MENGENAL IMAM
MALIK ?
Muqaddimah
Imam Malik –rahimahullah- dilahirkan
–sebagaimana pendapat kebanyakan para ulama- pada tahun 93 H. di kota Madinah
Munawarah, ia melihat peninggalan pada sahabat dan tabi’in sebagaimana ia juga
melihat peninggalan Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan banyak
tempat-tempat bersejarah yang mulia. Maka semua
itu memberikan dampak positif kepada cara pandang beliau, pemahaman dan
kehidupan beliau. Kota Madinah adalah tempat bersinarnya cahaya Islam, tempat
lahirnya ilmu, sumber ilmu pengetahuan.
Imam Malik
menghafal al Qur’an Karim semenjak awal kehidupannya –sebagaimana kebiasaan
yang banyak dilakukan keluarga muslim-, lalu beliau beranjak untuk
menghafal hadits, ia mendapati lingkungannya kondusif dan memberikan semangat.
Ketika ia mengutarakan keinginannya kepada ibunya untuk mencari ilmu dan
membukukannya, ia mengenakan pakaian yang paling bagus, dengan surban di
kepalanya, lalu ia berkata: “Pergilah dan tulislah sekarang”, ia juga berkata:
“Pergilah ke Rabi’ah dan belajarlah sopan santunnya sebelum ilmunya”. (al
Madarik: 115)
Imam Asy Syafi’i bercerita, “Jika pengikut hawa nafsu
datang kepada Malik, maka dia berkata, “Adapun aku di atas bukti yang kuat
tentang agamaku, dan kamu di atas keragu-keraguan, maka pergilah kamu kepada orang-orang
seperti kamu,” Beliau memarahi mereka. (Ibid, 7/180)
Sikap Imam Malik terhadap Syiah Rafidhah juga sangat
keras, Beliau mengkafirkannya, sebagaimana dikutip Imam Ibnu Katsir berikut
ini, ketika membahas tafsir surat Al-Fath ayat 29:
ومن هذه الآية
انتزع الإمام مالك -رحمه الله، في رواية عنه-بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة،
قال: لأنهم يغيظونهم، ومن غاظ الصحابة فهو كافر لهذه الآية.
ووافقه
طائفة من العلماء على ذلك
Dari
ayat ini, Imam Malik Rahimahullah memutuskan –dalam sebuah riwayat
darinya- tentang kafirnya golongan rafidhah, yaitu orang-orang yang marah
terhadap sahabat nabi. Beliau berkata, “Karena mereka murka terhadap sahabat
nabi, dan barang siapa yang marah terhadap sahabat nabi maka dia kafir menurut
ayat ini.” Segolongan ulama sepakat atas fatwanya ini. (Imam Ibnu Katsir, Tafsir
Alquran Al-Azhim, 7/362)
Kitab
Al-Muwaththa ?
Inilah
kitab hadits pertama dalam bentuk susunan yang begitu rapi, disusun oleh Imam
Malik selama empat puluh tahun lamanya. Beliau senantiasa mengkoreksinya setiap
empat puluh hari sekali, sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Abdul Wahid.
Penamaan
kitab ini dengan Al-Muwaththa’, karena Imam Malik telah
mengkonsultasikan riwayat yang ada di dalamnya kepada 70 ulama fiqih di
Madinah, dan mereka menyetujuinya (watha’a), sejak itulah dinamakan
Al-Muwaththa.’ Sebenarnya, selain Imam Malik juga ada ulama lain yang
menyusun kitab dengan judul Al-Muwaththa’, seperti Al-Muwaththa karya
Ibnu Abi Dzi’b, Al-Muwaththa karya Ibnul Majisyun, dan lainnya.
Para
sejarawan berbeda tentang sebab awalnya kenapa Imam Malik menyusun kitab
Al-Muwaththa’, ada yang berpendapat atas permintaan khalifah Al-Mahdi bin
Al-Manshur, ada juga yang menyebut sebagai arahan dari khalifah Ja’far bin
Al-Manshur, ada yang juga menyebut ini merupakan inisiatif dirinya sendiri
setelah melihat kitabnya Ibnul Majisyun. (Muqadimah Al-Muwaththa’,
1/74-77. Tahqiq: Syaikh Muhammad Mushthafa Al-A’zhami)
Muwaththa` merupakan
hasil temuan karya imam Malik Yang memucat spektakuler yang, Dan Disana Masih
Ada beberapa karya beliau Yang tersebar, diantaranya;
- Risalah fi al qadar
- Risalah fi sebuah nujum wa al Qamar manazili
- Risalah fi al aqdliyyah
- Risalah ila abi Ghassan Muhammad bin Mutharrif
- Risalah ila al Laits bin Sa'ad fi ijma'i Ahli al madinah
- Fi Juz`un di tafsir
- Kitabu sebagai sirr
- Risalatu ila Ar Rasyid.
Pujian Ulama ?
Sebagian ulama atsar berkata: “Bahwa imamnya
manusia setelah Umar adalah Zaid bin Tsabit, dan setelah itu adalah Abdullah
bin Umar, dan yang belajar dari Zaid sebanyak 21 orang laki-laki, kemudian
semua ilmu mereka mengerucut kepada tiga orang: Ibnu Syihab, Bakir bin Abdullah
dan Abu Zinad, dan ilmu mereka bertiga mengerucut kepada Malik bin Anas”. (Al
Madarik: 68)
Imam Malik sangat menghormati hadits
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- hingga beliau pernah ditanya:
“Apakah anda pernah mendengar dari Malik bin Dinar ?, beliau menjawab: “Saya
melihat beliau menyampaikan hadits sedangkan masyarakat menulisnya sambil
berdiri, maka saya tidak suka menulis hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- dengan berdiri”. Sebagaimana saya tidak pernah menyimpan kesungguhan
untuk menghafal hadits dan belajar kepada para ulama, maka saya pun tidak
menyimpan harta untuk mendapatkan ilmu tersebut. sehingga Ibnul Qasim berkata:
“Malik telah disibukkan dengan belajar menuntut ilmu sampai atap rumahnya
jebol, lalu ia menjual kayu-kayunya, kemudian dunia menjadi berat untuk
cenderung kepadanya”. (al Madarik: 115)
Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Kami bukan
siapa-siapa di hadapan Imam Malik, kami hanya mengikuti jejak beliau, dan kami
menilai syeikh tertentu jika Malik menulis tentangnya, maka kami juga
menulisnya. Saya tidak melihat Madinah
kecuali akan rusak setelah wafatnya Malik bin Anas”.
Imam Syafi’i
berkata: “Jika anda mendapatkan atsar dari Malik maka peganglah dengan erat,
jika ada hadits tertentu maka Malik adalah bintangnya (pakarnya), jika para
ulama disebutkan maka Malik adalah bintangnya (pakarnya), dan tidak ada seorang
pun dalam bidang ilmu yang sama dengan Malik; karena hafalannya, ketelitian dan
kehati-hatiannya. Barang siapa yang menginginkan hadist shahih maka hendaknya
ia (menemui) Malik”.
Ahmad bin
Hambal berkata: “Malik adalah bagian dari para ulama, ia adalah imam dalam ilmu
hadits dan fikih, dan siapa yang serupa dengan Malik !... mengikuti jejak
pendahulunya dari kecerdasan dan akhlaknya”.
Al Qadhi
‘Iyadh berkata: “Beliau hidup selama kurang lebih 90 tahun, dahulu di (Madinah)
ada seorang Imam yang meriwayatkan, berfatwa, pendapatnya didengar selama
sekitar 70 tahun, wibawanya selalu meningkat setiap saat, keutamaan dan
kepeminpinannya terus meningkat sampai meninggal dunia, dia adalah rujukan
satu-satunya sejak bertahun-tahun yang lalu. Ia memiliki kepemimpinan dunia,
agama tak seorangpun yang membantahnya”. (al Madarik: 111)
Persaksian
para ulama Terhadap beliau ?
- Imam malik menerangkan TENTANG Dirinya; 'Aku Tidak berfatwa sehingga Tujuh puluh orangutan bersaksi bahwa diriku Ahli hearts masalah tersebut.
- Sufyan bin 'Uyainah menuturkan; "Malik merupakan orangutan alim Penduduk Hijaz, Dan dia merupakan hujjah PADA masanya."
- Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: ". Malik Adalah pengajarku, Dan darinya aku menimba ilmu" Dan dia JUGA menuturkan; "Apabila ulama di sebutkan, Maka Malik Adalah bintang."
- Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: "Saya TIDAK mengetahui kitab ilmu Yang LEBIH Banyak benarnya dibanding kitab Imam Malik" Dan imam Syafi'i Berkata: "TIDAK ADA Diatas bumi Suami kitab Penghasilan kena pajak kitabullah Yang LEBIH sahih Dari kitab Imam Malik".
- Abdurrahman bin Mahdi menuturkan; "Aku Tidak akan mengedepankan Seseorang hearts masalah shahihnya hadits SEBUAH Dari PADA Malik."
- Al Auza'i apabila Menyebut Imam Malik, Berkata dia; "Ulama 'Alimul', Dan mufti Haramain."
- Yahya bin Sa'id al Qaththan menuturkan; "Malik merupakan imam Yang Patut untuk review di contoh."
- Yahya bin Ma'in menuturkan; "Malik merupakan hujjah Allah Terhadap Makhluk-Nya."
Sifat-Sifat
imam Malik ?
Beliau Adalah Sosok
Yang Tinggi gede, bermata biru, botak, Lebat berjenggot, Rambut Dan jenggotnya
putih, TIDAK memakai Semir Rambut, Dan beliau menipiskan kumisnya. Beliau
Senang mengenakan Bersih pakaian, Tipis Dan putih, sebagaimana beliaupun Sering
bergonta-ganti pakaian. Memakai serban, Dan meletakkan Bagian sorban Yang
berlebih di Bawah dagunya.
Aktifitas
beliau hearts menimba ilmu ?
Imam Malik Tumbuh
ditengah-Tengah Ilmu Pengetahuan, Hidup dilingkungan Keluarga Yang Mencintai
ilmu, dikota Darul Hijrah, Sumber mata air Sebagai Sunah Dan kota rujukan para
alim ulama. Di Usia Yang Masih Sangat belia, beliau Telah menghapal Al Qur`an,
menghapal Sunah Rasulullah, menghadiri majlis para ulama Dan berguru Kepada
shalat Seorang ulama gede PADA masanya Yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz.
Kakek Dan ayahnya
Adalah ulama hadits terpandang di Madinah. Maka semenjak Kecil, Imam Malik
TIDAK Meninggalkan Madinah untuk review Mencari ilmu. Ia merasa Madinah Adalah
kota DENGAN Sumber ilmu Yang berlimpah DENGAN kehadiran ulama-ulama gede.
KARENA keluarganya
ulama Ahli hadits, Maka Imam Malik pun menekuni Pelajaran hadits Kepada Ayah
dan Paman-pamannya. Disamping ITU beliau PERNAH JUGA berguru Kepada para ulama
Terkenal lainnya
Dalam Usia Yang
terbilang muda, Imam Malik Telah Menguasai Banyak Disiplin ilmu. Kecintaannya
Kepada ilmu menjadikan hampir Seluruh hidupnya di salurkan untuk review
memperoleh ilmu.
Wafatnya ?
Al-Qa’nabi
mengatakan, “Mereka mengatakan Malik wafat pada usia 89 tahun, yaitu pada tahun
179H.” (Ibid, 7/200).
Hanya
saja para sejarawan berbeda pendapat tentang tanggal pasti wafatnya, ada yang
mengatakan pagi hari 14 Rabi’ul Awwal, 179H, seperti dikatakan Ismail bin Abi
Uwais. Sementara Mush’ab dan Ma’an bin ‘Isa mengatakan bulan Shafar. Abu
Mush’ab Az Zuhri mengatakan 10 Rabi’ul Awwal. Muhammad bin Sahnun mengatakan 11
Rabi’ul Awwal. Ibnu Wahhab mengatakan 13 Rabi’ul Awwal
Sedangkan
Al-Qadhi ‘Iyadh mengatakan bahwa yang benar adalah Rabi’ul Awwal, hari Ahad,
setelah 22 hari dia sakit. (Ibid)
Beliau
wafat karena sakit dan dalam keadaan husnul khatimah, dengan mengucapkan
syahadat di akhir hayatnya lalu membaca Alquran. Ismail bin Abi Uwais
mengatakan, “Imam Malik wafat karena sakit, aku tanya sebagian keluargaku apa
yang dibaca oleh Malik menjelang wafatnya. Mereka menjawab, Beliau bersyahadat,
lalu membaca ayat: Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah (mereka
menang).” (Ar Ruum: 4). (Ibid)
Usul mazhab ?
Sesungguhnya Imam Malik menggunakan usul mazhabnya yang
agak berlainan daripada mazhab-mazhab lain yang wujud,diantara usul-usul beliau
di dalam mazhab ialah :
(1)
Al-Quran : seperti para imam mazhab yang lain,iaitu bersandar kepada
kitabullah pertamanya.
(2)
As-Sunnah
(3)
Ijma’
(4)
Al-Qiyaas : tetapi beliau tidaklah terlalu membuka luas pintu penggunaan
qiyas di dalam mengeluarkan hukum hakam,sepertimana yang dilakukan oleh para
fuqaha’ Hanafiah.
(5)
Amalun Ahli Madinah (perlakuan penduduk Kota Madinah) : beliau menambah
usul ini selepas keempat-empat usul utama yang disepakati tadi,yang mana
perbuatan penduduk Madinah di dalam mazhab Maliki seakan-akan hadith yang
diriwayatkan daripada baginda nabi daripada sekumpulan manusia kepada
sekumpulan manusia yang lain,iaitu seperti hadith mutawatir,sebab itulah Imam
Malik mendahulukan usul ini daripada Al-Qiyas didalam memperdalilkan sesuatu
hukum,dan begitulah juga pada kata-kata sahabat yang tidak boleh
diijtihadkan (3) juga mendepani Al-Qiyas,Masalihul Mursalah (4)
,Sadduz Zarai’e (5) ,Al-‘Urf (6) ,Istihsan dan juga Istishab. (7)
Ikhtitam
Ia
menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Madinah. Lahir, tumbuh, belajar, dan
mengajar di Madinah. Jika ada yang mengharuskannya keluar dari tanah kelahiran
maka itu adalah ke Makkah untuk beribadah umrah dan melaksanakan kewajiban
haji. Kecintaannya kepada Kota Nabi tersebut membuat ia bertahan meski harus
menerima siksaan dari penguasa karena perbedaan pendapat tentang masalah fikih.
Sebab itulah ia mendapat gelar Imam Dar al-Hijrah atau Imam Negeri Hijrah Nabi
(Madinah).
Dialah Imam Malik, penulis al-Muwaththa’, kitab hadis
yang mendapat pujian dari muridnya, Imam Syafi’i, sebagai satu-satunya kitab di
dunia ini yang kebenarannya paling mendekati kebenaran Al-Quran.
Sumber:1.http://www.kajiansunnah.ne
2.http://islamqa.info
3.http://www.dakwatuna.com
4.https://alhammasiyy.wordpress.com
Jakarta 2/12/2015
Mohon dicek lagi bahasa pada bahasan Persaksian para ulama Terhadap beliau ?
BalasHapusKok, bahasanya kacau begitu. Masa ada orangutan segala?