ISLAM DAN BUDAYA
INDONESIA ?
] اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridhai Islam
sebagai agamamu”. (QS. al-Maidah: 3)1.
Muqaddimah
Allah menguatkan firmanNya di dalam surat al-‘Imran, “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam”.
(QS. al-‘Imran: 19)2. Sejak zaman Rasulullah saw, Islam disampaikan
dengan beragam cara, didakwahkan kepada umat dengan berbagai metode. Metode
tersebut adalah sebuah cara untuk menyampaikan esensi ajaran Islam sendiri.
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia hal. 149, disebutkan bahwa: “ budaya “ adalah pikiran, akal budi,
adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin
( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli
sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan ( adat, akhlak,
kesenian , ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudaaan sebagai warisan
atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way
of life, dan kelakuan. Definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa
jangkauan kebudayaan sangatlah luas. Untuk memudahkan pembahasan, Ernst
Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1. Kehidupan Spritual 2. Bahasa
dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan.
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam
tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia
mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan
Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As
Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah,
kemudian Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina ( air mani ).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh (
ciptaan)-Nya “
Selain menciptakan manusia, Allah swt juga menciptakan
makhluk yang bernama Malaikat, yang hanya mampu mengerjakan perbuatan baik
saja, karena diciptakan dari unsur cahaya. Dan juga menciptakan Syetan atau
Iblis yang hanya bisa berbuat jahat , karena diciptkan dari api. Sedangkan
manusia, sebagaimana tersebut di atas, merupakan gabungan dari unsur dua
makhluk tersebut.
Islam, sebagaimana telah diterangkan
di atas, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada
kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk
menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam
waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan
terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa madlarat di dalam
kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang
berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta
mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya
telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia, pasal 32, walaupun
secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat
menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : “ Usaha kebudayaan harus
menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak
bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Idonesia “.
Islam Menyuruh untuk Berfikir ?
1.QS. Ar-Rum [30] : 21
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.
2.QS. Ar-Rum [30] : 22
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui.
3.QS. Ash-Shuraa [42] : 32
وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلْجَوَارِ فِى ٱلْبَحْرِ كَٱلْأَعْلَٰمِ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.
4.QS. Al-Ghashiyah [88] : 17
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana
dia diciptakan,
5.QS. Al-Ghashiyah [88] : 18
وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
Kementrian AgamaDan langit, bagaimana ia ditinggikan?
6.QS. Al-Ghashiyah [88] : 19
وَإِلَى ٱلْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
QS. Al-Ghashiyah [88] : 20
وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Kementrian AgamaDan bumi bagaimana ia dihamparkan?
Pandangan Islam
terhadap Budaya ?
Penyebaran budaya Islam di Indonesia berlangsung secara damai dan evolutif. Islam berkembang lewat perantaraan
bahasa Arab. Kontak awal Islam dengan kepulauan nusantara mayoritas berlangsung
di pesisir pantai, khususnya melalui aktivitas perdagangan antara penduduk
lokal dengan para pedagang Persia, Arab, dan Gujarat (India). Kontak-kontak ini
memungkinkan proses asimilasi, sinkretisasi, dan akulturisasi budaya. Islam
kemudian muncul sebagai competing culture India.
M.C. Ricklefs dari Australian National University menyebutkan dua proses
masuknya Islam ke nusantara. Pertama, penduduk pribumi mengalami kontak dengan
agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing (Arab, India,
Cina) pemeluk Islam menetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk
asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah
menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya, lalu mendifusikan Islam.
Endang
Saifuddin Anshari, merumuskan bahwa ‘kebudayaan (kultur) adalah hasil
karya cipta (pengolahan, pengerahan, dan pengarahan terhadap alam oleh)
manusia dengan kekuatan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan,dll) dan raganya, yang
menyatakan diri dalam berbagai kehidupan dan penghidupan manusia,sebagai
jawaban atas segala tantangan, tuntutan dan dorongan dari intra diri manusia
dan ekstra diri manusia, menuju ke arah terwujudnya kebahagian dan
kesejahteraan (spiritual dan material) manusia, baik individu maupun
masyarakat, ataupun individu dan masyarakat
Sehingga,
pada hakikatnya dalam pendakwahannya Islam justru merangkul budaya untuk
menyampaikan esensi ajarannya. Karena, dengan merangkul budaya, Islam jadi
lebih mudah diterima di masyarakat. Budaya bisa/boleh saja digunakan untuk
metode dakwah, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dalam Islam. Hal
ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah, “Dan janganlah kau campur adukkan kebenaran
dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu
mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 42)
Ada sejumlah prinsip dasar yang terkandung di dalam Alquran dan hadits,
sehingga umat Islam dapat mengembangkan kebudayaan secara maksimal.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1.
Penghargaan terhadap akal fikiran
Islam menempatkan akal fikiran dalam
posisi yang tinggi, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Ali Imran:190, 191:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ(190)الَّذِينَ يَذْكُرُونَ
اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ(191)
ِArtinya: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S.3:190,191).”
2.
Anjuran menuntut ilmu
Anjuran atau dorongan Islam agar
umat Islam menguasai ilmu pengetahuan ini antara lain dijelaskan dalam surah
al-Mujadalah: 11 berbunyi:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ
انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ(11)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S.58:11).”
Hadis nabi berbunyi: ”Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam, laki-laki maupun
perempuan”.Dalam hadist lain juga dinyatakan: “Tutututlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.
3.
Larangan untuk taklid
Kecaman Allah terhadap orang yang
taklid antara lain dijelaskan Alquran sebagaimana firman-Nya dalam surat
Al-Isra: 36 berbunyi:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا(36)
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.(Q.S.17: 36).
4. Anjuran Islam untuk berinisiatif dan inovatif
Penghargaan Islam akan nilai suatu
kreasi dijelaskan lewat keterangan hadis nabi: “Barangsiapa memulai satu cara (keduniaan) yang baik, dia akan mendapat
ganjaran orang-orang yang mengerjakan cara yang baik itu sampai hari kiamat”.
5. Penekanan pentingnya
kehidupan dunia
Dorongan agar manusia berhasil di
dalam kehidupan dunia dijelaskan oleh Alquran surat Al-Qashas:77 yang
berbunyi:
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ
وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ
إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِينَ(77)
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S.28:
77).
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://ki-stainsamarinda.blogspot.com
JAKARTA 4/5/2015
pencerahan yg sangat berharga bagi pribadi saya dan umat manusia terkhusus Bangsa Indonesia yg sedang dilanda krisis Moral berbangsa
BalasHapus