PRIBADI RASUL SAW ?
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا {الأحزاب : 21}
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
وَإِنَّكَ
لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” [Al-Qalam: 4].
Muqaddimah
NABI Muhammad saw memiliki akhlah yang mulia,
bahkan istrinya, Siti Aisyah ra mengatakan apabila ingin mengetahui akhlak
rasulullah maka akhlaknya rasul akhlaqul quran. Hal ini disampaikan Syeikh Ali Jaber saat mengisi ceramah dalam
peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, di Halaman Balai Kota Banda Aceh, Kamis
(26/2).
Lanjutnya,
ketika Rasulullah mendengar perintah Allah dalam alquran agar orang beriman
bertakwa dengan baik, maka Rasul bertakwa dengan baik. “Apabila kita bertakwa
dengan baik kepada Allah, jujur maka kita mengikuti akhlak Rasulullah,” ujar
Syeikh Ali Jaber yang juga imam di Masjid Nabawi, Madinah.
Aisyah ra
menceritakan saat Rasulullah pulang ke rumah dan Aisyah sebagai istri Beliau
menyediakan minum kepada Rasul. “Ketika minum, astaghfirullah asin. Lalu
bagaimana cara Rasul mengatasi dan memberitahukan kesalahannya, caranya sopan
sekali. Rasulullah memanggil Ya Humaira, kamu haus tidak? Ayo temani saya
minum. Siti Aisyah karena sayang dan cinta kepada rasul maka dimana rasul minum
maka disitu ia meminumnya. Lalu Aisyah berkata, Ya rasul maafkan. Maka selesai
masalahnya, dan mengingat cara rasul yang lembut saat memberitahu maka tidak
berani untuk salah lagi,” tutur Syeikh Ali Jaber.
“Kita punya
kehidupan yang bertanggung jawab melanjutkan perjuangan rasulullah, para alim
ulama, walisongo yang meninggalkan keluarga, dan tidak mau urus jabatan. Demi
siapa? demi kita supaya selamat di dunia dan akhirat,” kata Syeikh yang
menjalani pendidikan formal dan informalnya di Madinah.
Contoh Akhlak Rasul ?
Suatu ketika
Rasulullah SAW berjalan di Kota Makkah. Beliau melihat seorang wanita tua
menunggu seseorang yang bisa dimintai tolong membawakan barangnya.
Benar saja,
begitu Rasulullah lewat di depannya, ia memanggil, “Ya ahlal Arab! Tolong
bawakan barang ini, nanti akan kubayar.”
Rasulullah SAW sengaja lewat di hadapan nenek itu karena bermaksud hendak menolongnya. Maka, ketika Rasulullah menghampirinya, beliau segera mengangkat barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa bayaran.”
Nenek tua itu amat senang mendengar perkataan tersebut karena selama ini amat jarang orang membantunya tanpa pamrih. Biasanya, walaupun tidak meminta, tetapi jika dia memberi bayaran, orang dengan senang hati akan menerimanya. Dia pandangi wajah Muhammad yang bersih dan teduh. Dia yakin anak muda yang menolongnya kini adalah seorang pemuda yang berbudi luhur.
Rasulullah SAW sengaja lewat di hadapan nenek itu karena bermaksud hendak menolongnya. Maka, ketika Rasulullah menghampirinya, beliau segera mengangkat barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa bayaran.”
Nenek tua itu amat senang mendengar perkataan tersebut karena selama ini amat jarang orang membantunya tanpa pamrih. Biasanya, walaupun tidak meminta, tetapi jika dia memberi bayaran, orang dengan senang hati akan menerimanya. Dia pandangi wajah Muhammad yang bersih dan teduh. Dia yakin anak muda yang menolongnya kini adalah seorang pemuda yang berbudi luhur.
Di tengah
perjalanan wanita itu menasihati Rasul. “Kabarnya di Kota Makkah ini ada
seorang yang mengaku nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau dengan orang
itu. Jangan sampai engkau teperdaya dan memercayainya.”
Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan kini bersamanya adalah Muhammad, sang nabi.
Maka, Rasul SAW berkata kepadanya, “Aku ini Muhammad...”
Nenek tua itu terperangah mengetahui pemuda yang menolongnya ada lah Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu juga nenek itu langsung meminta maaf dan bersyahadat. Ia pun kemudian memuji akhlak Rasul. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang luhur.”
Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan kini bersamanya adalah Muhammad, sang nabi.
Maka, Rasul SAW berkata kepadanya, “Aku ini Muhammad...”
Nenek tua itu terperangah mengetahui pemuda yang menolongnya ada lah Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu juga nenek itu langsung meminta maaf dan bersyahadat. Ia pun kemudian memuji akhlak Rasul. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang luhur.”
Suatu hari,
Rasul pernah ditanya oleh sahabatnya. “Ya Rasul, apakah inti Islam?” Rasul
menjawab, “Inti Islam adalah Akhlakul Karimah, Akhlakul Karimah, Akhlakul
Karimah”. Kemudian Rasul ditanya lagi, “Ya Rasul, apa inti akhlak?”, dijawab
oleh Rasul, ”1. Jangan berdusta, 2. Tepati janji, 3. Amanah, 4. Istiqomah”.
Hikmah Kesempurnaan Fisik dan Akhlak Nabi ?
Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah
menerangkan terdapat banyak kunci hidayah dan faktor yang menyebabkan orang
masuk Islam. Kunci hidayah yang banyak ini menunjukkan keluasan rahmat Allah Ta’ala bagi hamba-Nya. Hal
tersebut disebabkan adanya perbedaan tingkat daya tangkap akal dan hati mereka.
Di antara faktor kunci hidayah tersebut, yaitu menyaksikan kesempurnaan yang
melekat pada diri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ibnul Qayim rahimahullah
berkata, “…Di antara mereka (orang-orang kafir) ada yang memperoleh hidayah
(masuk Islam) dengan melihat kondisi dan sifat bawaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa
kesempurnaan akhlak, fisik dan perbuatan…” (Miftahu
Daris Sa’adah, Hal. 340).
Syaikh
as-Sa’di rahimahullah
mengatakan, “Termasuk faktor yang bisa meningkatkan dan mendatangkan keimanan
ialah mengenal Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan budi pekertinya yang luhur serta
sifat-sifat fisiknya yang sempurna. Orang yang benar-benar mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia
tidak merasa ragu terhadap kejujuran beliau dan kebenaran risalah yang beliau
bawa yaitu Al Quran dan Sunnah, serta agama yang benar, sesuai firman Allah Ta’ala, (artinya) “Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka,
karena itu mereka memungkirinya?” (QS. Al-Mukminun:69).
Maksudnya,
dengan mengenal beliau akan melahirkan semangat untuk segera mengimaninya (bagi
orang yang belum beriman) dan meningkatkan keimanan (bagi orang yang telah
beriman kepada beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam).
Syaikh
as-Sa’di melanjutkan, bahwa orang yang munshif
(moderat), yang tidak mempunyai keinginan kecuali mengikuti kebenaran, hanya
dengan sekedar melihat beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam dan mendengarkan tutur katanya, akan segera
beriman kepada beliau dan tidak ragu terhadap risalahnya. Banyak orang yang
hanya sekedar menyaksikan wajah beliau menjadi yakin bahwa wajah itu bukanlah
wajah seorang pendusta (Asbab
Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, Hal. 34-35).
Sumber:1.http://buletin.muslim.or.id
2.http://www.dakwatuna.com 3.http://www.republika.co.id
4.http://aceh.tribunnews.com
Jakarta 21/12/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar