Muhasabah: Menangis Hanya Karena Allah ?
يَوْمَ
تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ
سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
“Pada
hari setiap jiwa mendapati segala kebaikan yang dilakukannya dihadirkan dan
juga segala kejahatan yang dilakukannya. Ia ingin ada penghalang yang panjang
antara dia dan kejahatannya.”(QS
Ali Imran: 30)
Muqaddimah
Muhasabah
(menginstrospeksi diri) itu ada dua macam, sebelum beramal dan sesudahnya.
Muhasabah
sebelum beramal yaitu hendaknya seseorang berhenti sejenak, merenung di saat
pertama munculnya keinginan untuk melakukan sesuatu. Tidak bersegera kepadanya
sampai benar-benar jelas baginya bahwa melakukannya lebih baik daripada
meninggalkannya.
Hasan
al-Bashri Rahimahullah berkata, “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang
berpikir di saat pertama ia ingin melakukan sesuatu. Jika itu karena Allah ia
lanjutkan dan jika bukan karena-Nya ia menangguhkannya.”
Umar
Al Faruq berkata :
حَاسِبُوا
أنْفُسَكُم قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُا وَزِنُوْهَا قَبْلَ أَنْ تُوْزَنُوْا وَ
تَزَيَّنُوا لِلعَرْضِ الأَكْبَر
Hisablah
diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian
ditimbang. Dan berhiaslah (beramal shalihlah) untuk persiapan hari
ditampakkannya amalan hamba. [At Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah]
Menangis Karena Allah swt ?
Sufyan
berkata: “Menangis itu ada 10 macam, yakni 9 karena selain Allah dan satu
karena Allah. Bila menangis karena Allah itu datang sekali dalam setahun, maka
itu sudah terbilang banyak.” [Hilyatul Auliya’ 7/11]
Anjuran
Menangis Karena Allah
Qasamah
bin Zuhair berkata, “Abu Musa pernah berkhotbah di kota Bashrah. Ia berkata,
“Wahai manusia, menangislah. Jika kalian tidak bisa menangis, maka berusahalah
untuk menangis. Karena penghuni Neraka akan menangis dengan mengeluarkan air
mata sampai habis. Kemudian mereka akan menangis dengan mengeluarkan air mata
darah. Bahkan seandainya di situ dilepaskan beberapa perahu, pastilah akan bisa
berjalan.” [Hilyatul Auliya’ 1/261]
Keutamaan
Menangis Karena Allah
Ka’bul
Ahbar berkata, “Sungguh, aku lebih suka menangis karena Allah, lalu air mataku
mengalir diatas pipiku, daripada bersedekah dengan emas seberat timbanganku.”
[Hilyatul Auliya’ 5/366]
Buah
Dari Menangis Karena Allah
Wuhaib
bin Ward berkata, “Yahya bin Zakariya ‘alaihis salam memiliki dua garis
dipipinya akibat menangis.” Kemudian ayahnya, Zakariya ‘alaihis salam berkata,
“Sungguh, aku hanya meminta kepada Allahs eorang anak yang bisa menjadi
penyejuk mataku.” Yahya ‘alaihis salam berkata, “Ayah, sesungguhnya Jibril
‘alaihis salam memberitahuku bahwa diantara Surga dan Neraka ada sebuah gurun
yang hanya bisa dilalui oleh orang yang rajin menangis.” [Hilyatul Auliya’
8/149]
Macam-Macam
Tangisan
Yazid
bin Maisaroh berkata, “Tangisan itu berasal dari tujuh hal: gembira, sedih,
cemas, sakit,riya’, syukur, dan tangisan karena takut kepada Allah.
Inilah tangisan yang tetesan air matanya bisa memadamkan api sebesat gunung.”
[Hilyatul Auliya’ 5/235]
Cara
Mengundang Tangisan
Shalih
al-Murri berkata, “Tangisan itu bisa diundang dengan cara memikirkan dosa, jika
direspons positif oleh hati. Jika tidak, maka alihkan kepada kengerian dan
kedahsyatan hari Kiamat, jika direspons positif. Jika tidak, maka tawarkanlah
kepadanya untuk berguling-guling di antara nampan-nampan api (Neraka).”
Kemudian ia pun menangis dan pingsan. Dan orang-orang pun berteriak histeris.
[Hilyatul Auliya’ 6/167]
Orang-Orang
Shalih Terdahulu Yang Menangis Karena Takut Kepada Allah
1.
Abdussalam (mantan budak Maslamah bin Abdul Malik) berkata, “Umar bin Abdul
Aziz pernah menangis, lalu Fathimah ikut menangis. Namun mereka tidak tahu apa
yang membuat mereka menangis. Ketika mereka selesai menangis, Fathimah
bertanya, “Ya Amirul Mukminin, mengapa anda menangis?” Umar menjawab,
“Fathimah, aku teringat hari dimana manusia dipisahkan dari hadapan Allah; satu
kelompok di dalam Surga dan kelompok lainnya di dalam Neraka.” Kemudian ia
berteriak dan pingsan. [Hilyatul Auliya’ 5/269]
2.
Apabila Umar bin Abdul Aziz mendengar pembicaraan tentang kematian, maka
tubuhnya menggelepar seperti burung dan menangis sampai air matanya mengalir di
jenggotnya.” [Hilyatul Auliya’ 3/316]
3.
Hani’ (mantan budak Utsman bin Affan) berkata, “Apabila Utsman bin Affan berdiri
di atas kuburan, ia menangis hingga jenggotnya basa oleh air mata.” [Hilyatul
Auliya’ 1/61]
4.
Malik bin Anas berkata, “Muhammad bin Munkadir adalah penghulu para pembaca.
Hampir setiap kali ada orang yang bertanya kepadanya tentang hadits, ia selalu
menangis.” [Hilyatul Auliya’ 2/147]
5.
Abu Ayyub al-A’raj berkata, “Sa’id bin Jubair selalu menangis di malang hari
sampai rabun.” [Hilyatul Auliya’ 4/272]
6.
Sa’id bin Jubair berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih perhatian
terhadap kemuliaan Baitullah ini daripada orang Bashrah. Pada suatu malam aku
pernah melihat seorang wanita muda bergelayutan pada tirai Ka’bah. Ia
memanjarkan doa, menangis dan menghiba sampai meninggal dunia.” [Hilyatul
Auliya’ 4/276]
7.
Ali bin Abdillah berkata, Kami pernah bersama Yahya bin Sa’id al-Qaththan.
Ketika ia keluar dari masjid, kami pun keluar bersamanya. Tatkala tiba di pintu
rumahnya ia berdiri, dan kami pun berdiri. Lalu ia berkata kepada seorang pria,
“Bacalah!” Pria itu pun membaca surat ad-Dukhan. Ketika ia mulai membaca aku
melihat Yahya bin Sa’id berubah, hingga ketika sampai pada ayat,
“Sesungguhnya
hari keputusan itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.” [QS.ad
Dukhan:40]
Tiba-tiba
Yahya menjerit dan pingsan. Ia baru siuman setelah sekian lama. Kemudian kami
menemuinya. Ternyata ia tengah tertidur di atas pembaringannya serayas membaca,
“Sesungguhnya hari keputusan itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka
semuanya.” [QS.ad Dukhan:40]. Maka keadaan itu terus berlangsung sampai ia
meninggal dunia. [Hilyatul Auliya’ 8/383] (Sumber: Disalin dari
1000 Hikmah Ulama Salaf, Bab.Menangis Karena Allah, Hal. 335 dst, Penerbit
Elba. by : alqiyamah.wordpress.com)
Amal yang diterima ?
Ali bin Abi Thalib berkata:
“Hendaklah kalian lebih memperhatikan agar amal kalian diterima (setelah beramal),
dari pada perhatian kalian terhadap amalan kalian (tatkala sedang beramal).
Apakah kalian tidak mendengar firman Allah إِنَّمَا
يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
(Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa – [Al Maidah
: 27].
Fadhalah dia
berkata: “Saya mengetahui, bahwa Allah menerima amalan saya walaupun sekecil
biji sawi lebih saya sukai, daripada dunia dan seisinya, karena Allah berfirman
: Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa. [Al Maidah
: 27]”. Ibnu Rajab Wazdaif
Ramadhan/73
Abu Darda
berkata,”Saya mengetahui, bahwa Allah telah menerima dariku satu shalat saja
lebih aku sukai dari pada bumi dan seluruh isinya, karena Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa. [Al Maidah :
27]”
Hasan al-Bashri berkata,
“Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berpikir di saat pertama ia ingin
melakukan sesuatu. Jika itu karena Allah ia lanjutkan dan jika bukan karena-Nya
ia menangguhkannya.”
‘Atha` As Sulami
berkata,”Waspadalah, jangan sampai amalanmu bukan karena Allah.”
Abdulaziz
bin Abi Ruwwad berkata,”Aku mendapati mereka (para salaf) sangat
bersungguh-sungguh tatkala beramal shalih. Namun jika mereka telah selesai
beramal, mereka ditimpa kesedihan dan kekhawatiran apakah amalan mereka
diterima atau tidak?” Tafsir Ibnu
Katsir, surat Al Maidah : 27
Sumber:https://mmusthofa124.wordpress.com
Jakarta 18/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar