
Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu
maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia
telah mengambil bagian yang banyak .” (Hadits ini
diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan
beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya
(5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu
Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam
Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah
mengatakan: “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih
Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-
Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182,
dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻻَ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌِﺒﺎَﺩِ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ
ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤﺎَﺀِ . ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋﺎَﻟِﻤﺎً ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺭُﺅُﻭْﺳﺎً
ﺟُﻬَّﺎﻻً ﻓَﺴُﺄِﻟُﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤﺎَﺀِ . ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋﺎَﻟِﻤﺎً ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺭُﺅُﻭْﺳﺎً
ﺟُﻬَّﺎﻻً ﻓَﺴُﺄِﻟُﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan
mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama
sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim
pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka
ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu.
Mereka sesat dan menyesatkan .”
(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama
sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim
pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari
kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka
ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu.
Mereka sesat dan menyesatkan .”
(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan:
Asy-Sya’bi berkata: “ Tidak akan terjadi hari kiamat
sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan
kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua
termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran
(kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua
urusan .”
Asy-Sya’bi berkata: “ Tidak akan terjadi hari kiamat
sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan
kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua
termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran
(kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua
urusan .”
Dalil-dalil tentang keutamaan ilmu dan ulama
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻳَﺮْﻓَﻊِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩَﺭَﺟﺎَﺕٍ
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman di
antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu ke
beberapa derajat .” (Al-Mujadalah: 11)
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “(Kedudukan)
ulama berada di atas orang-orang yang beriman
sampai 100 derajat, jarak antara satu derajat dengan
yang lain seratus tahun.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 27)
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺷَﻬِﺪَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﻭَﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﻭَﺃُﻭﻟُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً
ﺑِﺎﻟْﻘِﺼْﻂِ
“Allah telah mempersaksikan bahwa tidak ada
sesembahan yang benar melainkan Dia dan para
malaikat dan orang yang berilmu (ikut
mempersaksikan) dengan penuh keadilan .” (Ali
‘Imran: 18)
Al-Imam Badruddin rahimahullah berkata: “ Allah
memulai dengan dirinya (dalam persaksian), lalu
malaikat-malaikat-Nya, lalu orang-orang yang
berilmu. Cukuplah hal ini sebagai bentuk kemuliaan,
keutamaan, keagungan dan kebaikan (buat
mereka). ” (Tadzkiratus Sami’, hal 27)
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻳَﺮْﻓَﻊِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩَﺭَﺟﺎَﺕٍ
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman di
antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu ke
beberapa derajat .” (Al-Mujadalah: 11)
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “(Kedudukan)
ulama berada di atas orang-orang yang beriman
sampai 100 derajat, jarak antara satu derajat dengan
yang lain seratus tahun.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 27)
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺷَﻬِﺪَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﻭَﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ ﻭَﺃُﻭﻟُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻗَﺎﺋِﻤﺎً
ﺑِﺎﻟْﻘِﺼْﻂِ
“Allah telah mempersaksikan bahwa tidak ada
sesembahan yang benar melainkan Dia dan para
malaikat dan orang yang berilmu (ikut
mempersaksikan) dengan penuh keadilan .” (Ali
‘Imran: 18)
Al-Imam Badruddin rahimahullah berkata: “ Allah
memulai dengan dirinya (dalam persaksian), lalu
malaikat-malaikat-Nya, lalu orang-orang yang
berilmu. Cukuplah hal ini sebagai bentuk kemuliaan,
keutamaan, keagungan dan kebaikan (buat
mereka). ” (Tadzkiratus Sami’, hal 27)
3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻗُﻞْ ﻫَﻞْ ﻳَﺴْﺘَﻮِﻯ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ
“Katakan (wahai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
apakah sama antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu .” (Az-Zumar: 9)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Allah
Subhanahu wa Ta’ala menafikan unsur kesamaan
antara ulama dengan selain mereka sebagaimana
Allah menafikan unsur kesamaan antara penduduk
surga dan penduduk neraka. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman: “Katakan, tidaklah sama antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu.” (Az-Zumar: 9), sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala: “Tidak akan sama antara
penduduk neraka dan penduduk surga.” (Al-Hasyr:
20). Ini menunjukkan tingginya keutamaan ulama dan
kemuliaan mereka.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/221)
4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻓَﺎﺳْﺄَﻟُﻮﺍ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻻَ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ
“Maka bertanyalah kalian kepada ahli dzikir (ahlinya/
ilmu) jika kalian tidak mengetahui .” (An-Naml: 43)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah
dalam Tafsir-nya mengatakan: “ Sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak
mengetahui untuk kembali kepada mereka (ulama)
dalam segala hal. Dan dalam kandungan ayat ini,
terdapat pujian terhadap ulama dan rekomendasi
untuk mereka dari sisi di mana Allah memerintahkan
untuk bertanya kepada mereka .” (Tafsir As-Sa’di,
hal. 394)
5. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻌْﻘِﻠُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻤُﻮْﻥَ
“Dan tidak ada yang mengetahuinya (perumpamaan-
perumpamaan yang dibuat oleh Allah) melainkan
orang-orang yang berilmu .” (Al-’Ankabut: 43)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah
dalam Tafsir-nya mengatakan: “Melainkan orang-
orang yang berilmu secara benar di mana ilmunya
sampai ke lubuk hatinya .” (Tafsir As-Sa’di, hal 581)
6. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤﺂﺀُ
ﻗُﻞْ ﻫَﻞْ ﻳَﺴْﺘَﻮِﻯ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ
“Katakan (wahai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
apakah sama antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu .” (Az-Zumar: 9)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Allah
Subhanahu wa Ta’ala menafikan unsur kesamaan
antara ulama dengan selain mereka sebagaimana
Allah menafikan unsur kesamaan antara penduduk
surga dan penduduk neraka. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman: “Katakan, tidaklah sama antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu.” (Az-Zumar: 9), sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala: “Tidak akan sama antara
penduduk neraka dan penduduk surga.” (Al-Hasyr:
20). Ini menunjukkan tingginya keutamaan ulama dan
kemuliaan mereka.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/221)
4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻓَﺎﺳْﺄَﻟُﻮﺍ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻻَ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ
“Maka bertanyalah kalian kepada ahli dzikir (ahlinya/
ilmu) jika kalian tidak mengetahui .” (An-Naml: 43)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah
dalam Tafsir-nya mengatakan: “ Sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak
mengetahui untuk kembali kepada mereka (ulama)
dalam segala hal. Dan dalam kandungan ayat ini,
terdapat pujian terhadap ulama dan rekomendasi
untuk mereka dari sisi di mana Allah memerintahkan
untuk bertanya kepada mereka .” (Tafsir As-Sa’di,
hal. 394)
5. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻌْﻘِﻠُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻤُﻮْﻥَ
“Dan tidak ada yang mengetahuinya (perumpamaan-
perumpamaan yang dibuat oleh Allah) melainkan
orang-orang yang berilmu .” (Al-’Ankabut: 43)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah
dalam Tafsir-nya mengatakan: “Melainkan orang-
orang yang berilmu secara benar di mana ilmunya
sampai ke lubuk hatinya .” (Tafsir As-Sa’di, hal 581)
6. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤﺂﺀُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-
hamba-Nya hanyalah ulama .” (Fathir: 28)
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan:
“Sesungguhnya aku mengira
hamba-Nya hanyalah ulama .” (Fathir: 28)
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan:
“Sesungguhnya aku mengira
*Urutan Para Mujtahid*
Adapun urutan para mujtahidin setelah para mujtahid mutlak
adalah mujtahid muthlaqmustaqil, mujtahid muthlaq ghairu mustaqil,
mujtahid muqayyad,
mujtahid tarjih, mujtahid fatwa , lalu tingkatan para
muqallid.
mujtahid tarjih, mujtahid fatwa , lalu tingkatan para
muqallid.
*Ulama Mujtahid Muthlaq*
Mujtahid Mutlak Mustaqil
Mujtahid mutlak atau mujtahid mutlak mustaqil
adalah seseorang yang mampu membuat kaidah
sendiri dalam membuat kesimpulan-kesimpulan
hukum fiqih. Atau ketika berfatwa terhadap suatu
masalah, mereka menggunakan kaidah-kaidah yangdiciptakan sendiri sebagai hasil dari
pemahaman merekayang mendalam terhadap Al-
Quran dan Sunnah.
Mujtahid mutlak atau mujtahid mutlak mustaqil
adalah seseorang yang mampu membuat kaidah
sendiri dalam membuat kesimpulan-kesimpulan
hukum fiqih. Atau ketika berfatwa terhadap suatu
masalah, mereka menggunakan kaidah-kaidah yangdiciptakan sendiri sebagai hasil dari
pemahaman merekayang mendalam terhadap Al-
Quran dan Sunnah.
Yang termasuk mujtahid mutlak hanyalah 4 imam
mazhab yang besar, yaitu Al-Imam Abu Hanifah
(80-150 H), Al-Malik bin Anas bin Abi Amir Al-
Ashbahi (93 – 179 H), Muhammad bin Idris Asy
Syafi’i (150 – 204 H) dan Al-Imam Ahmad bin Hanbal
Asy Syaibani (164 – 241 H).
mazhab yang besar, yaitu Al-Imam Abu Hanifah
(80-150 H), Al-Malik bin Anas bin Abi Amir Al-
Ashbahi (93 – 179 H), Muhammad bin Idris Asy
Syafi’i (150 – 204 H) dan Al-Imam Ahmad bin Hanbal
Asy Syaibani (164 – 241 H).
Selebihnya adalah para mujtahid yang punya hak
untuk berijtihad, namun levelnya ada di bawahnya.
Mereka sering disebut dengan istilah mujtahid
mazhab atau istilah-istilah lainnya.
untuk berijtihad, namun levelnya ada di bawahnya.
Mereka sering disebut dengan istilah mujtahid
mazhab atau istilah-istilah lainnya.
*Ulama Akhirat*
Ulama Akhirat
Ulama akhirat adalah orang alim yang menjadi
pewaris para nabi, petunjuk jalan menuju Allah
s.w.t., pelita dan penuntun umat, lampu dunia
dan lentera akhirat, dan tidak pernah
mengambil keuntungan dunia sedikit pun dari
ilmu yang dimilikinya.
Allah s.w.t. berfirman:
ﻭَﺇِﻥَّ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻜِﺘٰﺐِ ﻟَﻤَﻦ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠَّـﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ
ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺧٰﺸِﻌِﻴﻦَ ﻟِﻠَّـﻪِ ﻟَﺎ ﻳَﺸْﺘَﺮُﻭﻥَ ﺑِـَٔﺎﻳٰﺖِ ﺍﻟﻠَّـﻪِ
ﺛَﻤَﻨًﺎ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ , ﺃُﻭﻟٰﺌِﻚَ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﺟْﺮُﻫُﻢْ ﻋِﻨﺪَ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ , ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّـﻪَ
ﺳَﺮِﻳﻊُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏِ
“Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada
orang yang beriman kepada Allah dan kepada
apa yang diturunkan kepada kamu dan yang
diturunkan kepada mereka sedang mereka
berendah hati kepada Allah dan mereka tidak
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat
perhitungannya”. (Ali Imran: 199)
Ulama akhirat adalah orang alim yang menjadi
pewaris para nabi, petunjuk jalan menuju Allah
s.w.t., pelita dan penuntun umat, lampu dunia
dan lentera akhirat, dan tidak pernah
mengambil keuntungan dunia sedikit pun dari
ilmu yang dimilikinya.
Allah s.w.t. berfirman:
ﻭَﺇِﻥَّ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻜِﺘٰﺐِ ﻟَﻤَﻦ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠَّـﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ
ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺧٰﺸِﻌِﻴﻦَ ﻟِﻠَّـﻪِ ﻟَﺎ ﻳَﺸْﺘَﺮُﻭﻥَ ﺑِـَٔﺎﻳٰﺖِ ﺍﻟﻠَّـﻪِ
ﺛَﻤَﻨًﺎ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ , ﺃُﻭﻟٰﺌِﻚَ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﺟْﺮُﻫُﻢْ ﻋِﻨﺪَ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ , ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّـﻪَ
ﺳَﺮِﻳﻊُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏِ
“Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada
orang yang beriman kepada Allah dan kepada
apa yang diturunkan kepada kamu dan yang
diturunkan kepada mereka sedang mereka
berendah hati kepada Allah dan mereka tidak
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat
perhitungannya”. (Ali Imran: 199)
*Diantara ciri-ciri ulama akhirat adalah:*
1.Menggunakan ilmu untuk mendapatkan
ridha Allah s.w.t.
2.Tidak mencari keuntungan dunia dengan
ilmu yang dimiliki.
3.Mengamalkan ilmu dalam kehidupan
sehari-hari.
4.Zuhud dan memandang remeh terhadap
dunia.
5.Mengajak manusia pada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar.
ridha Allah s.w.t.
2.Tidak mencari keuntungan dunia dengan
ilmu yang dimiliki.
3.Mengamalkan ilmu dalam kehidupan
sehari-hari.
4.Zuhud dan memandang remeh terhadap
dunia.
5.Mengajak manusia pada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar.
Ulama Dunia
Ulama dunia adalah orang alim yang menjadi
penyesat, penghancur dan penabur racun
kemunafikan dalam hati manusia. Mereka
bagaikan pohon oleander yang beracun, indah
dipandang, tapi mematikan bila dimakan.
Ucapan mereka dapat mengobati penyakit, tapi
perbuatan mereka dapat menimbulkan penyakit
yang tidak ada obatnya.
Ulama dunia adalah orang alim yang menjadi
penyesat, penghancur dan penabur racun
kemunafikan dalam hati manusia. Mereka
bagaikan pohon oleander yang beracun, indah
dipandang, tapi mematikan bila dimakan.
Ucapan mereka dapat mengobati penyakit, tapi
perbuatan mereka dapat menimbulkan penyakit
yang tidak ada obatnya.
Mari kita umat islam istiqamah dalam belajar dengan
pemahaman para ulama dalam bidangnya masing masing agar tidak jauh dari
petunjuk alquran dan assunnah.
Semoga kita termasuk orang yang shalih dengan belajar dan
mengikuti petunjuk para ulama akhirat dan selamat dunia akhirat... Aamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar