KAJIAN TAFSIR SURAT
ALLAHAB ?
تَبَّتْ يَدَا
أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ﴿١﴾مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ﴿٢﴾سَيَصْلَىٰ
نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ﴿٣﴾وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ﴿٤﴾فِي جِيدِهَا حَبْلٌ
مِّن مَّسَدٍ﴿٥﴾
Artinya:
- Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa.
- Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
- Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
- Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
- Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Muqaddimah
Diriwayatkan
bahwa ketika Nabi SAW diperintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan
kepada manusia, terutama kerabat dekat dan keluarga beliau. Beliau berdiri di atas
bukit seraya memanggil, “Wahai sahabat!”
Orang-orang
Quraisy pun berkumpul.
Beliau
melanjutkan, “Bagaimana menurut kalian jika aku bercerita kepada kalian bahwa
musuh akan menyerang kalian pagi atau sore hari? Apakah kalian percaya
kepadaku?”
Mereka
menjawab, “Kami percaya.”
Beliau
berkata, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan tentang siksaan yang
pedih.”
Abu
Lahab berkata, “Celakalah kamu, apakah hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami!”
Sebab
Turunnya Ayat ?
Mengenai
asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ini diterangkan dalam riwayat berikut:
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى
الْبَطْحَاءِ فَصَعِدَ إِلَى الْجَبَلِ فَنَادَى يَا صَبَاحَاهْ فَاجْتَمَعَتْ
إِلَيْهِ قُرَيْشٌ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ حَدَّثْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ
مُصَبِّحُكُمْ أَوْ مُمَسِّيكُمْ أَكُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي قَالُوا نَعَمْ قَالَ
فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ
أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا تَبًّا لَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَبَّتْ
يَدَا أَبِي لَهَبٍ إِلَى آخِرِهَا
“Dari
Ibnu Abbas bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju
Bathha`, kemudian beliau naik ke bukit seraya berseru, “Wahai sekalian
manusia.” Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul. Kemudian beliau bertanya,
“Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian, bahwa musuh (di balik
bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?”
Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda lagi, “Sesungguhnya aku adalah seorang
pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang
pedih.” Akhirnya Abu Lahab pun berkata, “Apakah hanya karena itu kamu
mengumpulkan kami? Sungguh kecelakanlah bagimu.” Maka Allah menurunkan
firman-Nya: “TABBAT YADAA ABII LAHAB..” Hingga akhir ayat.” (HR. Bukhari no.
4972 dan Muslim no. 208)
Tafsir Ayat ?
بسم الله الرحمن
الرحيم
تَبَّتْ يَدَا
أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا
ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ
مِنْ مَسَدٍ (5)
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
[1]
“Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan binasalah ia.”
Abu Lahab
adalah salah satu paman nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat memusuhi
nabi dan suka menyakiti beliau. Oleh sebab itulah Allah mencelanya dengan
celaan yang sangat keras yang akan berbuah kehinaan baginya hingga hari kiamat
tiba (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [2/1307]).
[2] “Tidak
bisa mencukupinya harta maupun apa yang diusahakan olehnya.”
Artinya
tidak akan bisa menolak azab Allah harta atau apa yang diusahakan olehnya
(lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [2/1307]).
[3] “Kelak
dia akan masuk ke dalam neraka yang menyala-nyala.”
Artinya
kelak dia akan dikepung oleh jilatan api neraka dari segala sisi (lihat Taisir
al-Karim ar-Rahman [2/1307]).
[4]
“Demikian juga istrinya sang membawa kayu bakar.”
Istri Abu
Lahab juga sangat memusuhi dan suka menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Bersama dengan suaminya, dia bahu-membahu melakukan perbuatan dosa dan
pelanggaran. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menyakiti Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu dia ‘berhasil’ menumpuk-numpuk dosa di atas
punggungnya laksana orang yang memanggul kayu bakar (lihat Taisir al-Karim
ar-Rahman [2/1308]).
Ahli tafsir
yang lain yaitu Mujahid menafsirkan bahwa ungkapan ‘sang pembawa kayu bakar’
merupakan kiasan yang bermakna orang yang suka mengadu-domba. Dahulu, Ummu
Jamil -istri Abu Lahab- suka menebar fitnah demi mengadu-domba antara nabi dan
para sahabatnya dengan kaum musyrikin. Karena perbuatannya itulah yang
menyebabkan dia dijuluki sebagai sang pembawa kayu bakar (lihat Umdat al-Qari’
[20/12])
[5] “Yang di
lehenya ada tali (kalung) dari sabut.”
Seperti
layaknya orang yang memanggul kayu bakar di atas punggungnya yang mengikatkan
tali di lehernya. Bisa juga dimaknakan, bahwa kelak di neraka dia lah yang akan
membawa kayu bakar untuk membakar suaminya seraya mengalungi tali dari bahan
sabut di lehernya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [2/1308]).
Faedah
berharga dari Surat Al Lahab:
- Allah telah menetapkan akan kebinasaan Abu Lahab dan membatalkan tipu daya yang ia perbuat pada Rasulnya.
- Hubungan kekeluargaan dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman.
- Anak merupakan hasil usaha orang tua sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya anak adalah hasil jerih payah orang tua.” (HR. An Nasai no. 4452, Ibnu Majah no. 2137, Ahmad 6/31. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini shahih). Jadi apa pun amalan yang dilakukan oleh anak baik shalat, puasa dan amalan lainnya, orang tua pun akan memperoleh hasilnya.
- Tidak bermanfaatnya harta dan keturunan bagi orang yang tidak beriman, namun sebenarnya harta dan keturunan dapat membawa manfaat jika seseorang itu beriman.
- Api neraka yang bergejolak.
- Mendengar berita neraka dan siksaan di dalamnya seharusnya membuat seseorang takut pada Allah dan takut mendurhakai-Nya sehingga ia pun takut akan maksiat.
- Bahaya saling tolong menolong dalam kejelekan sebagaimana dapat dilihat dari kisah Ummu Jamil yang membantu suaminya untuk menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Akibat dosa namimah, yaitu menyulut api permusuhan sehingga diancam akan disiksa dengan dikalungkan tali sabut dari api neraka.
- Siksaan pedih akibat menyakiti seorang Nabi.
- Terlarang menyakiti seorang mukmin secara mutlak.
- Setiap Nabi dan orang yang mengajak pada kebaikan pasti akan mendapat cobaan dari orang yang tidak suka pada dakwahnya. Inilah sunnatullah yang mesti dijalani dan butuh kesabaran.
- Akibat jelek karena infaq dalam kejelekan dan permusuhan.
- Benarnya nubuwwah (kenabian) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Ummu Jamil dan Abu Lahab mati dalam keadaan kafir secara lahir dan batin, mereka akan kekal dalam neraka.
- Tidak boleh memakai nama dengan bentuk penghambaan kepada selain Allah, karena Abu Lahab disebut dalam ayat ini tidak menggunakan nama aslinya yaitu Abdul Uzza (hamba Uzza). Padahal Al Qur’an biasa jika menyebut nama orang akan disebut nama aslinya. Maka ini menunjukkan terlarangnya model nama semacam ini karena mengandung penghambaan kepada selain Allah. (Ahkamul Quran, Al Jashshosh, 9/175)
- Nama asli (seperti Muhammad) itu lebih mulia daripada nama kunyah (nama dengan Abu … dan Ummu …). Alasannya karena dalam ayat ini demi menghinakan Abu Lahab, ia tidak disebut dengan nama aslinya namun dengan nama kunyahnya. Sedangkan para Nabi dalam Al Quran selalu disebut dengan nama aslinya (seperti Muhammad) dan tidak pernah mereka dipanggil dengan nama kunyahnya. (Ahkamul Quran, Ibnul ‘Arobi, 8/145)
- Kedudukan mulia yang dimiliki Abu Lahab dan istrinya tidak bermanfaat di akhirat. Ini berarti kedudukan mulia tidak bermanfaat bagi seseorang di akhirat kelak kecuali jika ia memiliki keimanan yang benar.
- Imam Asy Syafi’i menyebutkan bahwa pernikahan sesama orang musyrik itu sah, karena dalam ayat ini Ummu Jamil dipanggil dengan “imro-ah” (artinya: istrinya). Berarti pernikahan antara Ummu Jamil dan Abu Lahab yang sama-sama musyrik itu sah.
Sumber:1.https://rumaysho.com
2.http://www.dakwatuna.com
3.https://muslim.or.id
Jakarta 16/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar