PEMIMPIN YANG ADIL ?
Surat an Nisa ayat 58:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Muqaddimah
1)
Al-Amanah (setia, jujur, dapat dipercaya), 2) Al-Sidqu
(benar, jujur), 3) Al-Adl (adil),
4) Al-Afwu (pemaaf), 5) Al-Wafa’ (menepati janji), 6) Al-Ifafah
(memelihara diri), 7) Al-Haya’ (malu), 8) As-Syajaah (berani), 9)
Al-Quwwah (kuat), 10) As-Sabru (sabar), 11) Ar-Rahmah (kasih
sayang), 12) As-Sakha’u (murah hati), 13) At-Ta’awun (penolong/tolong
menolong), 14) Al-Islah (damai), 15) Al-Ikha’ (persaudaraan), 16)
Al-Iqtisad (hemat), 17) Silaturrahmi (menyambung tali
persaudaraan), 18) Ad-Diyafah (menghormati tamu), 19) At-Tawadu’
(merendahkan diri), 20) Al-Ihsan (berbuat baik), 21) Al-Khusyu’
(menundukkan diri), 22) Al-Muru’ah (berbudi tinggi), dan lain sebagainya
yang menunjukkan kepada sifat-sifat terpuji.
2.Akhlak Mazmumah/Qabihah
Akhlak Mazmumah (akhlak yang
tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana
tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci
dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara
menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak
yang tercela, di antaranya:
1) Ananiah (egois), 2) Al-Bagyu (lacur), 3) Al-Bukhl
(kikir), 4) Al-Buhtan (dusta), 5) Al-Hamr (peminum khamr), 6) Al-Khianah
(khianat), 7) Az-Zulmu (aniaya), 8) Al-Jubn (pengecut), 9) Al-Fawahisy
(dosa besar), 10) Al-Ghaddab (pemarah), 11) Al-Gasysyu
(curang dan culas), 12) Al-Ghibah (mengumpat), 13) An-Namumah (adu
domba), 14) Al-Guyur (menipu, memperdaya), 15) Al-Hasad (dengki),
16) Al-Istikbar (sombong), 17) Al-Kufran (mengingkari nikmat),
18) Al-Liwat (homosex), 19) Ar-Riya’ (ingin dipuji), 20) As-Sum’ah
(ingin didengar kelebihannya), 21) Ar-Riba (makan riba), 22) As-Sikriyah
(berolok-olok), dan lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat yang
tercela.
‘Adl/Al-‘Adl (عَدْل) merupakan salah satu al-asmâ’
al-husnâ, yang menunjuk kepada Allah sebagai pelaku. Di dalam kaidah bahasa
Arab, apabila kata jadian (mashdar) digunakan untuk menunjuk kepada pelaku,
maka hal tersebut mengan¬dung arti ‘kesempurnaan’. Demikian halnya jika
dinyatakan, Allah adalah Al-‘Adl (اَلْعَدْل
= keadilan), maka ini berarti bahwa Dia adalah pelaku keadilan yang sempurna.
Oleh sebab itu, manusia yang bermaksud meneladani sifat Allah yang ‘adl (عَدْل) ini setelah meyakini keadilan Allah dituntut untuk me¬negak¬kan ke¬adilan walau terhadap keluarga, ibu bapak, dan dirinya, bahkan terhadap musuhnya sekalipun. Keadilan per¬tama yang dituntut adalah dari dirinya dan terhadap dirinya sendiri.
Adapun hubungannya adil dengan amanat sangatlah terkait erat. Karna keadilan tergantung dengan amanat. Adil tidak akan bisa jalan apabila amanat itu tidak ada.
Oleh sebab itu, manusia yang bermaksud meneladani sifat Allah yang ‘adl (عَدْل) ini setelah meyakini keadilan Allah dituntut untuk me¬negak¬kan ke¬adilan walau terhadap keluarga, ibu bapak, dan dirinya, bahkan terhadap musuhnya sekalipun. Keadilan per¬tama yang dituntut adalah dari dirinya dan terhadap dirinya sendiri.
Adapun hubungannya adil dengan amanat sangatlah terkait erat. Karna keadilan tergantung dengan amanat. Adil tidak akan bisa jalan apabila amanat itu tidak ada.
Makna Adil ?
Secara bahasa kata
‘adl adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘adala – ya‘dilu – ‘adlan – wa
‘udûlan – wa ‘adâlatan (عَدَلَ
– يَعْدِلُ – عَدْلاً – وَعُدُوْلاً – وَعَداَلَةً) yang dapat kita
artikan segala hal yang berdiri dalam diri sesuatu yang dianggap lurus.
ﻋﺪﻞ berasal dari tiga akar huruf ‘ain (عَيْن), dâl (دَال), dan lâm (لاَم), yang makna pokoknya adalah ‘al-istiwâ’’ (اَلْاِسْتِوَاء = keadaan lurus) dan ‘al-i‘wijâj’ (اَلْاِعْوِجَاج = keadaan menyimpang).
ﻋﺪﻞ berasal dari tiga akar huruf ‘ain (عَيْن), dâl (دَال), dan lâm (لاَم), yang makna pokoknya adalah ‘al-istiwâ’’ (اَلْاِسْتِوَاء = keadaan lurus) dan ‘al-i‘wijâj’ (اَلْاِعْوِجَاج = keadaan menyimpang).
Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, kata Adil dapat diartikan :
(1) tidak berat sebelah/tidak memihak.
(2) berpihak kepada kebenaran.
(3) sepatutnya tidak sewenang-wenang.
Sedangkankan didalam al-Qur’an banyak kata adil yang digunakan dan memiliki aspek dan objek yang beragam, keragaman tersebutlah yang mengakibatkan keragaman makna ‘adil.
Didalam al-Qur’an kata ‘adil yang berarti positif atau keadaan lurus (al istiwa) dan berarti negative atau keadaan menyimpang(al ‘iwajaj), sedangkan motif kata adil yang berarti positif adalah seperti surat al-Maaidah ayat 18:
ﺍﻋﺪﻟﻮﺍׂھﻮﺃﻗﺮﺐﻠﻟﺘﻗﻮﻯ
(1) tidak berat sebelah/tidak memihak.
(2) berpihak kepada kebenaran.
(3) sepatutnya tidak sewenang-wenang.
Sedangkankan didalam al-Qur’an banyak kata adil yang digunakan dan memiliki aspek dan objek yang beragam, keragaman tersebutlah yang mengakibatkan keragaman makna ‘adil.
Didalam al-Qur’an kata ‘adil yang berarti positif atau keadaan lurus (al istiwa) dan berarti negative atau keadaan menyimpang(al ‘iwajaj), sedangkan motif kata adil yang berarti positif adalah seperti surat al-Maaidah ayat 18:
ﺍﻋﺪﻟﻮﺍׂھﻮﺃﻗﺮﺐﻠﻟﺘﻗﻮﻯ
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : “Yang dimaksud dgn adil ialah orang yg mempunyai sifat ketaqwaan dan muru’ah”.
Sedangkan definisi keadilan menurut seorang hakim adalah hanya mencakup sikap dan perlakuan hakim pada saat proses pengambilan keputusan, “tidak berpihak” kepada salah seorang yang berselisih dan memberikan haknya kepada yang berhak menerimanya.
Menurut seorang hakim, adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi.
Perintah Berbuat Adil ?
Surat al Maaidah ayat 8:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat ini ( al-maidah: 8) didahulukannya Al-Qisth dari Al-Adl karna ingin mengingatkan perjanjian dengan Allah dan rosul.
pentingnya melakasanakan secara sempurna seluruh perjanjian itulah kandungan qowwamun. Dan sesungguhnya Adil itu adalah wujud dari takwa, yang membawakan dampak yang harmonis dalam kehidupan jika kita menjalankannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat ini ( al-maidah: 8) didahulukannya Al-Qisth dari Al-Adl karna ingin mengingatkan perjanjian dengan Allah dan rosul.
pentingnya melakasanakan secara sempurna seluruh perjanjian itulah kandungan qowwamun. Dan sesungguhnya Adil itu adalah wujud dari takwa, yang membawakan dampak yang harmonis dalam kehidupan jika kita menjalankannya.
Perbedaan Al Adlu dan Al Qisth ?
Ada dua kalimat yang berarti agak mirip (sinonim), Al Qisth dan Al Adl, yang mana keduanya mempunyai arti yang sama, yaitu Adil, namun esensi dari pemakaiannya dalam al Qur’an terasa berbeda antara dua kalimat tersebut,
Lantas apa yang membedakan Al-qisth dengan Al 'adl? Imam Ghazali saat menerangkan sifat Allah al Muqsith (dalam bukunya Asma' al Husna), mengatakan bahwa al Muqsith adalah yang memenangkan atau membela yang teraniaya dari yang menganiaya dengan menjadikan yang teraniaya dan menganiaya sama-sama rela, sama-sama puas dan senang dengan hasil yang diperoleh. Jika demikian,
Al-Qisth tidak hanya sekedar adil, karena ada keadilan yang tidak menyenangkan salah satu pihak, misalnya apa yang kita lihat di pengadilan, yang teraniaya mendapat keadilan dengan dijatuhkannya sangsi terhadap orang yang menganiaya, sedangkan yang menganiaya mendapat sesusahan (karena dipenjara misalnya).
Ada dua kalimat yang berarti agak mirip (sinonim), Al Qisth dan Al Adl, yang mana keduanya mempunyai arti yang sama, yaitu Adil, namun esensi dari pemakaiannya dalam al Qur’an terasa berbeda antara dua kalimat tersebut,
Lantas apa yang membedakan Al-qisth dengan Al 'adl? Imam Ghazali saat menerangkan sifat Allah al Muqsith (dalam bukunya Asma' al Husna), mengatakan bahwa al Muqsith adalah yang memenangkan atau membela yang teraniaya dari yang menganiaya dengan menjadikan yang teraniaya dan menganiaya sama-sama rela, sama-sama puas dan senang dengan hasil yang diperoleh. Jika demikian,
Al-Qisth tidak hanya sekedar adil, karena ada keadilan yang tidak menyenangkan salah satu pihak, misalnya apa yang kita lihat di pengadilan, yang teraniaya mendapat keadilan dengan dijatuhkannya sangsi terhadap orang yang menganiaya, sedangkan yang menganiaya mendapat sesusahan (karena dipenjara misalnya).
Pesan
Berbuat Adil ?
SURAT AL-BAQARAH
2:143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
S U R A T A L - I M R O N
3:18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
S U R A T A N - N I S A '
4:3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.
S U R A T A L - M A A I D A H
5:8. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
S U R A T A L - A N ' A A M
6:152. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia
adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu ingat,
S U R A T A L - A ' R A F
7:29. Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan".
Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap salat dan
sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia
telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali
kepada-Nya)".
S U R A T Y U N U S
10:47. Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul
mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka
(sedikit pun) tidak dianiaya.
S U R A T A S Y - S Y U U R A
42:15. Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka
dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan
aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami
dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak
ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nya lah kembali (kita)"
S U R A T A L - H U J U R A T
49:9. Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah
satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah),
maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
S U R A T A L - M U M T A H A N A H
60:8. Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada
emerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
S U R A T A T - T I I N
95:8. Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Muhammad Musthafa, Tafsir al-Maraghi, Beirut: Daar al-Fikr, t.th
Al-Thabary, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir, Tafsir al-Thabary, Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1992.
Tengku Muhammad Ah Shiddieqy, Al Bayan, Tafsir Penjelas Al Qur’an Karim, Juz 15, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, Jilid 4, 2002
Shihab, Muhammad Quraisyi, Tafsir Al-Misbah, Volume 3, Lentera Hati, 2002
Shihab, Muhammad Quraisyi, Wawasan al-Qur’an (tafsir maudhu’i atas berbagai persoalan umat), Bandung: Mizan, t.th
1.http://winaseparigayo.blogspot.com
Jakarta 27/5/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar