KISAH ISRA’ MI’RAJ NABI
?
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil haram ke Al Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS Al-Isra’ : 1]
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil haram ke Al Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS Al-Isra’ : 1]
Muqaddimah
Dalam sejarahnya, dakwah Rasulullah
tak pernah sepi dari gangguan kafir Quraisy. Di tengah tantangan dakwah itu,
kesedihan yang tak terperikan dihadapi Rasulullah, yakni wafatnya dua orang
paling disegani dan dikasihi Nabi SAW, yakni sang paman Abu Thalib, dan istri
tercinta Khadijah. Dengan totalitas yang tak diragukan lagi, keduanya adalah
pendukung setia dakwah Rasulullah. Wafatnya kedua pendukung utama ini,
merupakan ujian besar bagi perjuangan Rasul SAW.
Dalam situasi seperti itu, Allah SWT "menghibur" Rasulullah dengan memperjalankannya ke langit melalui peristiwa Isra dan Mikraj, dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Kemudian, dilanjutkan dengan perjalanan (Mikraj) ke Sidratul Muntaha (tempat tiada berbatas), Arasy (takhta Allah), hingga menerima wahyu secara langsung dari Allah SWT tanpa perantaraan Jibril, yakni perintah shalat. Peristiwa itu terjadi pada 27 Rajab, setahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.
Dalam situasi seperti itu, Allah SWT "menghibur" Rasulullah dengan memperjalankannya ke langit melalui peristiwa Isra dan Mikraj, dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Kemudian, dilanjutkan dengan perjalanan (Mikraj) ke Sidratul Muntaha (tempat tiada berbatas), Arasy (takhta Allah), hingga menerima wahyu secara langsung dari Allah SWT tanpa perantaraan Jibril, yakni perintah shalat. Peristiwa itu terjadi pada 27 Rajab, setahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.
Seyyed Hussein Nasr dalam buku
Muhammad Kekasih Allah (1993) mengungkapkan, pengalaman rohani yang dialami
Rasulullah saat Mikraj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat. "Shalat
adalah mikrajnya orang-orang beriman," demikian ungkapan sebuah hadis.
Ketika Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap
kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah
SAW dan kepada para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi
perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada umatnya
agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat menjadi kunci
utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga sampai Rasulullah
mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.
Hikmah Isra’ Mi’rajnya
Rasulullah saw ?
Berikut hikmah yang dapat saya rangkum dari buku Sirah
Nabawiyah.
1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan
perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.
Sungguh tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’
Mi’raj yang Rasulullah jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya
mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada
bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril
maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan pembuktian
keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan
Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa yang telah dialaminya
semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah bahwa
perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan
jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan
mencemoohnya dengan sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan
dari Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam
(Palestina) hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri
Syam untuk berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak
peristiwa Isra’ Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa
orang yang baru masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.
2. Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah,
penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah SAW ketika
berada di Thaif yang mendapatkan penghinaan, penolakan dan pengusiran.
Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW
terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari embargo ekonomi hingga
dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh Kaum Quraisy terhadap Bani
Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang sangat berat diterima oleh
Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam waktu
yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta
istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan mendukungnya dengan
jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Lalu hingga
pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah dakwahkan
kepada penduduk kota Thaif.
3. Isra’ bukanlah peristiwa yang sederhana.
Tetapi peristiwa yang menampakkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah
yang paling besar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat
Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan
pembuktian dan menampakkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling
besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang
tidak bisa Allah lakukan, dan hal tersebut terkadang masih saja di antara kita
yang meragukan tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita
menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa
risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.
Perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah
ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam melintasi ribuan kilometer yang jauh dari
Mekah tempat Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin membuktikan bahwa
ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk
seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah SAW di Masjidil
Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah. Hal tersebut
menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin dan penghulu para
Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya. Dan agama Islam beserta
syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran dan syariat yang berlaku untuk
seluruh kaum dan umat manusia di seluruh dunia.
5. Dalam Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah
shalat wajib 5 kali dalam sehari.
Ketika Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan
menghadap kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada
Rasulullah SAW dan kepada para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah
terima menjadi perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan
kepada umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat
menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga
sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.
Kisah dalam Isra’ Mi’raj
?
Perjalanan di teruskan dan sampailah
ke Baitul-Lahmi, tempat kota kelahiran Nabi 'Isa a.s. Di Baitul-Lahmi inipun
Beliau turun dan melakukan solat dua raka'at, kemudian perjalan diteruskan dan
tidak lama sampailah ke Baitul Maqdis. Di Baitul Maqdis ternyata telah
berkumpul para Nabi terdahulu, menantikan kedatangan Beliau. Di Baitul Maqdis
bersolat berjama'ah dengan para Nabi terdahulu sebagai Imam solat.
1.Seterusnya dalam perjalanan, Beliau menyaksikan
dengan sekelompok manusia yang bercocok tanam dan seketika dapat di tuai
(dipetik) hasilnya. Nabi pun merasa hairan lalu bertanya kepada
Jibril?....Jibril menjawab: Mereka adalah ibarat umat tuan yang suka
menginfaqkan harta bendanya untuk menegakkan kalimah Allah, mensyi'arkan
keagungan Allah dan beramal solih.
2.Kemudian dalam perjalanan seterusnya
Beliau mencium bau yang sangat menyusuk hidung, Beliau bertanya Jibril?....
Jibril menjawab: Ini adalah bau Masyithah (Tukang gunting di istana Fir'aun)
sekeluarga yang merelakan diri mereka di ceburkan ke dalam belanga yang berisi
timah mendidih oleh Fir'aun lantaran keteguhan Iman mereka kepada Allah dan
tidak mengakui Fir'aun sebagai Tuhan.
3.Selanjutnya dalam perjalanan itu Beliau
melihat segulongan manusia yang memukul-mukul kepalanya sendiri sehingga hancur
luluh, akan tetapi sekejap kemudian kepalanya utuh kembali, lalu dihancurkan
semula, demikianlah seterusnya. Nabi s.a.w lalu bertanya kepada Jibril?..
Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan segulongan umat tuan yang suka
melengah-lengah (mengulur-ulur) waktu solat, sampai akhirnya habis waktu yang
di tentukan.
4.Selanjutnya dalam perjalanan Beliau
melihat orang-orang yang memakan kayu berduri serta batu panas yang membara
dari neraka Jahannam. Lalu Beliaupun bertanya Jibril?..Jibril menjawab: Mereka
adalah perumpamaan orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya. Jelas
mereka termasuk orang yang menganiaya diri sendiri.
5.Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w
melihat segolongan manusia yang masing-masingnya menghadapi dua buah mangkok,
mangkok yang satu berisi daging yang sudah dimasak dan yang satunya lagi berisi
daging mentah. Akan tetapi anehnya mereka lebih suka memakan daging yang
mentah. Bertanya Nabi s.a.w kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah
gambaran diantara umat yang senang berbuat zina. Mereka sebenarnya telah
mempunyai isteri yang sah, akan tetapi mereka senang melepaskan nafsu
syahwatnya dengan perempuan lain yani berzina. Demikianlah pula yang perempuan
melacurkan dirinya.
6.Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w
menyaksikan pula ada kayu yang berduri melintang di tengah jalan. Sesiapa yang
melaluinya pasti akan ditarik dan dikaitnya sehingga pakaian akan koyak. Nabi
s.a.w bertanya kepada Jibril?...Dijawab oleh Jibril: Itulah suatu perumpamaan
dari golongan umat yang suka membuat kekacauan dan suka duduk-duduk ditepi
jalan, sehingga menggangu orang-orang yang melewati jalan itu.
7.Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
orang-orang yang berenang dalam sungai darah, lalu mereka di lempari dengan
batu, akan tetapi kemudian batu-batu itu mereka makan. Nabi s.a.w bertanya
kepada Jibril?..Dijawab oleh Jibril: Mereka perumpamaan segolongan manusia yang
suka memakan riba dan duit haram.
8.Tidak lama kemudian Nabi s.a.w
menyaksikan seorang lelaki yang memikul beban (kayu), tetapi tidak kuat
berjalan, anehnya beban itu semakin bertambah dan begitulah seterusnya sehingga
orang itu kepayahan dan terseksa. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?..Jawab
Jibril: Dialah gambaran orang yang suka menerima amanat orang lain tetapi tidak
mau menunaikan (menyampaikannya) kepada yang berhak.
9.Selanjutnya dalam perjalanan itu Nabi
menyaksikan orang-orang yang memotong lidah dan bibirnya dengan gunting besi,
seketika itu utuh kembali, namun segera pula di gunting lagi, begitulah
seterusnya, sehingga mereka merasa penderitaan yang amat berat. Nabi s.a.w.
bertanya kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan dari
golongan manusia yang suka memberi nasihat kepada orang lain untuk membuat
baik, tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan kebaikan seperti yang di
nasihatkan kepada orang lain.
10.Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
manusia yang tengah mencakar-cakar wajahnya dan dadanya dengan kukunya sendiri
yang telah berubah menjadi kuku tembaga. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?
Jawab Jibril: Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang suka menceritakan keaibpan
(keburukan), rahsia, kecacatan dan kejelekan orang lain, dengan
membesar-besarkannya kepada orang lain.
11.Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
sekelompok manusia yang mempunyai bibir seperti unta, lalu disuapkan bara
kedalam mulutnya. Ini adalah contoh bagi mereka yang memakan harta anak yatim
dengan jalan salah.
12.elanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan
saekor lembu besar keluar dari lubang yang sangat sempit lalu ia berusaha untuk
memasukinya kembali tetapi tidak berjaya. Itu adalah contoh bagi mereka yang
bercakap besar dan dusta, lalu ia ingin menarik kembali percakapannya itu
tetapi tidak berpeluang lagi.
13.Menyaksikan sekelompok wanita yang di
gantung buah dadanya sambil mereka menjerit-jerit meminta pertolongan. Ini
adalah gambaran wanita yang menyusukan anak mereka hasil dari berzina dengan
lelaki yang bukan suaminya.
14.Menyaksikan sekelompok wanita yang di
gantung rambutnya diatas api neraka sehingga mendidih otak di kepalanya. Ini
adalah gambaran balasan kerana mereka tidak mahu menutup aurat di kepala dari
di pandang lelaki yang bukan mahramnya.
15Menyaksikan sekelompok wanita yang
digantung lidahnya diatas api neraka lalu dituangkan air panas ke dalam
mulutnya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka selalu menyakiti hati
suaminya dan bercakap dengan suara yang kasar serta tinggi.
Peringantan Isra’ Mi’raj
?
1.Tidak ada dalil dari Quran maupun hadits yang menyatakan bahwa Isra' Mi'raj sebagai salah satu hari besar yang patut diperingati. Juga tidak ada contoh dari Nabi bahwa beliau pernah memperingati atau merayakan Isra' Mir'raj. Berangkat dari fakta ini maka terdapat perbedaan (ikhtilaf) ulama tentang boleh dan tidaknya umat Islam memperingati Isra' Mi'raj. Perbedaan itu seperti biasa terjadi antara ulama Ahlussunnah Waljamaah dan kelompok Salafi Wahabi (Sawah).
1.Tidak ada dalil dari Quran maupun hadits yang menyatakan bahwa Isra' Mi'raj sebagai salah satu hari besar yang patut diperingati. Juga tidak ada contoh dari Nabi bahwa beliau pernah memperingati atau merayakan Isra' Mir'raj. Berangkat dari fakta ini maka terdapat perbedaan (ikhtilaf) ulama tentang boleh dan tidaknya umat Islam memperingati Isra' Mi'raj. Perbedaan itu seperti biasa terjadi antara ulama Ahlussunnah Waljamaah dan kelompok Salafi Wahabi (Sawah).
2.Peringatan Isra' Mi'raj menurut ulama Ahlussunnah Waljamaah adalah boleh walaupun tidak ada pada zaman Nabi dan Sahabat karena ia merupakan masalah muamalah atau non-ibadah sebagaimana peringatan Maulid Nabi. Dan hukum asal dari masalah muamalah atau non-ibadah adalah boleh. Sedangkan menurut ulama Salafi Wahabi (Sawah) hukumnya haram karena dianggap masalah ibadah dan hukum asal dari masalah ibadah adalah haram.
Ikhtitam
Kemudian
diwajibkan atasku shalat lima puluh kali (dalam sehari). Aku menerimanya hingga
aku datang pada Muusaa ‘Alaihissalam dan bertanya; “Apa yang telah
diwajibkan?”. Aku jawab: “Aku diwajibkan shalat lima puluh kali”. Muusaa
berkata; “Akulah orang yang lebih tahu tentang manusia daripada engkau. Aku
sudah berusaha menangani Bani Isra’il dengan sungguh-sungguh. Dan ummatmu tidak
akan sanggup melaksanakan kewajiban shalat itu. Maka itu kembalilah kau kepada
Rabbmu dan mintalah (keringanan) “. Maka aku meminta keringanan lalu Allah
memberiku empat puluh kali shalat lalu aku menerimanya dan Muusaa kembali
menasehati aku agar meminta keringanan lagi, kemudian kejadian berulang seperti
itu (nasehat Muusaa) hingga dijadikan tiga puluh kali lalu kejadian berulang
seperti itu lagi hingga dijadikan dua puluh kali kemudian kejadian berulang
lagi hingga menjadi sepuluh lalu aku menemui Muusaa dan dia kembali berkata
seperti tadi hingga dijadikan lima waktu lalu kembali aku menemui Muusaa dan
dia bertanya; “Apa yang kamu dapatkan?”. Aku jawab; “Telah ditetapkan lima
waktu”. Dia berkata seperti tadi lagi. Aku katakan; “Aku telah menerimanya
dengan baik”. Tiba-tiba ada suara yang berseru: “Sungguh Aku telah putuskan
kewajiban dariku ini dan Aku telah ringankan untuk hamba-hambaKu dan aku akan
balas setiap satu kebaikan (shalat) dengan sepuluh balasan (pahala) “. [HR
Al-Bukhaariy no. 2968, dan ini adalah lafazh Al-Bukhaariy].
Sumber:1.http://www.alkhoirot.net 2.http://jaflashnet.blogspot.com
3.http://www.dakwatuna.com
JAKARTA 8/5/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar