ULAMA HAMBA YANG
PATUT DIMULIAKAN ?
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS.
Fathir: 28).
مَنْ
يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa
yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan
dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
إِذَا
مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika
seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari
sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang
mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Muqaddimah
Ulama adalah
manusia yang memiliki kedudukan demikian mulia. Ia merupakan pembimbing bagi
segenap manusia menuju jalan lurus. Ia juga penerang di saat manusia berada di
kegelapan. Bila keberadaan mereka semakin sedikit, semakin kacaulah kehidupan
manusia. Seperti keadaan sekarang, kekacauan terjadi di mana-mana karena
semakin sedikit orang berilmu ada di tengah manusia.
Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya
dari Mujahid mengenai makna firman Allah (yang artinya), “Allah berikan hikmah kepada siapa pun yang
dikehendaki-Nya.”Mujahid menafsirkan, “Yaitu ilmu dan fikih/pemahaman.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 19)
Imam
al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid tentang maksud firman
Allah ‘azza wa jalla (yang
artinya), “Dan ulil amri di antara kalian.” Beliau
menjelaskan,“Yaitu para fuqoha’ dan ulama.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 21)
Imam
al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Hasan, bahwa Abud Darda’radhiyallahu’anhu berkata, “Perumpamaan para ulama di tengah-tengah umat
manusia bagaikan bintang-bintang di langit yang menjadi penunjuk arah bagi
manusia.” (lihatAkhlaq
al-’Ulama, hal. 29)
Imam
al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbasradhiyallahu’anhuma, beliau mengatakan, “Seorang pengajar kebaikan dan orang yang
mempelajarinya dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, sampai ikan di dalam
lautan sekalipun.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 43-44)
Keutamaan ilmu
dan Ulama ?
Ulama adalah pewaris para Nabi. Para
ulama memiliki peran penting sebagai pemimpin umat untuk melanjutkan dan
memelihara syiar dan kemuliaan Islam. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya
untuk menghormati dan memuliakan para ulama. Bahkan, satu dari tiga hal
yang dikhawatirkan Nabi Muhammad SAW adalah umat Islam akan menelantarkan
dan tak mempedulikan alim ulama.
Dalil-dalil
tentang keutamaan ilmu dan ulama
1. Allah I berfirman:
1. Allah I berfirman:
“Allah
mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberikan ilmu ke beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11)
Ibnu ‘Abbas c berkata: “(Kedudukan) ulama berada di atas orang-orang yang beriman sampai 100 derajat, jarak antara satu derajat dengan yang lain seratus tahun.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 27)
2. Allah I berfirman:
Ibnu ‘Abbas c berkata: “(Kedudukan) ulama berada di atas orang-orang yang beriman sampai 100 derajat, jarak antara satu derajat dengan yang lain seratus tahun.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 27)
2. Allah I berfirman:
“Allah telah
mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Dia dan
para malaikat dan orang yang berilmu (ikut mempersaksikan) dengan penuh
keadilan.” (Ali ‘Imran: 18)
Al-Imam Badruddin t berkata: “Allah memulai dengan dirinya (dalam persaksian), lalu malaikat-malaikat-Nya, lalu orang-orang yang berilmu. Cukuplah hal ini sebagai bentuk kemuliaan, keutamaan, keagungan dan kebaikan (buat mereka).” (Tadzkiratus Sami’, hal 27)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Di dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keutamaan ilmu dan ulama karena Allah I menyebut mereka secara khusus dari manusia lain. Allah I menggandengkan persaksian mereka dengan persaksian diri-Nya dan malaikat-malaikat-Nya. Dan Allah I menjadikan persaksian mereka (ulama) sebagai bukti besar tentang ketauhidan Allah I, agama, dan balasan-Nya. Dan wajib atas setiap makhluk menerima persaksian yang penuh keadilan dan kejujuran ini. Dan dalam kandungan ayat ini pula terdapat pujian kepada mereka (ulama) bahwa makhluk harus mengikuti mereka dan mereka (para ulama) adalah imam-imam yang harus diikuti. Semua ini menunjukkan keutamaan, kemuliaan dan ketinggian derajat mereka, sebuah derajat yang tidak bisa diukur.” (Tafsir As-Sa’di, hal 103).
Al-Qurthubi t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Di dalam ayat ini ada dalil tentang keutamaan ilmu dan kemuliaan ulama. Maka jika ada yang lebih mulia dari mereka, niscaya Allah akan menggandengkan nama mereka dengan nama–Nya dan nama malaikat-malaikat-Nya sebagaimana Allah I menggandengkan nama ulama.” (Tafsir Al-Qurthubi, 2/27)
3. Allah I berfirman:
Al-Imam Badruddin t berkata: “Allah memulai dengan dirinya (dalam persaksian), lalu malaikat-malaikat-Nya, lalu orang-orang yang berilmu. Cukuplah hal ini sebagai bentuk kemuliaan, keutamaan, keagungan dan kebaikan (buat mereka).” (Tadzkiratus Sami’, hal 27)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Di dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keutamaan ilmu dan ulama karena Allah I menyebut mereka secara khusus dari manusia lain. Allah I menggandengkan persaksian mereka dengan persaksian diri-Nya dan malaikat-malaikat-Nya. Dan Allah I menjadikan persaksian mereka (ulama) sebagai bukti besar tentang ketauhidan Allah I, agama, dan balasan-Nya. Dan wajib atas setiap makhluk menerima persaksian yang penuh keadilan dan kejujuran ini. Dan dalam kandungan ayat ini pula terdapat pujian kepada mereka (ulama) bahwa makhluk harus mengikuti mereka dan mereka (para ulama) adalah imam-imam yang harus diikuti. Semua ini menunjukkan keutamaan, kemuliaan dan ketinggian derajat mereka, sebuah derajat yang tidak bisa diukur.” (Tafsir As-Sa’di, hal 103).
Al-Qurthubi t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Di dalam ayat ini ada dalil tentang keutamaan ilmu dan kemuliaan ulama. Maka jika ada yang lebih mulia dari mereka, niscaya Allah akan menggandengkan nama mereka dengan nama–Nya dan nama malaikat-malaikat-Nya sebagaimana Allah I menggandengkan nama ulama.” (Tafsir Al-Qurthubi, 2/27)
3. Allah I berfirman:
“Katakan
(wahai Nabi r) apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu.” (Az-Zumar: 9)
Ibnul Qayyim t berkata: “Allah I menafikan unsur kesamaan antara ulama dengan selain mereka sebagaimana Allah menafikan unsur kesamaan antara penduduk surga dan penduduk neraka. Allah I berfirman: “Katakan, tidaklah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.” (Az-Zumar: 9), sebagaimana firman Allah I: “Tidak akan sama antara penduduk neraka dan penduduk surga.” (Al-Hasyr: 20). Ini menunjukkan tingginya keutamaan ulama dan kemuliaan mereka.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/221)
4. Allah I berfirman:
Ibnul Qayyim t berkata: “Allah I menafikan unsur kesamaan antara ulama dengan selain mereka sebagaimana Allah menafikan unsur kesamaan antara penduduk surga dan penduduk neraka. Allah I berfirman: “Katakan, tidaklah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.” (Az-Zumar: 9), sebagaimana firman Allah I: “Tidak akan sama antara penduduk neraka dan penduduk surga.” (Al-Hasyr: 20). Ini menunjukkan tingginya keutamaan ulama dan kemuliaan mereka.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/221)
4. Allah I berfirman:
“Maka
bertanyalah kalian kepada ahli dzikir (ahlinya/ ilmu) jika kalian tidak
mengetahui.” (An-Naml: 43)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mengetahui untuk kembali kepada mereka (ulama) dalam segala hal. Dan dalam kandungan ayat ini, terdapat pujian terhadap ulama dan rekomendasi untuk mereka dari sisi di mana Allah memerintahkan untuk bertanya kepada mereka.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 394)
5. Allah I berfirman:
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mengetahui untuk kembali kepada mereka (ulama) dalam segala hal. Dan dalam kandungan ayat ini, terdapat pujian terhadap ulama dan rekomendasi untuk mereka dari sisi di mana Allah memerintahkan untuk bertanya kepada mereka.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 394)
5. Allah I berfirman:
“Dan tidak
ada yang mengetahuinya (perumpamaan-perumpamaan yang dibuat oleh Allah)
melainkan orang-orang yang berilmu.” (Al-’Ankabut: 43)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Melainkan orang-orang yang berilmu secara benar di mana ilmunya sampai ke lubuk hatinya.” (Tafsir As-Sa’di, hal 581)
6. Allah I berfirman:
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Melainkan orang-orang yang berilmu secara benar di mana ilmunya sampai ke lubuk hatinya.” (Tafsir As-Sa’di, hal 581)
6. Allah I berfirman:
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir: 28)
Abdullah bin Mas’ud z mengatakan: “Sesungguhnya aku mengira bahwa terlupakannya ilmu karena dosa, kesalahan yang dilakukan. Dan orang alim itu adalah orang yang takut kepada Allah I.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal. 28)
Abdurrazaq mengatakan: “Aku tidak melihat seseorang yang lebih bagus shalatnya dari Ibnu Juraij. Dan ketika melihatnya, aku mengetahui bahwa dia takut kepada Allah I.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal 28)
Ibnul Qayyim t berkata: “Allah I memberitakan bahwa mereka (para ulama) adalah orang-orang yang takut kepada Allah I, bahkan Allah I mengkhususkan mereka dari mayoritas orang. Allah I berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama, sesungguhnya Allah Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28). Ayat ini merupakan pembatasan bahwa orang yang takut kepada Allah adalah ulama.” (Miftah Dar As-Sa’adah 1/225)
7. Allah I berfirman:
Abdullah bin Mas’ud z mengatakan: “Sesungguhnya aku mengira bahwa terlupakannya ilmu karena dosa, kesalahan yang dilakukan. Dan orang alim itu adalah orang yang takut kepada Allah I.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal. 28)
Abdurrazaq mengatakan: “Aku tidak melihat seseorang yang lebih bagus shalatnya dari Ibnu Juraij. Dan ketika melihatnya, aku mengetahui bahwa dia takut kepada Allah I.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal 28)
Ibnul Qayyim t berkata: “Allah I memberitakan bahwa mereka (para ulama) adalah orang-orang yang takut kepada Allah I, bahkan Allah I mengkhususkan mereka dari mayoritas orang. Allah I berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama, sesungguhnya Allah Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28). Ayat ini merupakan pembatasan bahwa orang yang takut kepada Allah adalah ulama.” (Miftah Dar As-Sa’adah 1/225)
7. Allah I berfirman:
“Ganjaran
mereka di sisi Allah adalah jannah Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai
dan mereka kekal di dalamnya. Allah meridhai mereka dan mereka ridha kepada
Allah, demikian itu adalah bagi orang yang takut kepada Rabb-nya.”
(Al-Bayyinah: 8)
Badruddin Al-Kinani t berkata: “Kedua ayat ini (Fathir ayat 28 dan Al-Bayyinah ayat 8) mengandung makna bahwa ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah I. Dan orang-orang yang takut kepada Allah adalah sebaik-baik manusia. Dari sini disimpulkan bahwa ulama adalah sebaik-baik manusia.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 29)
Ucapan yang serupa dan semakna dibawakan oleh Ibnul Qayyim t dalam kitabnya Miftah Dar As-Sa’adah, jilid 1 hal. 225.
8. Rasulullah r bersabda:
Badruddin Al-Kinani t berkata: “Kedua ayat ini (Fathir ayat 28 dan Al-Bayyinah ayat 8) mengandung makna bahwa ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah I. Dan orang-orang yang takut kepada Allah adalah sebaik-baik manusia. Dari sini disimpulkan bahwa ulama adalah sebaik-baik manusia.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 29)
Ucapan yang serupa dan semakna dibawakan oleh Ibnul Qayyim t dalam kitabnya Miftah Dar As-Sa’adah, jilid 1 hal. 225.
8. Rasulullah r bersabda:
“Barang
siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, maka Allah akan
mengajarkannya ilmu agama.”
Ibnul Qayyim t mengatakan: “Hadits ini menunjukkan, barangsiapa yang tidak dijadikan Allah faqih dalam agama-Nya, menunjukkan bahwa Allah tidak mengijinkan kepadanya kebaikan.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/246)
9. Rasulullah r bersabda:
Ibnul Qayyim t mengatakan: “Hadits ini menunjukkan, barangsiapa yang tidak dijadikan Allah faqih dalam agama-Nya, menunjukkan bahwa Allah tidak mengijinkan kepadanya kebaikan.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/246)
9. Rasulullah r bersabda:
“Ulama
adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda z)
Badruddin Al-Kinani t mengatakan: “Cukup derajat ini menunjukkan satu kebanggaan dan kemuliaan. Dan martabat ini adalah martabat yang tinggi dan agung. Sebagaimana tidak ada kedudukan yang tinggi daripada kedudukan nubuwwah, begitu juga tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan pewaris para nabi.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 29)
Badruddin Al-Kinani t mengatakan: “Cukup derajat ini menunjukkan satu kebanggaan dan kemuliaan. Dan martabat ini adalah martabat yang tinggi dan agung. Sebagaimana tidak ada kedudukan yang tinggi daripada kedudukan nubuwwah, begitu juga tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan pewaris para nabi.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 29)
Keistimewaan Ulama ?
Bab pertama dari Kitab Lubabul Hadits adalah
kumpulan hadits-hadits berkaitan dengan keutaam ilmu dan ulama yang terdiri
dari 10 hadits .
|
Ikhtitam
''Bukan termasuk umatku orang yang tak menghormati orang tua, tidak menyayangi anak-anak dan tidak memuliakan alim ulama.'' (HR Ahmad, Thabrani, Hakim). Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW sempat mengkhawatirkan tiga hal yang akan terjadi pada umatnya. ''Aku tidak mengkhawatirkan umatku kecuali tiga hal,'' sabda Rasulullah.
''Pertama, keduniaan berlimpah, sehingga manusia saling mendengki. Kedua, orang-orang jahil yang berusaha menafsirkan Alquran dan mencari-cari ta'wilnya, padahal tak ada yang mengetahui ta'wilnya kecuali Allah. Ketiga, alim ulama ditelantarkan dan tidak akan dipedulikan oleh umatku.'' (HR Thabrani).
''Bukan termasuk umatku orang yang tak menghormati orang tua, tidak menyayangi anak-anak dan tidak memuliakan alim ulama.'' (HR Ahmad, Thabrani, Hakim). Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW sempat mengkhawatirkan tiga hal yang akan terjadi pada umatnya. ''Aku tidak mengkhawatirkan umatku kecuali tiga hal,'' sabda Rasulullah.
''Pertama, keduniaan berlimpah, sehingga manusia saling mendengki. Kedua, orang-orang jahil yang berusaha menafsirkan Alquran dan mencari-cari ta'wilnya, padahal tak ada yang mengetahui ta'wilnya kecuali Allah. Ketiga, alim ulama ditelantarkan dan tidak akan dipedulikan oleh umatku.'' (HR Thabrani).
Sumber:1.https://sites.google.com 2.http://www.republika.co.id
3.http://asysyariah.com
4.https://muslim.or.id
Jakarta 28/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar