AKTUALISASI NILAI-NILAI
AL-QUR’AN ?
1. Surat Al-a’alq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut)
nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.
2. Surat Shod ayat 29:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا ءَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ {29}
Artinya :”ini adalah sebuah kitab
yang kami turunkan kepadamu penuh dengan keberkahan supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.”
3. Surat Al-Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya :”Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)
Muqaddimah
Dalam Al-Qur’an memuat begitu banyak aspek kehidupan manusia. Tak ada
rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan Al-Qur’an yang
hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersurat maupun yang
tersirat, tak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari.
Ketentuan-ketentuan hukum yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist berlaku
secara universal untuk semua waktu, tempat dan tak bisa berubah, karena
memang tak ada yang mampu merubahnya.
Al-Qur’an
sebagai ajaran suci umat Islam, di dalamnya berisi petunjuk menuju ke arah
kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya.
Menanggalkan nilai-nilai yang ada di dalamnya berarti menanti datangnya masa
kehancuran. Sebaliknya kembali kepada Al-Qur’an berarti mendambakan ketenangan
lahir dan bathin, karena ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an berisi kedamaian.
Prof. Dr. K.H.
Ahsin Sakho Muhammad, MA. mengatakan: “Pada intinya adalah memetakan dunia
Islam dewasa ini menghendaki fungsi al-Qur’an dalam menata dunia. Hal itu
dikarenakan beberapa hal di antaranya; Revolusi di Eropa yang menghasilkan
kemajuan-kemajuan teknologi, di Amerika terjadi pengeboman WTC, Seting baru
ajaran Islam yang sesuai dengan kehendak Barat, ajaran liberal untuk memenuhi
tuntutan Barat, kaum muslimin kurang diuntungkan dengan bergaining yang
dilakukan oleh Barat baik dari segi politik, ekonomi maupun soial. Dari segi
politik; adanya konflik Palestina dan Israel, dari segi ekonomi; ekonomi
liberal yang bebas yang tidak menyejahterakan negara-negara berkembang,
orientasi ekonomi lebih pada komersialisme dan kapitalisme, sehingga akibatnya
yang kaya semakin kaya dan yang miskin menjadi lebih miskin.
Dari segi sosial; kebebasan berekspresi yang
berlebihan yang tidak merefleksikan nilai-nilai agama, adat maupun etika
bernegara. Al-Qur’an sebagai kitab hidayah (petunjuk/bimbingan) untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT. I’jaz dalam al-Qur’an sebagai hidayah,
saat ada yang menyerang al-Qur’an maka al-Qur’an tampil menantang untuk membuat
yang semisal al-Qur’an. Al-Qur’an menjadi kitab yang revolusioner yang mampu
merubah masyarakat. Peradaban dunia baru dapat muncul yang memiliki tata nilai
yang bagus, baik dari segi social, ekonomi, politik dan lain sebagainya yang
dapat diraih dari al-Qur’an. Nilai-nilai mulia yang terkandung dalam al-Qur’an
agar diaplikasikan dengan baik oleh masyarakat”.
Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu. (Al-Baqarah : 208)
Syed Qutub
RH berkata [2] : Dalam ayat di atas Allah memanggil orang-orang yang beriman
agar memasuki Islam secara menyeluruh dan pada masa yang sama melarang mereka
mengikuti jejak langkah syaitan. Ini memberi isyarat bahwa jalan terbentang
dihadapan manusia di bumi ini hanya dua jalan saja, iaitu Jalan Islam dan Jalan Syaitan.
Fungsi Al-Qur’an Diturunkan ?
Tujuan utama Al-Quran diturunkan oleh Allah adalah
untuk dijadikan petunjuk. Ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah di dalam
firman-Nya :
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqarah : 185)
Dr. Ahmad Asrar di dalam kitabnya berkata: Ada lima
kewajiban umat Islam terhadap Al-Quran, iaitu :
- ( الإِيْمَانُ بِهِ ) : Beriman kepada Al-Quran
- ( تِلَاوَتُـُهُ ) : Membaca Al-Quran.
- ( الفَهْمُ بِهِ ) : Memahami Al-Quran.
- ( العَمَلُ بِهِ ) : Mengamalkannya.
- ( تَبْلِيْغُهُ إِلَى الآخَرِيْنَ ) : Menyampaikannya kepada orang lain.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran Qalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-‘Alaq: 1-5)
Syeikh Al-Maraghiy berkata [5] : Maksud “Iqra'”
disini ( اِفْعَلْ مَا أُمِرْتَ بِهِ مِنَ القِرَاءَةِ ) : Lakukanlah apa saja yang kamu diperintahkan
dari bacaan itu.
Sebahagian Mufassirin menegaskan bahwa kitab yang
mesti dibaca oleh setiap manusia di dalam ayat di atas, ada dua jenis kitab,
iaitu :
- ( كِتَابٌ مُنَزَّلٌ ) : Kitab yang diturunkan. Al-Quran kitab yang diturunkan untuk menjadi panduan bagi umat akhir zaman. Membaca kitab jenis ini dengan maksud membacanya, memahami, merenung, mengambil pengajaran dan mengamalkannya.
- ( كِتَابٌ مَخْلُوْقٌ ) : Kitab yang diciptakan Allah. Segala ciptaan Allah, apakah alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan, bulan, bintang, dasar laut, perut bumi. Membaca kitab makhluk dengan maksud “research”, membuat kajian, dan penyelidikan.
3. Dr. Ahmad Asrar menambahkan dalam
kitabnya yang sama : Menurut bahasa walaupun makna “Tilawah” sama dengan
makna “Qira-ah”, namun sebenarnya makna “Tilawah” lebih mendalam
dari makna “Qira-ah”. Maksudnya :Jika kita membaca sesuatu, lalu si
pembaca mempunyai pilihan, apakah dia ingin mempercayai atau tidak mempercayai
apa yang dibacanya, apakah dia ingin mematuhi suruhan dan larangan apa yang
dibacanya, maka itu namanya “Qira-ah”. Contohnya seperti membaca : Surah
Kabar (Koran), Majalah dan lain. Tetapi jika seseorang membaca sesuatu, lalu
dia tidak mempunyai pilihan terhadap apa yang dibacanya, dia mesti laksanakan
jika suruhan, dan dia mesti jauhi terhadap larangannya, maka itu namanya “Tilawah”.
Atas sebab itulah maka istilah “Tilawah” hanya khusus untuk Al-Quran.
Itulah sebabnya di dalam Al-Quran sungguh banyak suruhan membaca Al-Quran
dengan menggunakan ungkapan “Utlu”, iaitu bentuk perintah dari kata dasar
“Tilawah”, contohnya:
4. Dan bacalah apa yang diwahyukan
kepadamu, iaitu Kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat
merobah Kalimat-Kalimat-Nya. (Al-Kahfi : 27)
Nilai-Nilai Al-Qur’an
dalam Masyarakat ?
1.Akhlak Mahmudah/Fadilah
Akhlak Mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik
(yang terpuji). Secara garis besar akhlak mahmudah dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Akhlak terhadap Allah, 2) Akhlak terhadap diri sendiri, 3) Akhlak terhadap
sesama manusia.[34]
Adapun akhlak atau sifat-sifat mahmudah sebagaimana yang dikemukakan para
ahli akhlak, antara lain:
1)
Al-Amanah (setia, jujur, dapat dipercaya), 2) Al-Sidqu (benar, jujur), 3) Al-Adl
(adil), 4) Al-Afwu (pemaaf), 5) Al-Wafa’ (menepati janji), 6) Al-Ifafah
(memelihara diri), 7) Al-Haya’ (malu), 8) As-Syajaah (berani), 9)
Al-Quwwah (kuat), 10) As-Sabru (sabar), 11) Ar-Rahmah (kasih
sayang), 12) As-Sakha’u (murah hati), 13) At-Ta’awun (penolong/tolong
menolong), 14) Al-Islah (damai), 15) Al-Ikha’ (persaudaraan), 16)
Al-Iqtisad (hemat), 17) Silaturrahmi (menyambung tali
persaudaraan), 18) Ad-Diyafah (menghormati tamu), 19) At-Tawadu’
(merendahkan diri), 20) Al-Ihsan (berbuat baik), 21) Al-Khusyu’
(menundukkan diri), 22) Al-Muru’ah (berbudi tinggi), dan lain sebagainya
yang menunjukkan kepada sifat-sifat terpuji.[35]
2.Akhlak Mazmumah/Qabihah
Akhlak Mazmumah (akhlak yang
tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana
tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci
dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara
menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak
yang tercela, di antaranya:
1) Ananiah (egois), 2) Al-Bagyu (lacur), 3) Al-Bukhl
(kikir), 4) Al-Buhtan (dusta), 5) Al-Hamr (peminum khamr), 6) Al-Khianah
(khianat), 7) Az-Zulmu (aniaya), 8) Al-Jubn (pengecut), 9) Al-Fawahisy
(dosa besar), 10) Al-Ghaddab (pemarah), 11) Al-Gasysyu
(curang dan culas), 12) Al-Ghibah (mengumpat), 13) An-Namumah (adu
domba), 14) Al-Guyur (menipu, memperdaya), 15) Al-Hasad (dengki),
16) Al-Istikbar (sombong), 17) Al-Kufran (mengingkari nikmat),
18) Al-Liwat (homosex), 19) Ar-Riya’ (ingin dipuji), 20) As-Sum’ah
(ingin didengar kelebihannya), 21) Ar-Riba (makan riba), 22) As-Sikriyah
(berolok-olok), dan lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat yang
tercela.[36]
Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Pendidikan ?
Sesuai perkembangan masyarakat yang
semakin dinamis sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi
informasi, maka aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an menjadi sangat penting.
Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala
dalam upaya internalisasi nilai-nilai Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi
umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju dan mandiri.
Secara normative, tujuan yang ingin
dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan
meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan
oleh pendidikan.
Pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia (yang tercermin
dalam ibadah dan mu’amalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata
yaitu akhlak. Akhlak merupakan alat control psikis dan sosial bagi individu dan
masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dengan kumpulan hewan dan
binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya. Rasulullah Saw
merupakan sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti
sabdanya. “Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia”.
Kedua, dimensi
budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan
pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan
atau miliu), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar
dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan melalui bimbingan dan pembiasaan
berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut norma-norma Islam. Sedangkan
faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan
usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan
norma-norma Islam seperti teladan, nasehat, anjuran, ganjaran, pembiasaan
hukuman dan pembentukan lingkungan serasi.
Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan, yaitu cerdas, kreatif,
terampil, disiplin, etos kerja, professional, inovatif dan produktif. Diemsni
kecerdasan dalam pandangan prikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga
proses yaitu analisis, kreativitas dan praktis. Kecerdasan apapun bentuknya,
baik IQ, ISQ dan lain-lain saat ini diukur dengan tes-tes prestasi di sekolah,
dan bukan merupakan prestasi di dalam kehidupan. Dulu kecerdasan itu diukur
dengan membandingkan usia mental dengan usia kronologis, tetapi saat ini tes IQ
membandingkan penampilan individu dengan rata-rata bagi kelompok dengan usia
yang sama. Tegasnya dimensi kecerdasan ini berimplikasi bagi pemahaman
nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan
Nilai-Nilai Al-Qur’an
dalam Keseharian ?
1. Menghargai Waktu
“demi
masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang
beriman dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”
2. Menghargai ilmu pegetahuan
“Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya” (QS 17:36)
3. Memiliki budaya
kerja keras
“Dan
Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
4. Memiliki orientasi ke
depan (visioner)
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS 59:18)
5. Memiliki harga diri
tinggi
“Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS.49: 13)
6. Memiliki networking
dan akses yang luas (silaturahim)
“Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS 4:1)
7. Selalu dinamis,
tidak merasa cukup dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki
“Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” QS 58:11
8. Konsisten, Istiqomah
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap
istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula)
berduka cita.” (QS 46:13)
Sumber Pustaka :
[34] Mustafa, Akhlak Tasawuf, 197.
[35] Mustafa, Akhlak Tasawuf, 198.
[36] Mustafa, Akhlak Tasawuf, 200.
1.Aktulisasi Nilai-nilai Qur’ani
dalam Sistem Pendidikan Islam. Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A.
Ciputat Press
2.http://web.iaincirebon.ac.id 3.http://batampos.co.id
4.http://edokumen.blogspot.com
Jakarta 25/5/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar