KETELADANAN NABI
IBRAHIM AS ?
Muqaddimah
Bangsa Arab dan Israil mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Ibrahim. Ibrahim merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Dua saudara kandungnya adalah Nakhur dan Hasan, ayah Nabi Luth. Ibrahim lahir di Babilonia (sekarang Irak). Saat ia lahir, Babilonia diperintah oleh seorang raja bernama Namrud. Ayah Ibrahim, Azar, termasuk orang yang sangat dicintai Raja Namrud karena pandai membuat patung berhala. Patung-patung karyanya disembah oleh para pengikut Raja Namrud. Ibrahim diutus oleh Allah Swt. menjadi nabi dan rasul untuk meluruskan perbuatan Raja Namrud dan rakyatnya. Orang pertama yang diajak oleh Ibrahim ke jalan yang benar adalah ayahnya, namun sang ayah tetap ingkar kepada Allah Swt. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi. Kisahnya banyak disebut dalam Al- Qur’an.
Bangsa Arab dan Israil mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Ibrahim. Ibrahim merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Dua saudara kandungnya adalah Nakhur dan Hasan, ayah Nabi Luth. Ibrahim lahir di Babilonia (sekarang Irak). Saat ia lahir, Babilonia diperintah oleh seorang raja bernama Namrud. Ayah Ibrahim, Azar, termasuk orang yang sangat dicintai Raja Namrud karena pandai membuat patung berhala. Patung-patung karyanya disembah oleh para pengikut Raja Namrud. Ibrahim diutus oleh Allah Swt. menjadi nabi dan rasul untuk meluruskan perbuatan Raja Namrud dan rakyatnya. Orang pertama yang diajak oleh Ibrahim ke jalan yang benar adalah ayahnya, namun sang ayah tetap ingkar kepada Allah Swt. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi. Kisahnya banyak disebut dalam Al- Qur’an.
Dalam shalawat yang Kita lantunkan setiap Shalat dan di
luar shalat, Kita memohon kepada Allah agar Allah memberi rahmat, keselamatan
dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Allah
memberi keselamatan dan kesejahteraan pada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa Ibrahim Alaihis Salaam memiliki
kedudukan istimewa di hadapan Allah Azza wa Jalla. Beliau diberi gelar
Kholilullah (Kekasih Allah) dan disebut sebagai “Abul Anbiya” (Bapaknya Para
Nabi). Memang dalam kenyataan sejarah Para Rasul yang berjumlah tiga ratusan
dan para Nabi yang berjumlah seratus dua puluh empat ribu kebanyakan dari
keturunan Nabi Ibrahim, termasuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam.
Peristiwa
ini sangat dahsyat dan menjadi mukjizat Nabi Ibrahim AS yang dikenang dalam
sejarah manusia sepanjang zaman. Peristiwa ini tentu menjadi teladan bagi para
pejuang dakwah di jalan Allah yang berani menghadapi segala risiko yang
menghadang tatkala meninggikan Kalimatullah.
Nabi
Ibrahim juga membuktikan dirinya sebagai “Kholilullah” (Kekasih Allah) karena
kecintaannya kepada Allah jauh melampaui kecintaannya kepada istri , anak, dan
kehidupan duniawi. Beliau tabah dan sabar ketika harus memisahkan istri Beliau
yaitu Siti Hajar dan putranya yang masih bayi ke negeri Mekah karena perintah
Allah. Padahal Beliau sudah lama sekali merindukan seorang anak, hingga usia 80
tahun belum juga dikaruniai seorang penerus perjuangan. Di usianya yang tua ini
Allah lantas memberikan seorang putra dari istri Beliau yang kedua yaitu Siti
Hajar.
Nabi Ismail dan Ishaq as ?
Ketika Ibrahim dan Sarah sudah semakin tua, mereka belum dikaruniai seorang anak. Menyadari bahwa dirinya tak mungkin memenuhi keinginan suaminya untuk memiliki anak, Sarah memberi izin kepada Ibrahim untuk menikahi Hajar. Hajar kemudian melahirkan Ismail. Namun karena Sarah cemburu, maka dengan bijaksana Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismail. Ibrahim lalu meninggalkan mereka di daerah Mekah. Ketika Ismail berusia 14 tahun, barulah Sarah melahirkan Ishaq. Ibrahim bersyukur, karena di masa tuanya dianugerahi Ismail dan Ishaq. Dari mereka berdua kemudian lahir para nabi. Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail, dan sebagian besar para nabi Bani Israil adalah keturunan Ishaq.
Ketika Ibrahim dan Sarah sudah semakin tua, mereka belum dikaruniai seorang anak. Menyadari bahwa dirinya tak mungkin memenuhi keinginan suaminya untuk memiliki anak, Sarah memberi izin kepada Ibrahim untuk menikahi Hajar. Hajar kemudian melahirkan Ismail. Namun karena Sarah cemburu, maka dengan bijaksana Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismail. Ibrahim lalu meninggalkan mereka di daerah Mekah. Ketika Ismail berusia 14 tahun, barulah Sarah melahirkan Ishaq. Ibrahim bersyukur, karena di masa tuanya dianugerahi Ismail dan Ishaq. Dari mereka berdua kemudian lahir para nabi. Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail, dan sebagian besar para nabi Bani Israil adalah keturunan Ishaq.
ISMAIL
DAN ISHAQ ?
Ketika Ibrahim dan Sarah sudah semakin tua, mereka belum dikaruniai seorang anak. Menyadari bahwa dirinya tak mungkin memenuhi keinginan suaminya untuk memiliki anak, Sarah memberi izin kepada Ibrahim untuk menikahi Hajar. Hajar kemudian melahirkan Ismail. Namun karena Sarah cemburu, maka dengan bijaksana Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismail. Ibrahim lalu meninggalkan mereka di daerah Mekah. Ketika Ismail berusia 14 tahun, barulah Sarah melahirkan Ishaq. Ibrahim bersyukur, karena di masa tuanya dianugerahi Ismail dan Ishaq. Dari mereka berdua kemudian lahir para nabi. Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail, dan sebagian besar para nabi Bani Israil adalah keturunan Ishaq.
Ketika Ibrahim dan Sarah sudah semakin tua, mereka belum dikaruniai seorang anak. Menyadari bahwa dirinya tak mungkin memenuhi keinginan suaminya untuk memiliki anak, Sarah memberi izin kepada Ibrahim untuk menikahi Hajar. Hajar kemudian melahirkan Ismail. Namun karena Sarah cemburu, maka dengan bijaksana Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismail. Ibrahim lalu meninggalkan mereka di daerah Mekah. Ketika Ismail berusia 14 tahun, barulah Sarah melahirkan Ishaq. Ibrahim bersyukur, karena di masa tuanya dianugerahi Ismail dan Ishaq. Dari mereka berdua kemudian lahir para nabi. Nabi Muhammad adalah keturunan Ismail, dan sebagian besar para nabi Bani Israil adalah keturunan Ishaq.
KHITAN ?
Ketika
berusia 90 tahun, Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah Swt. untuk
mengkhitan seluruh anggota keluarganya, termasuk dirinya sendiri dan Ismail
yang ketika itu berusia 13 tahun. Perintah ini dijalankan oleh Ibrahim dan
kemudian menjadi sunah bagi keturunannya, termasuk Nabi Muhammad Saw. dan para
pengikutnya.
KA’BAH ?
Allah
Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mendirikan Ka’bah. Sebenarnya ka’bah
sudah dibangun sebelumnya oleh Nabi Adam, namun rusak akibat banjir pada masa
Nabi Nuh. Maka Ibrahim berkata kepada Ismail, ” Hai anakku, Allah telah
memerintahkan kita untuk mendirikan rumah di tempat yang agak tinggi itu.”
Keduanya lalu membangun dan meninggikan dasar- dasar Ka’bah. Kemudian jadilah
bangunan itu dengan nama Rumah Allah atau Baitullah.
MENGURBANKAN
ISMAIL ?
Suatu
saat Ibrahim rindu kepada Hajar dan Ismail yang hidup bahagia bersama suku
Jurhum di Mekah. Atas izin Sarah, Ibrahim berangkat menemui istri dan anaknya
di padang Arafah. Setelah matahari terbenam, Ibrahim mengajak keluarganya
pulang ke Mekah. Mereka berhenti di suatu tempat yang sekarang disebut
Muzdalifah. Karena letih, Ibrahim tertidur dan bermimpi bahwa Allah Swt.
memerintahkannya untuk menyembelih anaknya, Ismail, sebagai kurban. Perintah
itu ditaati oleh Ibrahim serta Ismail, dan dilaksanakan di sebuah bukit (kini
dinamai Bukit Malaikat) di Mina. Namun ketika Ismail hendak disembelih, Allah
Swt. menggantinya dengan seekor kibas (Q.37:102-111).
Harapan dan Doa Nabi Ibrahim as ?
Semasa
hidupnya, sang nabi mempunyai banyak harapan yang ia tuangkan dalam berbagai
lantunan doa.
Pertama, harapan untuk dirinya. Nabi Ibrahim sangat
berharap dirinya bebas dari kemusyrikan (menyekutukan Allah). "Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Makkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari
menyembah berhala-berhala." (QS Ibrahim [14]: 35).
Sayyid Quthb
dalam tafsirnya berujar: "Do'a ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari
nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan
dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah
SWT." Demikian pentingnya iman dalam diri kita sehingga menjadi suatu prinsip
(al-dhowabith) bagi seorang Muslim.
Kedua, harapan untuk keluarga. Mulai dari
orang tuanya, "Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya,
Aazar, 'Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan-Tuhan?
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.' (QS
al-An'am [6]: 74).
Hingga anak
keturunannya, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang yang shalih. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan
seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia
menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS
al-Shaffat [37]: 100-102).
Ketiga, harapan untuk masyarakat, baik saat
itu maupun hingga nanti. Bahkan, Nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar suatu
saat nanti, diutus seorang rasul sekalipun ia telah tiada.
"Ya
Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka
al-Kitab (Alquran) dan al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS al-Baqarah [2]: 129).
Keempat, harapan untuk bangsa dan negara.
Kecintaan Nabi Ibrahim kepada umatnya semakin terlihat saat beliau pun berdoa
bukan hanya untuk dirinya, keluarganya, maupun masyarakat sekitar, tetapi
bangsa dan negaranya beliau doakan. "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Doa-doa Nabi
Ibrahim as ?
رَبِّ هَبْ لى حُكْماً وَأَلْحِقْنى بِالصَّالِحينَ * وَاجْعَلْ لى
لِسانَ صِدْقٍ فى الآخِرينَ * وَاجْعَلْنى مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعيمِ *
وَاغْفِرْ لأَبى إِنَّهُ كانَ مِنَ الضَّالّينَ * وَلا تُخْزِنى يَومَ
يُبْعَثُونَ
“Ya Tuhanku,
berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang
yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga
yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku,[3]
karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan
janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.”[4]
رَبَّنا عَلَيكَ تَوَكَّلْنا وَإِلَيْكَ أَنَبْنا وَإِلَيْكَ
المَصيرُ * رَبَّنا لا تَجْعَلْنا فِتْنَةً لِلَّذينَ كَفَروُا وَاغْفِرْ لَنا
رَبّنا إنَّكَ أَنْتَ الْعَزيزُ الْحَكيمُ
“Ya Tuhan
kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami
bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami
ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”[9]
رَبِّ هَبْ لى مِنَ الصَّالِحينَ
“Ya Tuhanku,
anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”[13]
رَبِّ اجْعَلْ هذا البَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَنْ
نَعْبُدَ الأَصْنام * رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيراً مِنَ النّاسِ فَمَنْ
تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّى وَمَنْ عَصانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ * رَبَّنا
إِنِّى أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِى بِوادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
المُحَرَّمِ رَبَّنا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النّاسِ
تَهْوِى إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَراتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ *
رَبَّنا إِنَّكَ تَعْلَمُ ما نُخْفِى وَما نُعْلِنُ وَما يَخْفى عَلى اللَّهِ
مِنْ شَىءٍ فِى الأَرضِ وَلا فِى السَّماءِ * الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى وَهَبَ
لِى عَلى الكِبَرِ إِسْمعِيلَ وَإِسْحقَ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ الدُّعاءِ
* رَبِّ اجْعَلْنِى مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِى رَبَّنا
وَتَقَبَّلْ دُعاءِ * رَبَّنا اغْفِرْ لِى وَلِوالِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
يَوْمَ يَقُومُ الحِسابُ
“Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah
menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang mengikutiku,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang
mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan
kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang
kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang
ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua
ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).”[14]
رَبِّ اجْعَلْ هذا بَلَداً ءامِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ
الثَّمَراتِ مَنْ ءامَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ
“Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari
buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan
hari kemudian.”[15]
رَبَّنا تَقَبَّلْ مِنّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ *
رَبَّنا وَاجْعَلْنا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنا أُمَّةً مُسْلِمَةً
لَكَ وَأَرِنا مَناسِكَنا وَتُبْ عَلَيْنا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوّابُ الرَّحِيمُ *
رَبَّنا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِكَ
وَيُعَلِّمُهُمُ الكِتابَ وَالحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيزُ
الحَكِيمُ
“Ya Tuhan
kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang
yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat
yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah
untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan
Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.”[18]
[3] Bapak-bapak para nabi bukan orang musyrik dan penyembah
berhala. Dalam bahasa Arab bapak dan juga paman (yang mengurusi atau menjadi
wali anak saudaranya disebut “اَب” (ab). Aazar pembuat dan penyembah berhala adalah paman nabi
Ibrahim as yang mengurusi atau menjadi wali beliau as.
Footnote
Sumber:1.http://khazanah.republika.co.id
2.http://www.dakwatuna.com
3.http://www.quran.al-shia.org
4.https://mariberdoa.wordpress.com
Jakarta 8/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar