JAWABAN IMAM AHMAD BIN
HAMBAL ?
Keutamaan Imam Ahmad
bin Hambal
Guru beliau,
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Aku keluar dari ‘Iraq. Dan tidaklah
aku tinggalkan di kota tersebut seseorang yang paling utama, paling berilmu, paling wara’ dan paling bertakwa daripada
Ahmad bin Hanbal.”
Al-Imam
Abdurrazzaq Ash-Shan’ani rahimahullah berkata: “Tidaklah aku melihat orang yang
paling pandai dan paling wara’ daripada Ahmad bin Hanbal.”
Yahya bin
Sa’id Al-Qaththan rahimahullah berkata: “Tidaklah ada seorangpun yang datang ke
Baghdad yang lebih aku cintai daripada Ahmad bin Hanbal.”
Karya-karya
tulis beliau rahimahullah sangatlah banyak, diantaranya ada yang berjudul
“Fadhail Shahabah”, “Az-Zuhd”, “Kitab Tafsir”, “An-Nasikh wa Al-Mansukh”,
“At-Tarikh”, “Ahadits Syu’bah”, dan lain-lain. Yang paling terkenal dari
karya-karya beliau adalah “Al-Musnad”. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah
berkata: “Tidak ada satu kitab musnad pun yang sebanding dengan kitab musnad
karya Imam Ahmad dalam hal banyaknya jumlah hadits yang ada di dalamnya dan
juga dalam hal bagusnya sistematika penyusunan.”
Sakit dan Wafatnya
Sesudah
al-Watsiq wafat, al-Mutawakkil naik menggantikannya. Selama dua tahun masa
pemerintahannya, ujian tentang kemakhlukan Alquran masih dilangsungkan.
Kemudian pada tahun 234, dia menghentikan ujian tersebut. Dia mengumumkan ke
seluruh wilayah kerajaannya larangan atas pendapat tentang kemakhlukan Alquran
dan ancaman hukuman mati bagi yang melibatkan diri dalam hal itu. Dia juga
memerintahkan kepada para ahli hadits untuk menyampaikan hadits-hadits tentang
sifat-sifat Allah. Maka demikianlah, orang-orang pun bergembira pun dengan
adanya pengumuman itu. Mereka memuji-muji khalifah atas keputusannya itu dan
melupakan kejelekan-kejelekannya. Di mana-mana terdengar doa untuknya dan
namanya disebut-sebut bersama nama Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, dan Umar
bin Abdul Aziz.
Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 241, beliau menghadap kepada Rabbnya menjemput ajal yang telah ditentukan kepadanya. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau. Beliau pernah berkata ketika masih sehat, “Katakan kepada ahlu bid’ah bahwa perbedaan antara kami dan kalian adalah (tampak pada) hari kematian kami.”
Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 241, beliau menghadap kepada Rabbnya menjemput ajal yang telah ditentukan kepadanya. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau. Beliau pernah berkata ketika masih sehat, “Katakan kepada ahlu bid’ah bahwa perbedaan antara kami dan kalian adalah (tampak pada) hari kematian kami.”
Amalan yang paling utama ?
Ada
seseorang yang bertanya kepada Imam Ahmad rahimahullah:
“Beritakan
kepada kami amalan apakah yang paling utama?”
Beliau
menjawab: “Menuntut ilmu.”
Dia bertanya
kembali: “Bagi siapa?”
Beliau
menjawab: “Bagi orang yang benar
niatnya.”
Dia bertanya
kembali: “Apa saja yang bisa membenarkan niat itu?”
Beliau
menjawab: “Dengan meniatkan dirinya agar
bisa bertawadhu’ dan menghilangkan kebodohan darinya.”
Kewajiban Menuntut Ilmu ?
“Setiap
orang wajib menuntut ilmu yang menjadikan agamanya tegak dengannya.”
Ditanyakan
kepada beliau, “Seperti apa halnya?”
Beliau
rahimahullah menjawab, “Yang ia tidak
boleh bodoh (tidak berilmu) tentang sholat, puasa, dan lainnya.”
Kemuliaan hati ?
Sesungguhnya
setiap sesuatu memiliki kemuliaan,
dan kemuliaan hati adalah ridha kepada
Allah Subhanallahu wa Ta’ala .
Mengingat Mati ?
Bahwasanya
Imam Ahmad jika disebutkan tentang kematian maka beliau menangis tersedu-sedu. Dan beliau berkata: “Rasa takut telah
menghalangiku untuk menyantap makanan dan minuman.”
Anjuran untuk berusaha ?
Ada
seseorang yang bertanya kepada Imam Ahmad:
“Bagaimana
pendapatmu tentang seseorang yang duduk di rumahnya atau di masjidnya kemudian
berkata: “Aku tidak akan bekerja apapun sampai rizki itu yang datang sendiri
kepadaku.”
Beliau
berkata: “Ini adalah seorang laki-laki yang tidak mengetahui ilmu. Tidakkah dia
mendengar ucapan Rasulullah: ‘dijadikan
rizki-ku di bawah naungan tombakku.’ Dan hadits yang lainnya tentang seekor
burung yang di pagi hari dalam keadaan lapar kemudian pergi untuk mencari
makan. Allah berfirman: “Dan orang-orang
yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah (rizki).”
[Al-Muzammil: 20]
Zuhud ?
Zuhud di
dunia adalah: pendek angan-angan dan
berputus asa (tidak mengharapkan) dari apa yang ada di tangan manusia.
Kemuliaan sahabat Rasulullah ?
Jika engkau
melihat seseorang menyebutkan tentang salah seorang dari sahabat rasulullah
dengan kejelekan maka ragukanlah
keislamannya.
Merasakan
kesenangan
Ada seseorang
bertanya kepada beliau: “Kapan seorang hamba akan merasakan kesenangan?”
Beliau
menjawab: “Dia akan merasakan kesenangan tatkala mulai memasuki Al-Jannah
(surga).”
Manusia pada hari kiamat ?
Sesungguhnya
Allah membangkitkan para hamba pada hari kiamat atas 3 keadaan:
1.Orang baik yang tidak ada jalan
untuk menyalahkannya. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Tidak
ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.”
[At-Taubah: 91]
2. Orang yang kafir mereka berada dalam An-Naar (neraka), Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Dan orang-orang yang kafir, mereka berada di dalam Jahannam.” [Fathir: 36]
3. Orang yang berdosa (dibawah dosa syrik), maka perkaranya diserahkan kepada Allah. Jika Allah berkehendak, maka ia akan diadzab, dan jika Allah berkehendak, ia akan diampuni. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni semua dosa yang dibawah dosa syirik bagi siapa yang dikehendakinya.” [An-Nisaa: 48 dan 116]
2. Orang yang kafir mereka berada dalam An-Naar (neraka), Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Dan orang-orang yang kafir, mereka berada di dalam Jahannam.” [Fathir: 36]
3. Orang yang berdosa (dibawah dosa syrik), maka perkaranya diserahkan kepada Allah. Jika Allah berkehendak, maka ia akan diadzab, dan jika Allah berkehendak, ia akan diampuni. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni semua dosa yang dibawah dosa syirik bagi siapa yang dikehendakinya.” [An-Nisaa: 48 dan 116]
Sumber: 1.http://www.darussalaf.or.id
2.http://nasehat-generasi-terbaik.blogspot.com
Jakarta 21/5/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar