MENITI DAKWAH
RASULULLAH SAW ?
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ
”Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiyaa : 107)
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS An-Nahl: 125).
Muqaddimah
BERKEMBANGNYA Islam sampai ke seluruh penjuru dunia, dan
tetap bertahan sampai zaman sekarang ini, salah satu faktornya adalah
kecerdasan sang pembawa risalah tersebut, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah tokoh dengan karakter yang paling hebat.
Bahkan Michael J Hart yang non muslim pun menempatkan beliau di urutan teratas
dalam daftar 100 orang terhebat dalam buku karyanya. Salah satu bukti kehebatan
Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa terjadinya Perjanjian Hudaibiyah, atau
Shulhul Hudaibiyah.
Perjanjian
Hudaibiyah adalah perjanjian antara Kaum Muslimin Madinah, dalam hal ini
dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, dengan kaum musyrikin Mekah. Ini terjadi pada
tahun ke-6 setelah beliau hijrah dari Mekah ke Madinah. Perjanjian ini terjadi
di Lembah Hudaibiyah, berada di pinggiran Kota Mekah. Pada saat itu rombongan
Kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW hendak melakukan
ibadah Haji. Namun mereka dihalang- halangi masuk ke Mekah oleh Suku Quraisy,
penduduk Mekah.
Maka
dengan keuntungan yang didapat dari Perjanjian Hudaibiyah itu, Nabi Muhammad
berusaha mengukuhkan status Madinah dengan cara mengutus berbagai utusan kepada
pemimpin negara- negara tetangga, diantaranya Mesir, Persia, Romawi, Habasyah
(Ethiopia), dan lain- lain. Selain itu beliau juga menyebar pendakwah untuk
menyebarkan Agama Islam.
Kemudian
dengan dijaminnya Quraisy tidak akan memusuhi Kaum Muslimin, maka Kaum Muslimin
bisa dengan leluasa menghukum Kaum Yahudi Khaibar yang telah mendalangi
penyerangan terhadap Kaum Muslim Madinah dalam Perang Ahzab/ Khandaq. Ini yang
beliau lakukan sehingga Kaum Yahudi pun di kemudian hari tidak berani lagi
mengganggu Madinah.
Subtansi Dakwah
Rasulullah saw Periode Makkah ?
Substansi ajaran
Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya
adalah sebagai berikut :
a) Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
b) Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
c) Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
a) Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
b) Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
c) Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
Artinya :
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya”.
d)
Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).
Startegi Dakwah Periode Makkah ?
Hikmah yang dapat diambil dari sejarah dakwah
Rasulullah saw periode Mekah, antara lain sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa melalui sifat sabar, ulet, lemah lembut dan tidak merusak dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapatkan pertolongan Allah SWT
b. Menyadari dan memahami bahwa seorang rasul hanyalah bertugas menyampaikan risalah dari Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah) bahkan kepada keluarga dan orang yang dicintai sekalipun. ( QS. 28 : 56 )
c. Memahami bahwa Allah SWT pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan atau rasul-Nya. Oleh karena itu sangat wajar bila sesorang ingin menjadi pemimpin atau menduduki jabatan tertentu terlebih dahulu harus diuji.
d. Dapat mengambil contoh cara-cara berdakwah yang dilakukan nabi saw, yaitu sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan. Seperti yang digambarkan dalam Surat an-Nahl : 125 sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa melalui sifat sabar, ulet, lemah lembut dan tidak merusak dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapatkan pertolongan Allah SWT
b. Menyadari dan memahami bahwa seorang rasul hanyalah bertugas menyampaikan risalah dari Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa memberi petunjuk (hidayah) bahkan kepada keluarga dan orang yang dicintai sekalipun. ( QS. 28 : 56 )
c. Memahami bahwa Allah SWT pasti akan menguji seseorang yang akan terpilih menjadi utusan atau rasul-Nya. Oleh karena itu sangat wajar bila sesorang ingin menjadi pemimpin atau menduduki jabatan tertentu terlebih dahulu harus diuji.
d. Dapat mengambil contoh cara-cara berdakwah yang dilakukan nabi saw, yaitu sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang berharga, dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan. Seperti yang digambarkan dalam Surat an-Nahl : 125 sebagai berikut :
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah danpengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (QS. An Nahl : 125)
e. Dapat
meneladani Nabi SAW sebagai uswatun khasanah, artinya sikap dan amal perbuatan
beliau sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama terhadap ajaran Islam
yang didakwahkannya, Firman Allah SWT :
Artinya :
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab : 21 )
Menteladani Dakwah Rasulullah saw diera
Modern ?
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a. Memahami perjuangan nabi Muhammad SAW dan meneladaninya serta ikut serta mendakwahkan Islam sebagai tatanan kehidupan menusia agar mencapai tujuan hidupnya, selamat dan sejahtera di dunia akhirat.
b. Melaksanakan ajaran Islam, yakni menjalankan rukun Islam dan melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya masing-masing dengan tidak memaksa orang lain ataui menghina peribadatan/nama tuhan agama lain.
c. Melaksanakan dan melestarikan sunnah Rasulullah SAW yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
d. Konsisten dan komitmen men-Tuhankan Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Menyekutukan-Nya adalah dosa besar yang tidak terampuni ( QS. An Nisa : 116 )
a. Memahami perjuangan nabi Muhammad SAW dan meneladaninya serta ikut serta mendakwahkan Islam sebagai tatanan kehidupan menusia agar mencapai tujuan hidupnya, selamat dan sejahtera di dunia akhirat.
b. Melaksanakan ajaran Islam, yakni menjalankan rukun Islam dan melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya masing-masing dengan tidak memaksa orang lain ataui menghina peribadatan/nama tuhan agama lain.
c. Melaksanakan dan melestarikan sunnah Rasulullah SAW yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
d. Konsisten dan komitmen men-Tuhankan Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Menyekutukan-Nya adalah dosa besar yang tidak terampuni ( QS. An Nisa : 116 )
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia,
dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya”.
e.
Senantiasa jihad di jalan Allah SWT, sebagaiman firmanNya :
Artinya :
”Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka
dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat) perjuangan yang besar” (QS. Al Furqan :
52)
Strategi Dakwah Rasulullah saw Periode Mainah ?
1. Membina 'masyarakat Islam melalui
pertalian Persaudaraan ANTARA kaum Muhajjirin DENGAN kaum Anshar.
2. Memellihara Dan mempertahankan Masyarakat Islam.
3. Meletakkan Dasar-daar politik Ekonomi dan sosial untk 'masyarakat IslamDengan diletakannya Dasar-dasar Yang Berkala Suami' masyarakat Dan Pemerintahan Islam DAPAT mewujudkan nagari "Baldtun Thiyibatun Warabbun Ghafur" Dan Madinah disebut "Madinatul Munawwarah"
2. Memellihara Dan mempertahankan Masyarakat Islam.
3. Meletakkan Dasar-daar politik Ekonomi dan sosial untk 'masyarakat IslamDengan diletakannya Dasar-dasar Yang Berkala Suami' masyarakat Dan Pemerintahan Islam DAPAT mewujudkan nagari "Baldtun Thiyibatun Warabbun Ghafur" Dan Madinah disebut "Madinatul Munawwarah"
Metode Dakwah ?
Artinya,
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl,
16:125)
Pada
ayat tersebut diatas dapat dipahami bahwa cara berdakwah yang diperintah Allah
Ta’ala adalah sebagai berikut,
- Dakwah bil hikmah, yaitu metode dakwah dengan memberi perhatian yang teliti terhadap keadaan dan suasana yang melingkungi para mad’u (orang-orang yang didakwahi), juga memperhatikan materi dakwah yang sesuai dengan kadar kemampuan mereka dengan tidak memberatkan mereka sebelum mereka bersedia untuk menerimanya. Metode ini juga membutuhkan cara berbicara dan berbahasa yang santun dan lugas. Sikap ghiroh yang berlebihan serta terburu-buru dalam meraih tujuan dakwah sehingga melampaui dari hikmah itu sendiri, lebih baik dihindari oleh seorang pendakwah.
- Dakwah dengan cara mau’izhah al-hasanah, yaitu metode dakwah dengan pengajaran yang meresap hingga ke hati para mad’u. Pengajaran yang disampaikan dengan penuh kelembutan akan dapat melunakkan kerasnya jiwa serta mencerahkan hati yang kelam dari petunjuk dien. Pada beberapa da’i, ada yang masih saja menggunakan metode dakwah yang berseberangan dengan hal ini, yaitu dengan cara memaksa, sikap yang kasar, serta kecaman-kecaman yang melampaui batas syar’i.
- Dakwah dengan perdebatan yang baik, yaitu metode dakwah dengan menggunakan dialog yang baik, tanpa tekanan yang zalim terhadap pihak yang didakwahi, tanpa menghina dan tanpa memburuk-burukkan mereka. Hal ini menjadi penting karena tujuan dakwah adalah sampai atau diterimanya materi dakwah tersebut dengan kesadaran yang penuh terhadap kebenaran yang haq dari objek dakwah. Metode ini menghindari dari semata karena ingin memenangkan perdebatan dengan para mad’u.
Ikhtitam
Tidak
pantas juga bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan
sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika
begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:
Tiga
perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan
“Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya
dari Islam karena sesuatu perbuatan;
(2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat
yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman
seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada
takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan
mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada
kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah
di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Sumber:1.https://www.islampos.com
2.http://www.arrahmah.com
3.https://8tunas8.wordpress.com
4.http://media-islam.or.id
Jakarta 18/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar