SYARI’AT BERPUASA ?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 183)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”
(al-Baqarah : 185)
بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله، وأن محمداً رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج بيت الله الحرام من استطاع إليه سبيلاً
“Islam di
bangun di atas lima (rukun) : Persaksian bahwa tidak ada yang diibadahi dengan
benar selain Allah, dan bahwasanya Muhammad utusan Allah, Menegakan sholat,
menunaikan zakat, Puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke baitullah al-haram bagi
yang memiliki kemampuan untuk sampai ke sana.” (HR. Bukhori No. 8 dan Muslim
No. 16)
Muqaddimah
Syukur
Alhamdulillah, kita ditemukan Ramadhan lagi. Apa kata Ramadhan tahun ini kita
pertingkatkan ibadah puasa dari yang diamalkan sejak di bangku sekolah kepada
amalan cara Rasulullah SAW. Sebagai nabi terakhir, Baginda SAW merupakan ‘uswatun hasanah’ (contoh
tauladan) yang terbaik kepada umat manusia.
Semoga
dengan mengetahui puasa cara Rasulullah SAW ini, InsyaAllah kita mampu
menzahirkan dan mengisi Ramadhan kali ini dan tahun2 mendatang dengan perkara2
yang boleh menjadikan kita insan berjiwa takwa dan semakin hampir dengan yang
Maha Khaliq .
Sama-sama
kita menyelami beberapa tatacara dan adab puasa yang telah diamalkan oleh
Baginda SAW sebagai tauladan dan iktibar untuk diikuti oleh kita semua.
Hadits tentang Puasa ?
1.Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu’anhu, dia mengisahkan أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَائِرَ الرَّأْسِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا فَقَالَ أَخْبِرْنِي مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ فَقَالَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا فَقَالَ أَخْبِرْنِي بِمَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الزَّكَاةِ فَقَالَ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَالَ وَالَّذِي أَكْرَمَكَ لَا أَتَطَوَّعُ شَيْئًا وَلَا أَنْقُصُ مِمَّا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ شَيْئًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ أَوْ دَخَلَ الْجَنَّةَ إِنْ صَدَقَ Ada seorang Arab badui yang rambutnya berdiri datang
menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang sholat yang diwajibkan Allah
kepadaku.” Beliau menjawab, “Sholat lima waktu kecuali jika kamu ingin menambah
sholat yang lain sebagai tambahan.” Lalu dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku
puasa yang diwajibkan Allah kepadaku”. Beliau menjawab, ”Puasa di bulan
Ramadhan, kecuali apabila kamu mau melakukan puasa lain sebagai tambahan.” Lalu
dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku zakat yang diwajibkan Allah kepadaku.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberitahukan kepadanya
syari’at-syari’at Islam. Lalu lelaki itu berkata, “Demi Tuhan yang
memuliakanmu. Aku tidak akan menambah dan mengurangi apa yang Allah wajibkan
kepadaku barang sedikit pun.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Dia pasti beruntung jika dia jujur.” atau “Dia pasti masuk surga
jika dia jujur.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
2.Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata: أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ Kaum Quraisy dahulu biasa melakukan puasa ‘Asyura di
masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu sampai diwajibkannya puasa Ramadhan.
Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
ingin berpuasa pada hari itu -’Asyura- maka silakan berpuasa. Dan barang siapa
yang tidak ingin berpuasa silakan berbuka.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Keutamaan Puasa Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا “Puasa adalah perisai. Maka janganlah
dia berkata-kata kotor dan berbudat bodoh. Apabila ada orang lain yang
memerangi atau mencacinya, hendaklah dia katakan, ‘Aku sedang puasa’ (dua
kali). Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut
orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah ta’ala daripada bau minyak
kasturi. Dia rela meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku.
Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Satu kebaikan dibalas
sepuluh kali lipatnya.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
3.Puasa dapat menghapuskan dosa Dari Hudzaifah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ “Fitnah/dosa
pada diri seseorang karena keluarga, harta, atau tetangganya akan terhapus
dengan sholat, puasa, dan sedekah.” (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam) Pintu ar-Royyan bagi orang-orang yang berpuasa Dari Sahl
radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ “Sesungguhnya di
surga terdapat sebuah pintu yang bernama ar-Royyan. Orang-orang yang berpuasa
akan memasukinya pada hari kiamat. Tidak ada seorangpun yang memasukinya selain
mereka. Akan ada yang berseru, ‘Manakah orang-orang yang berpuasa?’. Maka
bangkitlah mereka. Dan tidak akan memasukinya selain mereka. Apabila mereka
telah masuk, maka pintu itu akan ditutup sehingga tidak akan ada lagi yang
masuk melewatinya seorang pun.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
4.Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ “Barang siapa
yang menginfakkan dua pasang hartanya di jalan Allah maka dia akan dipanggil
dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba Allah, ini adalah
kebaikan.’ Barang siapa yang tergolong ahli
sholat maka dia akan dipanggil dari pintu sholat. Barang siapa yang tergolong
ahli jihad maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa yang tergolong
ahli puasa, maka dia akan dipanggil dari pintu ar-Royyan. Barang siapa yang
tergolong ahli sedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah.” Abu Bakar
radhiyallahu’anhu berkata, “Ayah dan ibuku sebagai penebusmu, wahai Rasulullah.
Bahaya apalagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu
tersebut. Apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?” Maka Nabi
menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk di dalamnya.” (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam)
5.Boleh menyebut ‘Ramadhan’ tanpa kata ‘Bulan’ Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ “Apabila
Ramadhan telah datang maka dibukakan pintu-pintu surga.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam) Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ “Apabila bulan
Ramadhan telah masuk dibukakanlah pintu-pintu langit dan dikunci pintu-pintu
Jahannam, dan syaitan-syaitan pun dirantai.” (HR. Bukhari dalam
Kitab as-Shiyam)
6.Pahala bagi orang yang berpuasa Ramadhan Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barang siapa
yang menghidupkan malam Qadar -dengan ketaatan- karena iman dan mengharap
pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Dan barang siapa
yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam) Anjuran
meningkatkan kedermawanan di bulan Ramadhan Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu’anhuma, dia berkata, كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan memberikan kebaikan.
Beliau paling dermawan ketika di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril menemuinya.
Jibril ‘alaihis salam biasa menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan sampai
apabila Jibril telah selesai -menyampaikan wahyu- maka Nabi shallallahu
‘alaihhi wa sallam menyetorkan hafalan al-Qur’annya kepada Jibril. Apabila
Jibril ‘alaihis salam menemuinya maka beliau adalah orang yang paling ringan
dalam berderma lebih daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari dalam Kitab
as-Shiyam)
Wajib meninggalkan ucapan dusta Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ “Barang siapa
yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan mengamalkannya maka Allah sudah tidak
lagi memerlukan dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari dalam
Kitab as-Shiyam)
7.Tidak boleh membalas cacian dengan cacian Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ Allah berfirman, “Semua amal anak Adam baginya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu
untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila
salah seorang kalian sedang menjalani puasa janganlah dia berkata-kata kotor
dan berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci atau memeranginya hendaklah
dia katakan, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa.’ Demi Tuhan yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih harum daripada
bau minyak kasturi. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan. Ketika dia
berhariraya dan ketika dia berjumpa dengan Rabbnya maka dia akan bergembira
dengan puasanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
8.Manfaat puasa bagi orang yang khawatir terjerumus dalam zina Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, dia berkata: Dahulu kami bersama dengan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ “Barang siapa
yang mampu menikah hendaklah dia menikah. Sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang tidak mampu maka
hendaklah dia berpuasa. Sesungguhnya puasa akan mengekang hawa nafsunya.” (HR.
Bukhari dalam Kitab as-Shiyam) Berpuasa dan berhari raya dengan melihat hilal
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebut Ramadhan dan bersabda, لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ “Janganlah
kalian berpuasa kecuali apabila kalian telah melihat hilal dan janganlah kalian
berhari raya sampai kalian melihatnya. Apabila ia tertutup dari pandangan
kalian maka genapkanlah.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
9.Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ “Bulan itu terkadang terdiri dari dua
puluh sembilan hari. Janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya
(hilal). Apabila ia tertutup dari pandangan kalian maka sempurnakanlah bilangan
-bulan Sya’ban- menjadi tiga puluh.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَخَنَسَ الْإِبْهَامَ فِي الثَّالِثَةِ “Bulan itu
demikian dan demikian (dengan membuka kedua telapak tangannya).” Kemudian beliau melipat ibu jarinya pada kali yang ketiga -menunjukkan
angka 29- (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
10.Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ “Berpuasalah ketika kalian telah
melihatnya. Dan berhari rayalah ketika kalian telah melihatnya. Apabila ia
tersembunyi dari pandangan kalian maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban
menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
11.Dari Ummu Salamah radhiyallahu’anha, أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آلَى مِنْ نِسَائِهِ شَهْرًا فَلَمَّا مَضَى تِسْعَةٌ وَعِشْرُونَ يَوْمًا غَدَا أَوْ رَاحَ فَقِيلَ لَهُ إِنَّكَ حَلَفْتَ أَنْ لَا تَدْخُلَ شَهْرًا فَقَالَ إِنَّ الشَّهْرَ يَكُونُ تِسْعَةً وَعِشْرِينَ يَوْمًا Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersumpah untuk tidak mengumpuli istri-istrinya selama
satu bulan. Ketika sudah berlalu dua puluh sembilan hari ternyata beliau sudah
berangkat di awal atau di akhir siang -untuk mengumpuli istri-. Maka ada yang
bertanya kepada beliau, “Bukankah anda telah bersumpah untuk tidak mengumpuli
istri selama sebulan?”. Maka beliau menjawab, “Bulan itu terkadang dua puluh
sembilan hari.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
12.Menentukan masuknya Ramadhan bukan dengan hisab Dari Ibnu Umar
radhiyallahu’anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ وَمَرَّةً ثَلَاثِينَ “Sesungguhnya
kami ini -bangsa Arab- adalah bangsa yang buta huruf. Kami tidak bisa baca
tulis dan tidak pandai berhitung. Bulan itu terkadang demikian, dan terkadang
demikian.” Maksudnya terkadang dua puluh sembilan hari dan terkadang tiga puluh
hari (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ “Janganlah salah
seorang dari kalian mendahului Ramadhan dengan melakukan puasa sat atau du hari
sebelumnya kecuali bagi orang yang sudah biasa mengerjakan puasa maka dia boleh
berpuasa di hari itu.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
13.Dihalalkan berhubungan bagi pasangan suami istri di malam harinya Dari
al-Barra’ radhiyallahu’anhu, dia berkata: كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَائِمًا فَحَضَرَ الْإِفْطَارُ فَنَامَ قَبْلَ أَنْ يُفْطِرَ لَمْ يَأْكُلْ لَيْلَتَهُ وَلَا يَوْمَهُ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنَّ قَيْسَ بْنَ صِرْمَةَ الْأَنْصَارِيَّ كَانَ صَائِمًا فَلَمَّا حَضَرَ الْإِفْطَارُ أَتَى امْرَأَتَهُ فَقَالَ لَهَا أَعِنْدَكِ طَعَامٌ قَالَتْ لَا وَلَكِنْ أَنْطَلِقُ فَأَطْلُبُ لَكَ وَكَانَ يَوْمَهُ يَعْمَلُ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ فَجَاءَتْهُ امْرَأَتُهُ فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ خَيْبَةً لَكَ فَلَمَّا انْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِيَ عَلَيْهِ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ } فَفَرِحُوا بِهَا فَرَحًا شَدِيدًا وَنَزَلَتْ { وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ } Dahulu para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, apabila seseorang sedang berpuasa kemudian datang saat berbuka namun
tertidur sebelum sempat menikmati makanan maka dia tidak boleh makan di malam
hari itu dan siang hari berikutnya sampai sore. Qais bin Shurmah al-Anshari
radhiyallahu’anhu suatu ketika sedang berpuasa, ketika datang waktu untuk
berbuka maka dia menemui istrinya dan berkata, “Apakah kamu memiliki makanan?”.
Istrinya berkata, “Tidak. Akan tetapi aku akan pergi untuk mencarikannya
untukmu.” Pada hari itu dia sibuk bekerja sehingga membuatnya kedua matanya
berat dan akhirnya tertidur. Kemudian datanglah istrinya, lalu ketika dia
melihat suaminya tertidur maka dia berkata, “Ah, kamu tidak mendapatkan
apa-apa.” Ketika waktu sudah menginjak pertengahan siang maka dia pun jatuh
pingsan. Kemudian kejadian itu dilaporkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan turunlah ayat ini, “Dihalalkan untuk kalian bercumbu dengan istri
kalian pada malam hari bulan puasa.” Maka bergembiralah mereka dengan
kegembiraan yang meluap-luap karenanya, dan turun ayat, “Makan dan minumlah
sampai jelas bagi kalian -perbedaan- benang yang putih dari benang yang hitam.”
(HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
14.Boleh makan dan minum sampai terbit fajar (adzan Subuh) Dari Adi bin
Hatim radhiyallahu’anhu, dia berkata: لَمَّا نَزَلَتْ { حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ } عَمَدْتُ إِلَى عِقَالٍ أَسْوَدَ وَإِلَى عِقَالٍ أَبْيَضَ فَجَعَلْتُهُمَا تَحْتَ وِسَادَتِي فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ فِي اللَّيْلِ فَلَا يَسْتَبِينُ لِي فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ لَهُ ذَلِكَ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكَ سَوَادُ اللَّيْلِ وَبَيَاضُ النَّهَارِ Ketika turun ayat, “Sampai jelas bagi kalian perbedaan
benang yang putih dari benang yang hitam.” Maka aku pun mengambil tali berwarna
hitam dan tali berwarna putih dan kuletakkan keduanya di bawah bantalku,
kemudian pada waktu malam aku mengamatinya namun perbedaannya juga tidak jelas
bagiku. Keesokan harinya aku pun pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan aku ceritakan hal itu kepadanya. Maka beliau bersabda,
“Sesungguhnya yang dimaksud adalah hitamnya malam dan putihnya siang.” (HR.
Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
15.Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu’anhu, dia berkata: أُنْزِلَتْ { وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ } وَلَمْ يَنْزِلْ { مِنْ الْفَجْرِ } فَكَانَ رِجَالٌ إِذَا أَرَادُوا الصَّوْمَ رَبَطَ أَحَدُهُمْ فِي رِجْلِهِ الْخَيْطَ الْأَبْيَضَ وَالْخَيْطَ الْأَسْوَدَ وَلَمْ يَزَلْ يَأْكُلُ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُ رُؤْيَتُهُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ بَعْدُ { مِنْ الْفَجْرِ } فَعَلِمُوا أَنَّهُ إِنَّمَا يَعْنِي اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ Ketika diturunkan ayat, “Makan dan minumlah sampai jelas bagi kalian perbedaan antara benang yang
putih dengan benang yang hitam.” Namun, belum diturunkan kelengkapannya, “Yaitu
terbitnya fajar.” Ketika itu apabila orang-orang hendak berpuasa maka dia
mengikatkan tali berwarna putih dan tali berwarna hitam di kakinya. Dia akan
terus makan sampai benar-benar bisa membedakan antara keduanya. Setelah itu,
maka Allah turunkan kelengkapan ayatnya, “Yaitu terbitnya fajar.” Maka barulah
setelah itu mereka mengetahui bahwa yang dimaksudkan -dengan hitam dan putih-
adalah malam dan siang (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
16.Anjuran makan sahur sampai menjelang adzan Subuh berkumandang Dari
‘Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata, أَنَّ بِلَالًا كَانَ يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ فَإِنَّهُ لَا يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ “Bilal biasa mengumandangkan adzan di
waktu malam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi
Maktum mengumandangkan adzan. Dan dia tidak akan mengumandangkan adzan kecuali
apabila fajar sudah terbit.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
17.Para Sahabat biasa mengakhirkan makan sahur Dari Sahl bin Sa’d
radhiyallahu’anhu, dia berkata: كُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونُ سُرْعَتِي أَنْ أُدْرِكَ السُّجُودَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Dahulu aku
makan sahur bersama keluargaku kemudian aku pun mempercepatnya agar bisa
mendapatkan sujud (sholat) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam) Jarak antara akhir
sahur dengan mulainya sholat Subuh Dari Anas dari Zaid bin Tsabit
radhiyallahu’anhuma, Zaid berkata, تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً “Kami dulu pernah bersantap sahur
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau bangkit
untuk melakukan sholat.” Aku -Anas- berkata, “Berapakah jarak antara adzan (maksudnya iqomah) dengan makan sahur?”. Zaid
menjawab, “Seukuran dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk membaca lima
puluh ayat.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
18.Anjuran untuk makan sahur Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma,
dia berkata: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاصَلَ فَوَاصَلَ النَّاسُ فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَنَهَاهُمْ قَالُوا إِنَّكَ تُوَاصِلُ قَالَ لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنِّي أَظَلُّ أُطْعَمُ وَأُسْقَى Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan wishol
(tidak berbuka dan tidak sahur) maka orang-orang (para sahabat) pun ikut
melakukan wishol sebagaimana beliau. Akibatnya hal itu justru memberatkan
mereka, maka beliau pun melarang mereka dari melakukannya. Maka mereka berkata,
“Sesungguhnya engkau melakukan wishol.” Nabi menjawab, “Aku tidak seperti
keadaan kalian. Pada waktu siang aku diberi makan dan minum.” (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam)
19.Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dia berkata: Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً “Makan sahurlah, sesungguhnya di
dalam santap sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam) Boleh menemui waktu pagi dalam keadaan junub Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu’anhuma, mereka
berdua menceritakan أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam suatu ketika pernah memasuki waktu subuh dalam keadaan junub karena
berkumpul dengan istrinya, kemudian beliau mandi dan berpuasa (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam)
20.Bercumbu rayu bagi orang yang sedang puasa Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha,
beliau berkata, كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ “Dahulu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium dan
mencumbui istrinya, padahal ketika itu beliau sedang berpuasa. Namun beliau
adalah lelaki yang paling bisa mengendalikan hawa nafsunya daripada kalian.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam) Mencium bagi orang yang sedang puasa
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, beliau berkata, إِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُقَبِّلُ بَعْضَ أَزْوَاجِهِ وَهُوَ صَائِمٌ ثُمَّ ضَحِكَتْ “Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu pernah mencium sebagian istrinya
dalam keadaan beliau sedang berpuasa.” Kemudian ‘Aisyah tertawa (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam)
21.Orang yang berpuasa boleh mandi besar setelah Subuh Dari ‘Aisyah
radhiyallahu’anha, beliau berkata, كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ فِي رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ حُلْمٍ فَيَغْتَسِلُ وَيَصُومُ “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjumpai waktu subuh di bulan Ramadhan dalam keadaan
junub, tapi bukan karena mimpi, Maka beliau mandi dan berpuasa.” (HR. Bukhari
dalam Kitab as-Shiyam) Dari Abu Bakr bin Abdurrahman, dia berkata: كُنْتُ أَنَا وَأَبِي فَذَهَبْتُ مَعَهُ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ أَشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ كَانَ لَيُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ غَيْرِ احْتِلَامٍ ثُمَّ يَصُومُهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ فَقَالَتْ مِثْلَ ذَلِكَ Dahulu aku
bersama ayahku pergi bersama-sama kepada ‘Aisyah
radhiyallahu’anha untuk menanyakan suatu perkara.
Beliau menjawab, “Aku bersaksi atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sungguh beliau pernah memasuki waktu pagi dalam keadaan junub karena
berhubungan -dengan istri di malamnya- dan bukan karena mimpi, kemudian beliau
mandi dan tetap berpuasa.” Kemudian kami juga bertanya kepada Ummu Salamah, dan
ternyata beliau juga memberikan jawaban yang serupa (HR. Bukhari dalam Kitab
as-Shiyam)
22.Tidak sengaja makan dan minum tidak membatalkan puasa Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ “Apabila salah seorang dari kalian
lupa kemudian makan dan minum maka sempurnakanlah puasanya (tidak dianggap
batal). Karena sesungguhnya Allah lah yang memberinya makan dan minum.” (HR.
Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)
Ikhtitam
شهر رمضان، قال: هل عليَّ غيره؟ قال: لا، إلا أن تطوع شيئاً…
“Bulan Ramadhan”. Orang arab badui bertanya lagi, “Adakah kewajiban yang
selainnya bagiku?” Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali dari ragam puasa
sunnah”. (HR. Bukhari No. 46 Muslim No. 11)
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits
2.http://syuhadamalela.blogspot.com
JAKARTA 28/5/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar