MENGENAL AQIDAH ASWAJA ?
“Iman
adalah engkau mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir serta Qadar (ketentuan Allah); yang baik maupun
buruk”.(H.R. al Bukhari dan Muslim)
“…dan
sesungguhnya ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 diantaranya di
neraka dan hanya satu yang di surga yaitu al-Jama’ah”. (H.R. Abu Dawud)
“Aku
berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-sahabatku, kemudian –mengikuti–
orang-orang yang datang setelah mereka, kemudian mengikuti yang dating setelah
mereka“. Dan termasuk rangkaian hadits ini: “Tetaplah
bersama al-Jama’ah dan
jauhi perpecahan karena syaitan akan menyertai orang yang sendiri. Dia
(syaitan) dari dua orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat
lapang di surga hendaklah ia berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”. (H.R. at-Turmudzi, ia berkata hadits ini Hasan
Shahih juga
hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim).
Muqaddimah
Al-Hafizh Murtadla az-Zabidi (W. 1205
H) mengatakan:
“Jika dikatakan Ahlussunnah wal
Jama’ah, maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah “.
(al-Ithaf, juz 2 hlm 6)
Sejarah mencatat bahwa di kalangan
umat Islam dari mulai abad-abad permulaan (mulai dari masa khalifah sayyidina
Ali ibn Abi Thalib) sampai sekarang terdapat banyak firqah (golongan) dalam
masalah aqidah yang faham satu dengan lainnya sangat berbeda bahkan saling
bertentangan. Ini fakta yang tak dapat dibantah. Bahkan dengan tegas dan
gamblang Rasulullah telah menjelaskan bahwa umatnya akan pecah menjadi 73
golongan. Semua ini tentunya dengan kehendak Allah dengan berbagai hikmah
tersendiri, walaupun tidak kita ketahui secara pasti. Dia-lah yang Maha
Mengetahui segala sesuatu. Namun Rasulullah juga telah menjelaskan jalan
selamat yang harus kita
Pada masa ulama salaf ini, di sekitar
tahun 260 H, mulai menyebar bid’ah Mu’tazilah, Khawarij, Musyabbihah dan
lainnya dari kelompok-kelompok yang membuat faham baru. Kemudian dua imam
agung; Abu al-Hasan al-Asy’ari (W. 324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi (W. 333
H) –semoga Allah meridlai keduanya– dating dengan menjelaskan aqidah Ahlussunnah
Wal Jama’ah yang diyakini para sahabat nabi dan orang-orang yang mengikuti
mereka, dengan mengemukakan dalil-dalil naqli (nash-nash al-Quran dan Hadits)
dan dalil-dalil aqli (argumen rasional) disertai dengan bantahan-bantahan
terhadap syubhat-syubhat (sesuatu yang dilontarkan untuk mengaburkan hal yang
sebenarnya) Mu’tazilah, Musyabbihah, Khawarij tersebut di atas dan ahli bid’ah
lainnya. Sehingga Ahlussunnah dinisbatkan kepada keduanya. Mereka; Ahlussunnah
Wal Jamaah akhirnya dikenal dengan nama al-Asy’ariyyun (para pengikut imam Abu
al-Hasan Asy’ari) dan al-Maturidiyyun (para pengikut imam Abu Manshur
al-Maturidi). Hal ini tidak menafikan bahwa mereka adalah satu golongan yaitu
al-Jama’ah. Karena sebenarnya jalan yang ditempuh oleh al-Asy’ari dan al-Maturidi
dalam pokok aqidah adalah sama dan satu.
Jadi aqidah yang benar dan diyakini
oleh para ulama salaf yang shalih adalah aqidah yang diyakini oleh
al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah. Karena sebenarnya keduanya hanyalah
meringkas dan menjelaskan aqidah yang diyakini oleh para nabi dan rasul serta
para sahabat. Aqidah Ahlusssunnah adalah aqidah yang diyakini oleh ratusan juta
umat Islam, mereka adalah para pengikut madzhab Syafi’i, Maliki,Hanafi, serta
orang-orang yang utama dari madzhab Hanbali (Fudhala’ al-Hanabilah). Aqidah ini
diajarkan di pesantren-pesantren Ahlussunnah di negara kita, Indonesia. Dan
al-Hamdulillah, aqidah ini juga diyakini oleh ratusan juta kaum muslimin di
seluruh dunia seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India, Pakistan, Mesir
(terutama al-Azhar), negara-negara Syam (Syiria, Yordania, Lebanon dan
Palestina), Maroko, Yaman, Irak, Turki, Daghistan, Checnya, Afghanistan dan
masih banyak lagi di negara-negara lainnya. Maka wajib bagi kita untuk
senantiasa penuh perhatian dan keseriusan dalam mendalami aqidah al- Firqah
al-Najiyah yang merupakan aqidah golongan mayoritas.
Dasar Ilmu Kalam ?
Dasar-dasar ilmu kalam ini telah ada
di kalangan para sahabat. Di antaranya, sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib dengan
argumentasinya yang kuat dapat mengalahkan golongan Khawarij, Mu’tazilah juga
dapat membantah empat puluh orang yahudi yang meyakini bahwa Allah adalah jism
(benda). Demikian pula sahabat ‘Abdullah ibn Abbas, al-Hasan ibn ‘Ali ibn Abi
Thalib dan ‘Abdullah ibn Umar juga membantah kaum Mu’tazilah. Sementara dari
kalangan tabi’in; imam al-Hasan al-Bashri, imam al-Hasan ibn Muhamad ibn
al-Hanafiyyah; cucu sayyidina Ali ibn Abi Thalib dan khalifah Umar ibn Abdul
Aziz juga pernah membantah kaum Mu’tazilah. Kemudian juga para imam dari empat
madzhab; imam Syafi’i, imam Malik, imam Abu Hanifah, dan imam Ahmad juga
menekuni dan menguasai ilmu kalam ini. Sebagaimana dituturkan oleh al-Imam Abu
Manshur al-Baghdadi (W 429 H) dalam kitab Ushul ad-Din, al-Hafizh Abu al-Qasim
ibn ‘Asakir (W 571 H) dalam kitabTabyin Kadzib al Muftari, al-Imam az-Zarkasyi
(W 794 H) dalam kitab Tasynif al- Masami’ dan al ‘Allamah al Bayyadli (W 1098
H) dalam kitab Isyarat al-Maram dan lain-lain.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah
?
Bisa difahami bahwa definisi Ahlussunnah
wa Al jamaah ada dua bagian yaitu: definisi secara umum dan definisi secara
khusus .
* Definisi Aswaja Secara umum adalah : satu kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Dan Thoriqoh para shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik ( fiqih) dan hakikat ( Tasawwuf dan Akhlaq ) .
* Sedangkan definisi Aswaja secara khusus adalah : Golongan yang mempunyai I’tikad / keyakinan yang searah dengan keyakinan jamaah Asya’iroh dan Maturidiyah.
* Definisi Aswaja Secara umum adalah : satu kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi SAW. Dan Thoriqoh para shabatnya dalam hal aqidah, amaliyah fisik ( fiqih) dan hakikat ( Tasawwuf dan Akhlaq ) .
* Sedangkan definisi Aswaja secara khusus adalah : Golongan yang mempunyai I’tikad / keyakinan yang searah dengan keyakinan jamaah Asya’iroh dan Maturidiyah.
Kalimat Sunnah secara etimologi
adalah Thoriqoh ( jalan ) meskipun tidak mendapatkan ridlo. Sedangan pengertian
Sunnah secara terminlogi yaitu nama suatu jalan yang mendapakan ridlo yang
telah ditempuh oleh Rasulullah SAW, para khulafa’ al Rosyidin dan Salaf Al
Sholihin. Seperti yang telah disabdakan oleh Nabi :
عَلَيكُمْ بِسُنَّتيِ وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي
Ikutilah tindakanku dan tindakan para khlafaurrosyidin setelah wafatku.
عَلَيكُمْ بِسُنَّتيِ وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي
Ikutilah tindakanku dan tindakan para khlafaurrosyidin setelah wafatku.
Kitab2 Ahlus Sunnah wal
Jama’ah ?
Karena itu, sangat banyak ulama yang
menulis kitab-kitab khusus mengenai penjelasan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah
ini. Seperti Risalah al-‘Aqidah ath- Thahawiyyah karya al-Imam as-Salafi Abu
Ja’far ath-Thahawi (W 321 H), kitab al‘Aqidah an-Nasafiyyah karangan al Imam
‘Umar an-Nasafi (W 537 H), al-‘Aqidah al-Mursyidah karangan al-Imam Fakhr
ad-Din ibn ‘Asakir (W 630 H), al ‘Aqidah ash-Shalahiyyah yang ditulis oleh
al-Imam Muhammad ibn Hibatillah al-Makki (W 599H); beliau menamakannya Hadaiq
al-Fushul wa Jawahir al Uqul, kemudianmenghadiahkan karyanya ini kepada sultan
Shalahuddin al-Ayyubi (W 589 H).Tentang risalah aqidah yang terakhir
disebutkan, sultan Shalahuddin sangat tertarik dengannya hingga beliau
memerintahkan untuk diajarkan sampai kepada anakanak kecil di
madrasah-madrasah, yang akhirnya risalah aqidah tersebut dikenal
dengan nama al ‘Aqidah
ash-Shalahiyyah. Sulthan Shalahuddin adalah seorang ‘alim yang bermadzhab
Syafi’i, mempunyai perhatian khusus dalam menyebarkan al ‘Aqidah as-Sunniyyah.
Beliau memerintahkan para muadzdzin untuk mengumandangkan al ‘Aqidah
as-Sunniyyah di waktu tasbih (sebelum adzan shubuh) pada setiap malam di Mesir,
seluruh negara Syam (Syiria, Yordania, Palestina dan Lebanon), Mekkah, Madinah,
dan Yaman sebagaimana dikemukakan oleh al Hafizh as-Suyuthi (W 911 H) dalam al
Wasa-il ila Musamarah al Awa-il dan lainnya. Sebagaimana banyak terdapat
buku-buku yang telah dikarang dalam menjelaskan al ‘Aqidah as-Sunniyyah dan
senantiasa penulisan itu terus berlangsung.
Kelompok Aswaja ?
Secara garis besar, kelompok Aswaja dibagi menjadi tiga kelompok besar.
Yaitu al-Atsariyyah, al-‘Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah. Imam al-Safarini
mengatakan bahwa pemimpin kelompok Al-Atsariyyah ini adalah Imam Ahmad bin
Hambal. Al-‘Asyariyah dipimpin oleh Imam Abu Hasan al-‘Asyari, dan
al-Maturidiyyah imamnya adalah Abu Mansur al-Maturidi (Mafhum Ahlus Sunnah,
hal. 39-40).
Sebagai al-firqah al-Najiyah, Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak stagnan pada
konsep-konsep teologis. Tapi, Ahlus Sunnah secara dinamis berjalan sebagai
ajaran murni yang berkembang sesuai tantangan dan bidang-bidang furu’iyah. Hal
inilah yang menyebabkan Ulama’ Ahlu Sunnah terbagi menjadi beberapa macam
sesuai dengan bidang dan tantangan yang dihadapi. Mereka terbagi dalam beberapa
bidang kajian, di antaranya adalah:
1. Ulama yang menekuni bidang tauhid, nubuwah, hukum-hukum akhirat
(ancaman, pahala dan siksa). Mereka juga menekuni ilmu Kalam yang murni dari
kesesatan.
2. Para ahli fikih dan hadis, di antaranya Imam Maliki, Hambali, Syafi’i,
Hanafi, Imam Auza’I dan Imam Sofyan al-Tsauri.
3. Ulama’ yang menekuni Ilmu sanad hadis dan menimbang antara hadis shahih
dan tidak shahih.
4. Ulama’ yang khusus menekuni bidang gramatika Bahasa Arab dan Sastra
seperti Imam Sibawaih, Khalil bin Ahmad, Abu Umar bin al-‘Ala, Imam Fara’ dan
al-Akhfash.
5. Ulama’ yang ahli ilmu baca al-Qur’an dan tafsirnya, seperti Ibnu Katsir,
Imam Qurtubi, Imam Hafs, Imam Ashim dan lain-lain.
6. Para ahli tasawuf dan mendalami ilmu hati dan akhlak seperti al-Ghazali,
Imam Junaid, Abdul Qadir al-Jailani dan lain-lain.
7. Para ulama’ yang konsen terhadap jihad membela kaum muslimin
Keimanan Aswaja ?
Hal ini berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Para Ulama’nya sepakat
bahwa semua sahabat adalah adil. Mereka selalu mengikuti jalan Rasulullah SAW.
Dalam suatu hadis disebutkan salah satu ciri golongan yang selamat adalah
konsisten mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan sahabatnya. Di antara ciri-ciri
yang lain al-firqah al-najiyah yang disebut al-Baghdadi di antaranya adalah:
1. Mengakui dan mengimani sepenuhnya bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha
Esa tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Mengakui dan mengimani bahwa nabi Muhammad SAW sebagai Nabi-Nya.
3. Mengakui dan mengimani bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah SWT dan bukan
makhluk seperti anggapan muktazilah, orientalis dan Islam Liberal.
4. Mengakui dan mengimani bahwa Al-Qur'an yang benar adalah Mushaf
Utsmaniy, yaitu Al-Qur'an yang ada di tangan umat Islam ini, bukan Al-Qur'an
Fathimah sebagaimana diyakini Syi'ah dan bukan pula Tadzkirah (Al-Qur'an yang
diyakini agama Ahmadiyah).
5. Tidak menambah, mengurangi, merobah atau memalsukan Al-Qur'an atau
membuat Al-Qur'an sendiri.
6. Menerima dan mengakui serta menjadikan hadis Nabi SAW, sebagai landasan
hukum yang kedua setelah Al-Qur'an dan tidak pula mengingkari.
7. Mengimani dan mempercayai bahwa Rukun Islam yang benar ada lima dan
menolak segala bentuk Rukun Islam buatan manusia.
8. Mengimani dan meyakini bahwa Rukun Iman yang benar ada enam dan menolak
segala bentuk Rukun Iman palsu.
9. Mengimani dan meyakini bahwa ibadah Haji umat Islam adalah di Baitullah
(Ka'bah) Makkah al-Mukarramah. Dan menolak segala anggapan yang mengatakan
bahwa tempat Ibadah Haji selain di Makkah adalah di Qum (Teheran Iran), di
Lahore (India) dan tempat-tempat lainnya. Dll.
Sekilas Pembaharuan
Agama ?
Ketika keintelektualan lebih
mengedepankan nafsu serta semangat yang menggebu-gebu dengan dalih memurnikan
agama tanpa disertai dengan pemahaman agama secara benar, maka yang terjadi
justru pembaharuan- pembaharuan yang menyimpang dari ajaran yang telah dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. pada pembahasan ini akan mengetengahkan
pembaharu-pembaharu ( Mujaddid) Islam yang telah melakukan banyak penyimpangan
dari ajaran Islam yang murni.
1. Faham Ibnu Taimiyah
Di akhir masa 600 H, muncullah seorang laki-laki yang jenius yang telah banyak menguasai berbagai jenis disiplin ilmu, dialah Taqiyuddin ahmad bin Abdul Hakim yang dikenal dengan nama Ibnu Taimiyah. Ia dilahirkan di desa Heran, sebuah desa kecil di Palestina. Ia hidup sezaman dengan Imam Nawawi salah satu ulama; terbesar madzhab Syafi'i.
Ia merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter pemberani, yang selalu mencurahkan segala sesuatu untuk madzhabnya, dengan keberanian yang ia miliki, ia telah menemukan hal baru yang sangat tabu dan jauh dari kebenaran, karena yang menjadi dasar pendiriannya ialah mengartikan ayat-ayat dan hadits-hadits nabi Muhammad yang berkaitan dengan sifat-sifat tuhan menurut arti lafadznya yang dlohir, yakni hanya secara harfiyah saja, oleh sebab itu menurut Ibnu Taimiyah " Tuhan itu memiliki muka, tangan, rusuk dan mata, duduk bersila, dating dan pergi, tuhan adalah cahaya langit dan bumi karena katanya semua itu disebut dalam Al Qur'an".
Kontroversi yang ia ucapkan tidak hanya terbatas pada permasalahan ilmu kalam, melainkan juga menyinggung beberapa permasalahan ilmu fiqih :
* Bepergian dengan tujuan ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat hukumnya maksiat
* Talak tiga tidak terjadi ketika diucapkan dengan sekaligus ( hanya jatuh satu )
* Seorang yang bersumpah akan mencerai istrinya , lalu ia melanggar sumpahnya, maka perceraian itu tidak terjadi.
1. Faham Ibnu Taimiyah
Di akhir masa 600 H, muncullah seorang laki-laki yang jenius yang telah banyak menguasai berbagai jenis disiplin ilmu, dialah Taqiyuddin ahmad bin Abdul Hakim yang dikenal dengan nama Ibnu Taimiyah. Ia dilahirkan di desa Heran, sebuah desa kecil di Palestina. Ia hidup sezaman dengan Imam Nawawi salah satu ulama; terbesar madzhab Syafi'i.
Ia merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter pemberani, yang selalu mencurahkan segala sesuatu untuk madzhabnya, dengan keberanian yang ia miliki, ia telah menemukan hal baru yang sangat tabu dan jauh dari kebenaran, karena yang menjadi dasar pendiriannya ialah mengartikan ayat-ayat dan hadits-hadits nabi Muhammad yang berkaitan dengan sifat-sifat tuhan menurut arti lafadznya yang dlohir, yakni hanya secara harfiyah saja, oleh sebab itu menurut Ibnu Taimiyah " Tuhan itu memiliki muka, tangan, rusuk dan mata, duduk bersila, dating dan pergi, tuhan adalah cahaya langit dan bumi karena katanya semua itu disebut dalam Al Qur'an".
Kontroversi yang ia ucapkan tidak hanya terbatas pada permasalahan ilmu kalam, melainkan juga menyinggung beberapa permasalahan ilmu fiqih :
* Bepergian dengan tujuan ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat hukumnya maksiat
* Talak tiga tidak terjadi ketika diucapkan dengan sekaligus ( hanya jatuh satu )
* Seorang yang bersumpah akan mencerai istrinya , lalu ia melanggar sumpahnya, maka perceraian itu tidak terjadi.
2. Faham Wahabi
Pada pertengahan kurun ke 12 muncul seorang yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab yang berdomisili di Najd yang termasuk kawasan Hijaz, ia dilahirkan pada tahun 1111 H, dan meninggal pada tahun 1207 H. pada mulanya ia memperdalam ilmu agama dari ulama'-ulama; ahli sunnah di makkah dan madinah termasuk diantaranya adalah syaih Muhammad Sulaiman Al Kurdi dan syaih Muhammad Hayyan Assindi, diantara guru yang pernah mengajarkan ilmu kepadanya, jauh sebelum ia membuat pergerakan telah berfirasat kalau disuatu hari nanti ia tergolong orang yang sesat dan menyesatkan, itupun akhirnya menjadi kenyataan, firasat ini juga dirasakan oleh ayah dan saudaranya ( Syeh Sulaiman ).
Pada pertengahan kurun ke 12 muncul seorang yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab yang berdomisili di Najd yang termasuk kawasan Hijaz, ia dilahirkan pada tahun 1111 H, dan meninggal pada tahun 1207 H. pada mulanya ia memperdalam ilmu agama dari ulama'-ulama; ahli sunnah di makkah dan madinah termasuk diantaranya adalah syaih Muhammad Sulaiman Al Kurdi dan syaih Muhammad Hayyan Assindi, diantara guru yang pernah mengajarkan ilmu kepadanya, jauh sebelum ia membuat pergerakan telah berfirasat kalau disuatu hari nanti ia tergolong orang yang sesat dan menyesatkan, itupun akhirnya menjadi kenyataan, firasat ini juga dirasakan oleh ayah dan saudaranya ( Syeh Sulaiman ).
Poin-poin dasar faham
wahabiyah ?
1. Allah adalah suatu jisim yang memiliki wajah, tangan dan menempat sebagaimana mahluq juga sesekali naik dan turun ke bumi.
2. Mengedapankan dalil Naqli daripada dalil aqli serta tidak memberikan ruang sedikitpun pada akal dalam hal-hal yang berkenaan dengan agama ( keyakinan)
3. Mengingkari Ijma' ( Konsensus )
4. Menolak Qiyas ( Analogi )
5. Tidak memperbolehkan Taqlid kepada Ulama' Mujtahidin dan mengkufurkan kepada siapapun yang taqlid kepada mereka
6. Mengkufurkan kepada ummat Islam yang tidak sefaham dengan ajarannya
7. Melarang keras bertawassul kepada Allah melalui perantara para Naabi, Auliya' dan orang- orang sholeh
8. Memvonis kafir kepada orang yang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah
9. menghukumi kafir kepada siapa saja yang bernadzar untuk selain Allah.
10. Menghukumi kafir kepada secara muthlak kepada siapapun yang menyembelih disisi makam para nabi atau orang-orang Sholeh.
1. Allah adalah suatu jisim yang memiliki wajah, tangan dan menempat sebagaimana mahluq juga sesekali naik dan turun ke bumi.
2. Mengedapankan dalil Naqli daripada dalil aqli serta tidak memberikan ruang sedikitpun pada akal dalam hal-hal yang berkenaan dengan agama ( keyakinan)
3. Mengingkari Ijma' ( Konsensus )
4. Menolak Qiyas ( Analogi )
5. Tidak memperbolehkan Taqlid kepada Ulama' Mujtahidin dan mengkufurkan kepada siapapun yang taqlid kepada mereka
6. Mengkufurkan kepada ummat Islam yang tidak sefaham dengan ajarannya
7. Melarang keras bertawassul kepada Allah melalui perantara para Naabi, Auliya' dan orang- orang sholeh
8. Memvonis kafir kepada orang yang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah
9. menghukumi kafir kepada siapa saja yang bernadzar untuk selain Allah.
10. Menghukumi kafir kepada secara muthlak kepada siapapun yang menyembelih disisi makam para nabi atau orang-orang Sholeh.
Sumber:1.http://markasaswaja.blogspot.com
2.https://salafytobat.wordpress.com
3.http://jaibnajhan.blogspot.com
JAKARTA 20/5/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar