HIDUP MENITI
JALAN YANG BENAR ?
قُلْ بِفَضْلِ
اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah:
Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa
(yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa.” (QS. Al
An’aam: 153)
Muqaddimah
SIAPA yang tidak
ingin hidup bahagia di dunia? Seluruh manusia tentu sangat mendambakannya.
Tetapi, sebagai Muslim, tentu saja tidak sekedar berharap bahagia di dunia,
tetapi juga mulia di akhirat. Inilah harapan terdalam dari sanubari setiap
insan beriman.
Akan tetapi,
di era yang umat Islam terhegemoni oleh peradaban materialisme, tidak sedikit
dari kalangan umat Islam yang mengalami disorientasi, sehingga iman di dadanya
tidak lebih dari sekedar penguatan ritual semata. Belum sampai pada penguatan
iman yang sesungguhnya, yakni bagaimana sejatinya hidup di dunia ini yang
sesuai dengan tuntunan-Nya.
Jika memang
sama-sama memiliki keinginan hidup bahagia di dunia dan mulia di akhirat, tidak
mungkin seorang Muslim akan bertindak ceroboh atau gegabah dalam kehidupan
sehari-harinya. Apalagi sampai melukai atau menjatuhkan orang lain dengan
maksud-maksud yang tidak semestinya.
Akhirat yang
Utama ?
Al-Qur’an
telah memberikan bukti sejarah akan hal tersebut. Bagaimana orang yang berkuasa
dan kaya ternyata harus mati dalam kondisi mengenaskan lagi terhina. Termasuk
kehidupan kaum-kaum terdahulu, yang sangat gagah, canggih, modern, tetapi
akhirnya binasa seketika.
Jelas,
mereka memiliki kekuatan materi di dunia, tetapi mereka tidak bahagia.
Sebaliknya, para Nabi dan Rasul, kecuali Nabi Sulaeman Alayhissalam, seluruhnya
hidup biasa-biasa saja. Namun, mereka sangat bahagia. Bahkan Allah menyebut
mereka semua yang mulia itu sebagai orang-orang yang beruntung. Mengapa
demikian?
Ternyata hal
ini Rasulullah Shallallahu Alayhi wasallam terangkan dalam satu haditsnya. “Barangsiapa yang kehidupan akhirat menjadi
tujuan utamanya, niscaya Allah akan meletakkan rasa cukup di dalam hatinya dan
menghimpun semua urusan untuknya serta datanglah dunia kepadanya dengan hina.
Barangsiapa yangkehidupan dunia menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah
meletakkan kefakiran di hadapan kedua matanya dan menceraiberaikan urusannya
dan dunia tidak bakal datang kepadanya, kecuali sekedar yang telah ditetapkan
untuknya.” (HR. Tirmidzi).
Bahagia Dunia dan Akhirat ?
" Demi
masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan
beramal soleh dan mereka pula, berpesan-pesan dengan kebenaran dan
berpesan-pesan dengan kesabaran." (QS.al-"Asr: 1 - 3)
Untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, maka perlulah kita memiliki
Iman yang teguh, dan amalan soleh, serta saling berpesan kepada kebenaran dan
kesabaran.
Iman ialah keyakinan teguh, kepada Allah S.W.T. dan Rasulnya, sebagaimana dijelaskan dalam
al-Quran :
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, hanyalah orang yang percaya kepada Allah dan
RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS al-Hujurat :15)
Allah
berfirman yang maksudnya: "Sesungguhnya
manusia itu dalam kerugiaan, kecuali orang yang beriman dan beramal
soleh, dan mereka pula saling berpesan-pesan dengan kebenaran dan dan
berpesan-pesan dengan kesabaran." (Qs.al-'Asr :1 - 3)
Amal soleh ialah ialah
perbuatan manusia yang sesuai dengan petunjuk Allah S.W.T. Amal soleh adalah
kesempurnaan iman seseorang.
Menegakkan kebenaran, didunia ini banyak amal perbuatan keji dan zalim, dilakukan oleh
manusia, oleh itu perlulah ada orang-orang yang terus berusaha untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan.
Menegakkan kesabaran. Sudah tentu dalam usaha untuk menegakkan kebenaran maka kita akan
menghadapi berbagai halangan dan rintangan, hanya mereka yang sabar saja yang
akan memperoleh kejayaan.
Jika di
antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang
berbahagia, maka Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,
ٌّفَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَيَشْقَى
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Barang
siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta.” (QS. Thoha: 123-124)
Dan juga
dalam firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ
صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً
طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Ulama’ salaf
yang lain mengatakan, “Aku
berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat malam selama setahun lamanya dan aku
bisa melihat usahaku ini yaitu mudah bangun malam selama 20 tahun lamanya.”
Ikhtitam
Imam Ibnul
Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang
siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat
kelak.’” Wallahu a’laam.
Sumber:1.https://muslim.or.id
2.http://www.shiar-islam.com
3.http://www.hidayatullah.com
Jakarta 16/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar