MENGENAL IMAM
SYAFII ?
Muqaddimah
Siapa tak kenal Imam Syafi’i? Bapak
ushul fiqih ini tak hanya tenar karena kepakarannya di bidang hukum Islam.
Sejumlah ulama menilai, Imam Syafi’i juga layak dianggap pelopor disiplin
keislaman lainnya, seperti ilmu tafsir dan musthalah hadits.
Nama asli
Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris. Lengkapnya, Abu ‘Abdillah Muhammad bin
Idris bin Al ‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’. Nasab Imam Syafi’i sampai pada pada
Hasyim bin Al Muthollib bin ‘Abdu Manaf dan bertemu dengan nasab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pada ‘Abdu Manaf.
Imam Syafi’i
dilahirkan di Ghaza tahun 150 H. Beliau dibesarkan dalam keadaan yatim dan
fakir. Sejak usia belia, Imam Syafi’i sudah menghafalkan Al Qur’an. Lalu beliau
menekuni hadits. Kemudian beliau sibuk memperdengarkan hadits, menulis,
menyusun dan menghafalnya.
Imam Syafi’i
belajar ilmu agama pada ulama fikih dan hadits di Makkah. Beliau mengambil ilmu
fikih dari Muslim bin Kholid Az Zanjiy. Beliau juga melakukan perjalanan ke
Imam Malik dan membaca kitab Al Muwatho’
di hadapan beliau. Beliau juga melakukan perjalanan menuntut ilmu ke Irak dan
mengambil fikih Abu Hanifah dari muridnya, Muhammad bin Al Hasan dan beliau
mulai menelaah dengan pendapat yang pernah ia pelajari.
Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah
abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu
tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu
Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab
tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya
mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam
al-Fahrasat.
Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya
adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah
al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Al-Quran dan As-Sunnah serta
kedudukannya dalam syariat.
Pembela Sunnah wal
Hadits ?
Setelah
rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil
Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam
kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan
pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai
menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan
tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan
hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh.
Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7
tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’
karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan
Imam Malik di Madinah.
Sebagai
seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul
Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah
aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber
hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya
hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau
berkata, “Jika kalian telah mendapatkan
Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat
yang lain.” Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu,
beliau mendapat gelar Nashir
as-Sunnah wa al-Hadits.
Guru dan Murid-muridnya
?
Guru-guru beliau : Al-Hafiz berkata, ”Imam
Asy-Syafi’i berguru kepada Muslim bin khalid Az-Zanji, Muhammad bin
Syafi’i (paman beliau), Abbas, Sufyan bin Uyainah, Fudhail bin Iyadh Imam Malik
bin Anas, Ibrahim bin Sa’ad, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, Ad-Darawardi, Abdul
Wahab Ats-Tsaqafi, dan banyak lagi yang lainnya.
Murid-murid
beliau : Adalah Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Bakar Abdullah bin
Az-Zubair Al-Humaidi, Ibrahim bin Al-mundzir Al-Hizami, Imam Ahmad bin
Hambal, dan yang lainnya.
Di ANTARA Ahli hadits
Yang mengikuti madzhab Syafi'i Adalah al-Bukhari, Muslim, al-Nasa'i, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Ismailiyah, al-Daraquthni, Abu Nu'aim, al-Khathib
al-Baghdadi , al-Hakim, al-Khaththabi, al-Baihaqi, al-Silafi, Ibnu Asakir,
al-Sam'ani, Ibnu al-Najjar, Ibnu al-Shalah, al-Nawawi, al-Dimyathi, al-Mizzi,
al Dzhahabi, Ibnu Katsir, al-Subki, Ibnu Sayyidinnas, al-'Iraqi, al-Haitsami,
Ibnu Hajar al-'Asqalani, al-Sakhawi, al-Suyuthi Dan Lain-lain.
Murid dan Penyebar
Madzhab Syafi’i
Murid-murid Imam Syafi’i dan yang menyebarkan
ilmu beliau amat banyak, namun yang menonjol dalam menyebarkan madzhab
beliau adalah:
1- Murid
yang di Mesir yang menukil pendapat jadid (baru) dari Imam Syafi’i yang masyhur
adalah
(a) Al
Muzanniy, nama aslinya adalah Isma’il bin Yahya Al Muzanniy, lahir tahun 175 H
dan meninggal tahun 254 H. Ketika Imam Syafi’i tiba di Mesir, ia mulai belajar
dari beliau hingga Imam Syafi’i wafat. Namun kalangan Syafi’iyah menganggap
Muzanniy sebagai mujtahid mutlak karena ia berbeda pandangan dalam beberapa
masalah dengan Imam Syafi’i. Beliau memiliki karya Mukhtashor Al Muzanniy yang
dicetak sebagai catatan kaki dari kitab Al Umm.
(b) Al
Buyuthiy, nama beliau adalah Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya Al Buyuthiy. Beliau
berasal dari daerah Buyuth di dataran tinggi Mesir. Ia adalah di antara murid
senior Imam Syafi’i. Imam Syafi’i kadang menjadikan pendapatnya sebagai rujukan
dalam berfatwa. Beliau juga memiliki Mukhtashor Al Buyuthiy.
(c) Ar Robi’
bin Sulaiman Al Marodiy, periwayat kitab Al Umm. Ia yang menyalin kitab Al Umm,
saat Imam Syafi’i masih hidup
2- Murid
yang di Irak yang menukil pendapat qodim (lama) dari Imam Syafi’i, yaitu:
(a) Al Hasan
bin Muhammad, lebih dikenal dengan Al Za’faroniy. Ia meninggal dunia tahun 260
H.
(b) Abu ‘Ali
Al Husain bin ‘Ali, terkenal dengan Al Karobisiy. Ia wafat tahun 264 H.
Sanjungan Para Ulama
Terhadapnya ?
Abu Nu’aim Al-Hafizh berkata, ”diantara ulama
terdapat imam yang sempurna,
berilmu dan mengamalkannya, mempunyai keilmuan yang tinggi, berakhlak mulia dan dermawan. Ulama demikian ini adalah cahaya diwaktu gelap yang menjelaskan segala kesulitan dan ilmunya menerangi belahan Timur sampai Barat. Madzhabnya di ikuti oleh orang banyak,baik yang tinggal di darat maupun dilautan karena madzhabnya didasarkan pada sunnah, atsar dan sesuatu yang telah disepakati para sahabat Anshar dan Muhajirin, dan terambil dari perkataan imam pilihan. Ulama itu adalah Abu Abdilllah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Aimmah Al-Ahbar Al-Hijazi Al-Muthalibi.
Dari Ayyub bin Suwaid, dia berkata, ”aku tidak pernah membayangkan kalau dalam hidupku ini aku dapat bertemu dengan orang seperti Imam Asy-Syafi’i. Ar-Razi berkata, ”sesungguhnya sanjungan dan pujian para ulama terhadap Imam Asy-Syafi’i sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Ibadah, Kewara’an dan Kezuhudannya Bahr bin Nashr berkata, ”di masa Imam Asy-Syafi’i, aku belum pernah melihat dan mendengar ada orang yang bertaqwa dan wira’i melebi Imam Asy-Syafi’i. Begitu juga aku belum pernah mendengarkan ada orang yang melantunkan Al-Qur’an dengan suara yang lebih bagus darinya.”
Al – Husain Al Karabisi berkata, ”Aku bermalam bersama Asy Syafi’i selama delapan puluh malam, dia selalu sholat sekitar sepertiga malam. Dalam sholatnya, aku juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari delapan puluh ayat, kalau pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat, maka ia selalu berdoa untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Dan ketika membaca ayat yang berisi adzab, maka ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan penuh harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.
berilmu dan mengamalkannya, mempunyai keilmuan yang tinggi, berakhlak mulia dan dermawan. Ulama demikian ini adalah cahaya diwaktu gelap yang menjelaskan segala kesulitan dan ilmunya menerangi belahan Timur sampai Barat. Madzhabnya di ikuti oleh orang banyak,baik yang tinggal di darat maupun dilautan karena madzhabnya didasarkan pada sunnah, atsar dan sesuatu yang telah disepakati para sahabat Anshar dan Muhajirin, dan terambil dari perkataan imam pilihan. Ulama itu adalah Abu Abdilllah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Aimmah Al-Ahbar Al-Hijazi Al-Muthalibi.
Dari Ayyub bin Suwaid, dia berkata, ”aku tidak pernah membayangkan kalau dalam hidupku ini aku dapat bertemu dengan orang seperti Imam Asy-Syafi’i. Ar-Razi berkata, ”sesungguhnya sanjungan dan pujian para ulama terhadap Imam Asy-Syafi’i sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Ibadah, Kewara’an dan Kezuhudannya Bahr bin Nashr berkata, ”di masa Imam Asy-Syafi’i, aku belum pernah melihat dan mendengar ada orang yang bertaqwa dan wira’i melebi Imam Asy-Syafi’i. Begitu juga aku belum pernah mendengarkan ada orang yang melantunkan Al-Qur’an dengan suara yang lebih bagus darinya.”
Al – Husain Al Karabisi berkata, ”Aku bermalam bersama Asy Syafi’i selama delapan puluh malam, dia selalu sholat sekitar sepertiga malam. Dalam sholatnya, aku juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari delapan puluh ayat, kalau pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat, maka ia selalu berdoa untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Dan ketika membaca ayat yang berisi adzab, maka ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan penuh harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.
Kedermawanan Beliau ?
Ibnu Abdil
Hakam mengatakan bahwa Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling dermawan
terhadap sesuatu yang ia miliki. Ketika ia lewat di tempat kami dan
tidak melihat diriku maka ia meninggalkan pesan agar aku datang
kerumahnya. Oleh karena itu aku sering makan siang dirumahnya. Ketika
aku duduk bersamanya untuk makan siang, maka ia menyuruh
budak perempuannya agar memasak makanan untuk kami. Lalu ia tetap setia
menunggu di meja makan hingga kami selesai dari makan.Dari Ar-Rabi’ bin sulaiman, ia berkata
”ketika Imam Asy-Syafi’i sedang meniki keledai melewati pasar, maka tanpa
sadar cemeti ditangannya jatuh mengenai salah seorang tukang sepatu,
sehingga ia pun turun mengambil cemeti dan mengusap orang tersebut.
Kemudian Imam Asy-Syafi’i berkata Ar-Rabi’, ”berikan uang Dinar yang ada padamu
kepadanya,” Ar-Rabi’ berkat ”Aku tidak tahu, enam atau sembilan dinar yang
aku berikan kepada tukang sepatu tersebut.
Pesan Pencari Ilmu ?
Imam
Syafi’i, ulama besar itu, berpesan:
Di antara
keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai
pelayannya.
Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang
mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena
kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.
Wahai
saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku
ceritakan perinciannya dibawah ini: Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh,
bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa. Setiap ilmu selain Al-Qur’an
melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama. Ilmu adalah yang
berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.
Saudaraku,
lebih jauh Imam Syafi’i juga berpesan:
Bersabarlah
terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barangsiapa belum merasakan
pahitnya belajar walau sebentar,Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa
ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah
hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.
Ilmu adalah
tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah
bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.
Ketahuilah
ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan
pakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah
bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.
Sumber:1.https://adan1994nuri.wordpress.com
2.http://www.nu.or.id 3.https://muslim.or.id
4.https://rumaysho.com
5.https://www.islampos.com
Jakarta 3/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar