NASEHAT : Untaian Mutiara-Mutiara
Warisan SALAFUSH SHOLEH
بسم الله الرحمن الرحيم
Rosululloh -shollallohu ‘alaihi
wasallam-, Umar bin Khaththab –Rodhiyallohu ‘Anhu-, Abu Darda’ –Rodhiyallohu
‘Anhu-, Muadz bin Jabal –Rodhiyallohu
‘Anhu-, Abdulloh Ibnu Mas’ud –Rodhiyallohu ‘Anhu-, Al Hasan Al Bashri
-rohimahullohu-, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rohimahullohu-, Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahullohu-, Al Imam Ibnu Qoyyim -rohimahullohu- , Al Imam
Ibnul Mubarok -rohimahullohu- , Al Imam Asy Syafi’iy -rohimahullohu-, Ahmad bin Harb bin Fairuz An Naisaburiy
-rohimahullohu-, Imam Sufyan Ats-Tsaury -rohimahullohu-.
Semoga dapat menambah keteguhan kita
dalam menapaki dan mengikuti jejak sebaik-baik generasi manusia yang pernah ada
di permukaan bumi Alloh ‘Azza Wa Jalla yang sekarang kita hidup diatasnya, di
zaman penuh fitnah dunia dan jauhnya ummat islam dari ‘ilmu yang bersumber dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Sholih.
Barokalloohufiikum….
KEBAIKAN ADALAH DENGAN MENGIKUTI 3
GENERASI TERBAIK
Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم bersabda
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah
generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian
generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)
Imam Malik -rahimahulloh- telah
berkata :
كُلُّ خَيْرٍ فِي إتِباَعِ مَنْ سَلَف وَ كُلُّ شَرٍّ فِي إبْتِداَعِ مَنْ خَلَفِ
“Setiap kebaikan adalah apa-apa yang
mengikuti para pendahulu (salafus sholih), dan setiap kejelekan adalah apa-apa
yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)” dan “Tidak akan baik akhir dari umat
ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi
pertama”.
MENJAGA AGAMA
Al Hasan Al Bashri -rahimahulloh-
berkata:
”Wahai anak Adam, jaga agamamu, jaga
agamamu, karena hanya agama itulah daging dan darahmu. Kalau engkau selamat,
maka alangkah tentramnya dan alangkah nikmatnya. Tapi jika yang terjadi adalah
selain itu, maka -kita berlindung kepada Alloh- dia itu hanyalah api yang tidak
padam, batu yang tidak dingin dan jiwa yang tidak mati” (riwayat Al Firyabi
-rahimahulloh- di “Shifatun Nifaq”/no. 49/dishahihkan Syaikh Abdurraqib Al Ibbi
-hafidhahulloh-)
MANUSIA YANG PALING BERBAHAGIA
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
-rohimahullohu- berkata:
فأسعد الخلق وأعظمهم نعيما وأعلاهم درجة أعظمهم اتباعا وموافقة له علما وعملا اهـ.
“Maka makhluq yang paling beruntung,
paling agung kenikmatannya dan paling tinggi derajatnya adalah makhluq yang
paling besar mutaba’ahnya (sikap ikutnya) dan kesesuaiannya dengan beliau
(Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wasallam-) baik secara ilmu maupun amalan.”
(“Majmu’ul Fatawa”/4/hal. 26).
TIGA PERKARA
Abu Darda’ Rodhiyallohu ‘Anhu
mengatakan:
“Tiga perkara yang aku cintai
sementara manusia membencinya; kemiskinan, sakit dan kematian. Aku mencintai
kemiskinan karena (menimbulkan)
rasatawadhu’ kepada Robb-ku, aku mencintai kematian karenan kerinduan kepada
Robb-ku, aku mencintai sakit karena (merupakan) penghapus
kesalahan-kesalahanku”. [Siyar A’lamin Nubala’ biographi Abu Darda’]
HATI HATI TERHADAP AHLUL BID’AH
Ucapan Al Imam Ibnu Baththoh
-rohimahullohu-
Setelah menyebutkan hadits syubuhat
Dajjal, berkatalah Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahullohu-:
هذا قول الرسول صلى الله عليه وسلم، وهو الصادق المصدوق، فالله الله معشر المسلمين، لا يحملن أحدا منكم حسن ظنه بنفسه، وما عهده من معرفته بصحة مذهبه على المخاطرة بدينه في مجالسة بعض أهل هذه الأهواء، فيقول: (أداخله لأناظره، أو لأستخرج منه مذهبه)، فإنهم أشد فتنة من الدجال، وكلامهم ألصق من الجرب، وأحرق للقلوب من اللهب، ولقد رأيت جماعة من الناس كانوا يلعنونهم، ويسبونهم، فجالسوهم على سبيل الإنكار، والردّ عليهم ، فما زالت بهم المباسطة وخفي المكر، ودقيق الكفر حتى صبوا إليهم اهـ.
“Ini adalah ucapan Rosul -shollallohu
‘alaihi wasallam-, dan beliau itu orang yang jujur dan dibenarkan. Maka
bertaqwalah pada Alloh wahai Muslimun, jangan sampai rasa baik sangka pada diri
sendiri dan juga ilmu yang dimiliki tentang bagusnya madzhab dirinya membawa
salah seorang dari kalian untuk melangsungkan perdebatan dengan agamanya di
dalam acara duduk-duduk dengan ahlul ahwa, seraya berkata: “Aku akan masuk ke
tempatnya dan kuajak dia berdebat, atau kukeluarkan dirinya dari madzhabnya.”
Mereka itu sungguh lebih dahsyat fitnahnya daripada Dajjal, ucapan mereka lebih
lengket daripada kurap, dan lebih membakar daripada gejolak api.
Sungguh aku telah melihat sekelompok
orang yang dulunya mereka itu melaknati ahlul ahwa dan mencaci mereka. Lalu
mereka duduk-duduk dengan mereka tadi dalam rangka mengingkari dan membantah
mereka.
Tapi mereka terus-terusan di dalam
obrolan, dan makar musuh tersamarkan dari mereka, dan kekufuran yang lembut
tersembunyi dari mereka, hingga akhirnya mereka pindah ke madzhab ahlul ahwa
tadi.” (“Al Ibanatul Kubro”/dibawah no. (480)).
BERSEGERA RUJUK (Bertaubat ;red) BILA
DIINGATKAN KEPADA AL- HAQ
Umar bin Khaththab Radhiallaahu’anhu
berkata dalam suratnya yang terkenal :
ومراجعة الحق خير من التمادى فى الباطل
“Dan rujuk kepada kebenaran itu lebih
baik daripada berlama lama di dalam kebathilan.” (HR.Al Baihaqy (20324), Ibnu
Asakir 32/hal.70 dan yang lainnya).
Al Imam Ibnu Qoyyim rohimahullah
berkata:
“Ini adalah kitab (surat) yang agung
yang telah di terima oleh Ummat.” (“I’lamul Muwaqqi’in” (1/hal. 110)
Syaikhuna Yahya Al-HAjury
-Hafidhahullah- berkata :
“Para ulama bersepakat untuk menerima
surat “umar ini”
AKHERAT AKHIRNYA DIJUAL
Nasihat Al Imam Ibnul Mubarok
Rohimahulloh kepada Ibnu Ulayyah rohimahulloh:
يا جاعل العلم له بازيا *
يصطاد أموال المساكين احتلت للدنيا ولذاتها *
بحيلة تذهب بالدين فصرت مجنونا بها بعدما *
كنت دواء للمجانين أين رواياتك فيما مضى *
عن ابن عون وابن سيرين ودرسك العلم بآثاره *
في ترك (1) أبواب السلاطين تقول: أكرهت، فماذا كذا *
زل حمار العلم في الطين (2) لا تبع الدين بالدنيا كما *
يفعل ضلال الرهابين
“Wahai orang yang menjadikan ilmu
sebagai barang dagangan untuk menjaring harta orang-orang miskin,
diambil demi dunia dan kesenangannya.
Dengan tipu daya engkau menghilangkan
agama,
lalu engkau menjadi orang yang gila
setelah dulunya engkau adalah obat bagi orang-orang gila.
Di manakah riwayat-riwayatmu yang
lampau dari Ibnu ‘Aun dan Ibnu Sirin.
Dan manakah ilmu yang kamu pelajari
dengan atsar-atsarnya yang berisi anjuran untuk meninggalkan pintu-pintu
penguasa? Kamu berkata: “Aku terpaksa.” Lalu apa?
Demikianlah keledai ilmu tergelincir
di tanah liat yang basah.
Janganlah kamu jual agama dengan
dunia sebagaimana perbuatan para rahib yang sesat.”
(“Siyar A’lamin Nubala”/9/110).
“Ridho manusia itu adalah puncak yang
tak bisa digapai “
Al Imam Asy Syafi’iy berkata kepada
Yunus bin Abdil A’la رحمهما الله :
“Ridho manusia itu adalah puncak yang
tak bisa digapai. Dan tiada jalan untuk selamat dari mereka. Maka engkau harus
memegang apa yang bermanfaat bagimu, lalu tekunilah dia.” (“Siyaru A’lamin
Nubala”/10/hal. 89/Biografi Al Imam Asy Syafi’iy/Ar Risalah).
Ahmad bin Harb bin Fairuz An
Naisaburiy رحمه الله berkata:
“Aku beribadah kepada Alloh selama
limapuluh tahun, maka aku tidak mendapatkan kemanisan ibadah hingga aku meninggalkan
tiga perkara:
1. Aku meninggalkan keridhoan manusia
hingga akupun sanggup untuk berbicara dengan kebenaran.
2. Dan aku meninggalkan persahabatan
dengan orang-orang fasiq hingga akupun mendapatkan persahabatan dengan
orang-orang sholih.
SIAP MENJADI GOLONGAN ALLAH DAN
RASULNYA
BERKATA IBNUL QOYYIM -RAHIMAHULLAH-
ولا تستصعب مخالفة الناس و التحيز الى
الله ورسوله ولو كنت وحدك فان الله
معك
وانت بعينه و كلاءته و حفظه لك و انما امتحن يغقينك و صبرك واعظم الاعوان
لك على هذا بعد عونن الله التجرد من
الطمع و الفزع
فمتى تجردت منهما هان عليك التحيز الى الله و رسوله و كنت داءما في اللجانب الذى فيه الله ورسوله
“Dan janganlah engkau merasa berat
untuk menyelisihi manusia dan menggabungkan diri pada golongan Allah dan
RasulNya, meskipun engkau sendirian, karena sesungguhnya Allah bersamamu dengan
pengawasan, pemeliharaan dan penjagaannya untukmu. Dan hanyalah Allah itu
menguji keyakinan dan kesabaranmu. Dan penolong terbesar bagimu untuk itu –
setelah pertolongan Allah- adalah melepaskan diri dari sifat tamak (rakus
dunia) dan ketakutan. Maka kapan saja engkau bisa lepas dari keduanya, akan
ringan bagimu untuk menggabungkan diri kepada golongan Allah dan Rasul- Nya,
dan engkau senantiasa berada pada sisi yang disitulah Allah dan Rasul-Nya.” (Al
fawa’id ” 1/hal.116)
“AKIBAT MENGIKUTI NAFSU”
أرأيت من اتخذ إلهه هواه أفأنت تكون عليه وكيلا
أم تحسب أن أكثرهم يسمعون أو يعقلون إن هم إلا كالأنعام بل هم أضل سبيلا الفرقان 43-44
” Terangkanlah kepadaku tentang orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
sesembahannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka
itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu). ”
(QS. Al-Furqan 43-44)
“Dasar permusuhan, kejahatan dan
kedengkian yang muncul dikalangan manusia ialah karena mengikuti nafsu. Siapa
yang menentang nafsunya berarti membuat hati dan badannya menjadi tentram dan
sehat.
Abu Bakar Al Warraq berkata : “Jika
nafsu yang menang, maka hati menjadi gelap. Jika hati menjadi gelap, maka dada
terasa sesak. Jika dada menjadi sesak, maka akhlaq menjadi buruk. Jika akhlaq
menjadi buruk, maka ia membenci orang lain, dan orang lainpun membencinya. Maka
perhatikanlah apa yang diakibatkan nafsu, seperti kebencian, kejahaan,
permusuhan, mengabaikan hak orang lain dan sebagainya.”
“Harus mengetahui bahwa nafsu
tidaklah mencampuri sesuatu melainkan ia
merusaknya. Jika nafsu mencampuri ilmu, maka ia mengeluarkannya kebid’ah dan
kesesatan, pelakunya menjadi kelompok orang yang mengikuti nafsu. Jika nafsu
mencampuri zuhud, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada riya’ dan menyalahi
sunnah. Jika nafsu mencampuri hukum, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada
kedholiman dan menghalangi kebenaran. Jika nafsu mencampuri pembagian, maka
mengeluarkan pembagian itu kepada ketidak adilan dan kebohongan. Jika nafsu
mencampuri ibadah, maka ibadah itu akan keluar dari ketaatan dan taqarub. Jadi,
selagi nafsu mencampuri sesuatu, maka ia akan merusaknya”. (Dari kitab Raudhah Al-Muhibbin wa nuzhah
Al-Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)
MANFAAT AKAL BAGI SEORANG MUKMIN
Muadz bin Jabal Rodhiollaahu’anhu
berkata :
“Andaikata orang yang berakal itu
mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya
dia cenderung masih bisa selamat dari dosa dosa itu. Andaikata
orang yang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore
hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung tidak bisa
mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.
Ada yang bertanya,”Bagaimana hal itu
bisa terjadi?” Muaz bin Jabal Radhiallaahu’anhu menjawab,“Sesungguhnya jika
orang yang berakal itu tergelincir maka dia segera menyadarinya dengan cara
bertaubat dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh
itu ibarat orang yang membangun dan merobohkannya. Karena kebodohan itu terlalu
mudah melakukan apa yang bisa merusak
amal sholehnya”. (Dari kitab Raudhoh Al-Muhibbin wa nuzhan Al Musytaqin , karya
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
TABI’AT BABI
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah
Rahimahullah berkata :
ومن الناس من طبعه طبع خنزير يمر با لطيبات فلا يلوى عليها فاذا قام الانسان عن رجيعه قمه وهكذا كثير من الناس يسمع منك ويرى من المحاسن اضعااف اضعاف الساوى ء فلا يحفظها ولا تناسبه فائذا راى سقطه او كلمة عوراء وجد بغيته وما يناسبها فا
كهته ونقله
“Dan diantara manusia ada yang
tabiatnya tabiat babi. Dia melewati rizki yang baik baik tapi tidak mau
mendekatinya. Jusrtu jika ada orang
bangkit dari kotorannya (selesai buang hajat), didatanginya kotoran tadi dan dimakannya
hingga habis. Demikianlah kebanyakan orang. Mereka mendengar dan melihat darimu
sebagian dari kebaikanmu yang berlipa
lipat daripada kejelekanmu, tapi dia tidak menghapalnya, tidak menukilnya dan
tidak mencocokinya. Tapi jika melihat
ketergelincitan atau ucapan yang cacat,
dapatlah dia apa yang dicarinya dan mencocokinya, lalu dijadikannya sebagai
buah santapan dan penukilan.” (Madarijus Salikin 1/hal 403)
LAKNAT BAGI AHLUL BID’AH PEMBUAT
PERKARA BARU
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu
berkata:
“Siapa saja yang mengatakan sesuatu
dengan hawa nafsunya, yang tidak ada seorang imampun yang mendahuluinya dalam
permasalahan tersebut, baik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun
para sahabat beliau, maka sungguh dia telah mengadakan perkara baru dalam
Islam.
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Barangsiapa yang mengada-ada atau
membuat-buat perkara baru dalam Islam maka baginya laknat Allah Subhanahu wa
Ta’ala, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
menerima infaq dan tebusan apapun darinya’.”
HINDARI MAKAN DAN MENGENAKAN
KOTORAN MANUSIA
Wahai saudaraku,
hendaknya engkau memiliki pekerjaan
dan penghasilan yang halal yang kamu peroleh dengan tanganmu. Hindari memakan
atau mengenakan kotoran-kotoran manusia (maksudnya pemberian manusia -ed).
Karena sesungguhnya orang yang memakan kotoran manusia, permisalannya laksana
orang yang memiliki sebuah kamar di bagian atas, sedangkan yang di bawahnya
bukan miliknya. Ia selalu dalam ketakutan akan terjatuh ke bawah dan takut
kamarnya roboh. Sehingga orang yang memakan kotoran-kotoran manusia akan
berbicara sesuai hawa nafsu. Dan dia merendahkan dirinya di hadapan manusia
karena khawatir mereka akan menghentikan (bantuan) untuknya.
(kitab Mawa’izh Lil Imam Sufyan
Ats-Tsaury, hal. 82-84)
MEMBERIKAN ILMU UNTUK DAPAT BAGIAN
DUNIA
و عن ابن مسعود رضي الله عنه انه قال : (لو ان اهل العلم صانوا العلم ووضعوه عند اهله لسادوا به اهل زمانهم
ولكنهم بذلوه لااهل الدنيا لينالوا به من دنياهم فهانوا عليهم
“Dari Ibnu Mas’ud -rodhiallohu ‘anhu-
sesungguhnya dia telah berkata, “seandainya pemilik ilmu, menjaga ilmu dan
mereka meletakkan ilmu pada ahlinya
(yang memang berkeinginan terhadap ilmu tersebut) sungguh mereka berbahagia
dengan ilmu tersebut pada masa mereka, akan tetapi mereka memberikan ilmu
tersebut kepada ahli dunia, agar mereka mendapatkan dengan ilmu tersebut
bagian dari dunia mereka (ahli dunia ),
maka mereka menjadi hina atas ahli dunia”
JANGAN MAKAN DARI AGAMA
العلماء هم الناس
قول ابن المبارك
وقد سئل من الناس ؟ قال العلماء
قيل فمن الملوك؟ قال الزهاد قيل فمن السلة ؟قال: الذي يئكل بدينه
“PARA ULAMA ADALAH MANUSIA YANG HAKIKI, perkataan Ibnu Al
Mubarok rahimahullah.
Dan sungguh dia telah ditanya, siapa manusia? dia berkata : PARA ULAMA’
, dikatakan siapakah para raja?, dia berkata ORANG ORANG
YANG ZUHUD, dikatakan siapa orang orang
rendahan ? dia berkata ORANG YANG MAKAN
DARI AGAMANYA. (dari kitab AL ILMU
fadhluhu wa syarafuhu, Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
Sumber:https://thibbalummah.wordpress.com
JAKARTA 21/5/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar