MENGENAL IBLIS DKK ?
Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin,
dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: “Ini
adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.”
Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini
adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”
Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari
malaikat, menurut Al-Qurthubi, adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu
‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. Alasannya adalah firman Allah:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(Al-Baqarah: 34)
Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat
Israiliyat.
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama,
insya Allah, karena kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas.
Adapun alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah
ayat 34), sebenarnya ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat.
Karena susunan kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ (yaitu yang dikecualikan
tidaklah termasuk jenis yang disebutkan).
Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah
cerita Israiliyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dalam masalah ini (asal-usul
iblis), banyak yang diriwayatkan dari ulama salaf. Namun mayoritasnya adalah
Israiliyat (cerita-cerita dari Bani Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan
untuk dikaji –wallahu a’lam–, Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita
itu. Dan di antaranya ada yang dipastikan dusta, karena menyelisihi kebenaran
yang ada di tangan kita. Dan apa yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari
yang selainnya dari berita-berita itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94)
Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yang disebutkan para
ahli tafsir dari sekelompok ulama salaf, seperti Ibnu ‘Abbas dan selainnya, bahwa
dahulu iblis termasuk pembesar malaikat, penjaga surga, mengurusi urusan
dunia, dan namanya adalah ‘Azazil, ini semua adalah cerita Israiliyat yang
tidak bisa dijadikan landasan.” (Adhwa`ul Bayan, 4/120-121)
Bersambung...by Abi Umar
Siapakah Setan?
Setan atau Syaithan (شَيْطَانٌ) dalam bahasa Arab diambil dari kata (شَطَنَ) yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa
itu dari kata (شَاطَ) yang berarti terbakar atau batal. Pendapat
yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata
Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah Subhanahu wa
Ta’ala (Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab
adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala
sesuatu.
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi
itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis
manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka
disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan
makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir,
1/49)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua
yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127).
Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071).
Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat
112:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi
itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu
‘anhu, ia berkata: Aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu
Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit
dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata:
“Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan
jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia ada
setan?” Beliau menjawab: “Ya.”
Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa
sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits
tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu dan keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)
Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Muslim:
الْكَلْبُ اْلأَسْوَدُ شَيْطَانٌ
“Anjing hitam adalah setan.”
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam–
yaitu setan dari jenis anjing.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)
Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid dan yang
dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.
Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu,
tapi itu adalah pendapat yang lemah. (ed)
Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam
menyesatkan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ. قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِيْنَ
“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu
mereka dibangkitkan’, Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang
diberi tangguh.’ Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat,
aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 14-17)
Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis
itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (Al-Kahfi: 50)
Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat ini
adalah setan-setan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)
Penggambaran Tentang Jin
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu
yang bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup
berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang
tersembunyi.
Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi
rahimahullahu mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka
dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa
masuk dari tempat manapun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya
setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita
menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya.
Demikian pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka
setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap’. Jika seseorang makan dan
mengucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan
bersantap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat
berupa ular dan kalajengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda,
bighal, keledai dan juga burung. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu
setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka
hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak,
seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih
signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu
Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda.
Jin yang shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik.
Sedangkan jin yang jahat dan merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan
tempat-tempat yang kotor. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam
sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu:
ابْغِنِي أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا وَلاَ تَأْتِنِي بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ. فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمَلُهَا فِي طَرَفِ ثَوْبِي حَتَّى وَضَعْتُهَا إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ؟ قَالَ: هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ وَإِنَّهُ أَتَانِي وَفْدُ جِنِّ نَصِيْبِيْنَ وَنِعْمَ الْجِنُّ فَسَأَلُوْنِي الزَّادَ فَدَعَوْتُ اللهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا
“Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci
dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran hewan.” Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan
kusimpan di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.”
Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran
hewan?”
Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin.
Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin, dan mereka adalah
sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah
untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka
mendapatkan makanan.” (HR. Al-Bukhari no. 3860 dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, dalam riwayat Muslim disebutkan: “Semua tulang yang
disebutkan nama Allah padanya”, ed)
Tipu Daya Iblis
Syekh Hadhromi mengatakan, pada suatu masa Nabi Yahya
as. telah didatangi oleh seorang iblis yang menyerupai seorang laki-laki,
kemudian nabi Yahya bertanya kepada iblis itu, "Bagaimana pandanganmu
kepada kami sejenis manusia ini?" jawab iblis, "Dalam menjalankan
tipu daya kami kepada manusia itu, kami bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Manusia yang kami pandang seperti bola yang
dipermainkan anak-anak, mereka itu kami tarik kemana saja yang kami sukai.
Mereka itu selalu menjadi hamba kami, kami tarik tali hidungnya karena manusia
serupa itu lupa kepada Allah Ta'ala.
2. Manusia yang berjuang dengan kami, sekali kami mendapat
kemenangan dan sekali kemenangan itu di pihak manusia. Manusia pada tingkat ini
adalah manusia yang apabila ia ingat kepada Allah, dengan serba karena Allah
dalam segala amal dan segala hal, maka ia akan menang, dan apabila ia beramal
karena yang lainnya, bercampur dengan riya', sum'ah, atau hatinya tidak merasa
beserta Allah, maka pada waktu itu kami akan menang.
3. Manusia yang menjadi musuh kami dan kami tidak
pernah mendapat kemenangan, kekalahan selalu tetap dipihak kami, yaitu golongan
manusia yang hatinya ingat kepada Allah, yang selalu bertali kepada Allah tidak
pernah lupa kepada Allah Ta'ala walaupun ia sedang tidur."
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Wahab bin
Manbah, Allah swt. telah menyuruh Iblis mendatangi Rasulullah saw. dan iblis
bersedia menjawab semua pertanyaan Rasulullah saw. Iblis datang menemui beliau,
dengan menyerupai seseorang yang telah tua dengan memegang sebuah tongkat.
Kemudian Rasulullah saw. bertanya, "Siapakan engkau ini? "Saya adalah
iblis." "Mengapa engkau datang kesini? "Sesungguhnya aku ini
disuruh Allah mengunjungi Tuan dan saya mesti menjawab semua pertanyaan
Tuan."
Kata Rasulullah, "Hai iblis berapa macamkah
musuhmu dari umatku?" jawab iblis, "Musuhku ada lima belas macam:
1. Engkau sendiri, 2. Raja-raja yang adil, 3.
Orang-orang kaya yang tawadhu', 4. Saudagar yang jujur, 5. Orang yang alim yang
khusyuk yang benar-benar menjunjung perintah Allah, 6. Orang mukmin yang suka
menasehati orang, 7. Orang mukmin yang pemurah dan baik hati, 8. Orang yang segera
bertobat yang bersungguh-sungguh melakukan tobatnya, 9. Orang yang tidak suka
barang yang haram, 10. Orang yang mendawamkan wudhu, 11. Orang mukmin yang
banyak sedekahnya, 12. Orang mukmin yang baik akhlaknya kepada sesama manusia,
13. Orang mukmin yang suka menolong orang yang berhajat, 14. Pembawa Al-Quran
yang selalu dibacanya, dan yang ke-15. Orang mukmin yang asyik beribadah waktu
malam, padahal orang-orang lain dalam keadaan nyenyak.
Kemudian Rasulullah saw bertanya lagi, "Siapakah
sahabatmu?" jawab iblis, "Sahabatku ada sepuluh macam, 1. Raja-raja
yang zalim, 2. Orang kaya yang sombong, 3. Saudagar yang khianat, 4. Orang yang
minum arak dan tuak, 5. Orang yang selalu menggunjing, 6. Orang yang berzina.
7. Orang yang makan harta anak yatim, 8. Orang yang meringan-ringankan shalat.
9. Orang yang menahan zakat, dan 10. Orang yang menganggap dirinya berumur
panjang."
Dengan sedikit cerita diatas, dapatlah kiranya kita
mengenal siapakah sesungguhnya iblis itu dan segala tipu dayanya untuk
menyesatkan manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya iblis itu adalah pembawa
kekacauan yang ingin mengacau iman kita kepada Allah swt. Sesungguhnya syetan
itu musuh yang nyata dan menyesatkan.
Jakarta 5/11/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar