Rabu, 12 November 2014

BERSIFAT RAPUH




MANUSIA Lemah ?
Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An-Nisa’: 28)

Allah swt menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk baik jasmani maupun ruhani sehingga ia dberikan kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Dengan kelebihan itulah manusia diwajibkan hanya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu serta sebagi khalifah di muka bumi ini. Meskipun demikian, manusia juga banyak kelemahan dan kekhilafan akibat perbuatannya sendiri dan mengabaikan hidayah Allah swt, melalui firman-firman-Nya dan kekuasaan-Nya serta petunjuk Rasulullah saw dalam menjalani hidup ini.

Allah SWT berfirman:

߃̍ムª!$# br& y#Ïeÿsƒä öNä3Ytã 4 t,Î=äzur ß`»|¡RM}$# $ZÿÏè|Ê ÇËÑÈ

Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An-Nisa’: 28)

Ibnu Thawus mengatakan tentang ayat ini:”manusia dijadikan bersifat lemah dalam perkara wanita.”[1]

Maksud bersifat lemah dalam ayat ini adalah manusia lemah menghadapi keinginannya sendiri ingin kaya dengan cara jalan pintas, tanpa mengindahkan norma-norma agama, mengabaikan halal-haram. Muhammad Ali Ashabuni menafsirkan bersifat lemah yang dimaksud: “manusia lemah mengendalikan hawa nafsu, tidak sabar menahan syahwat-syahwatnya lalu Allah swt memperingati jangan sampai memakan barang dengan cara yang batil.”[2]

Firman ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam kadaan lemah, boleh jadi lemah menghadapi keserkahannya, kesombongannya, kezhalimannya atau syahwatnya. Tidak mudah mengendalikan hawa nafsunya seperti sifat mau menang sendiri, paling benar yang lain salah dan lain sebagainya.

Sangat berbahaya jika manusia menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan, suka dan sering melakukan perbuatan yang tercela seperti berbohong, tidak jujur, khianat , gampang marah, mudah iri hati, dendam dan masih banyak perbuatan-perbuatan yang terlarang. Kesombongan juga akibat dari menuruti hawa nafsunya, jangan seperti iblis yang disuruh sujud dalam menghormat ta’zhim kepada nabi Adam as lantas ia enggan akan perintah Allah swt sehingga ia dikutuk sampai hari kiamat.

Allah SWT berfirman:

|M÷ƒuätsùr& Ç`tB xsƒªB$# ¼çmyg»s9Î) çm1uqyd ã&©#|Êr&ur ª!$# 4n?tã 5Où=Ïæ tLsêyzur 4n?tã ¾ÏmÏèøÿxœ ¾ÏmÎ7ù=s%ur Ÿ@yèy_ur 4n?tã ¾ÍnÎŽ|Çt/ Zouq»t±Ïî `yJsù ÏmƒÏöku .`ÏB Ï÷èt/ «!$# 4 Ÿxsùr& tbr㍩.xs? ÇËÌÈ

Artinya: Maka pernahkah kamu orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah mengunci mati pendengarannya dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat) . Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S. Al-Jatsiyah: 23)

Maksud hawa nafsunya sebagai Tuhan adalah orang-orang yang berpaling dari Tuhan dan mengikuti keinginan hawa nafsunya umpama masih melakukan hal-hal yang makruh dalam agama seperti kecanduan merokok. Dalam kitab al-Bahr al-Muhid diktakan: “ Manusia yang mengikuti seruan hawa nafsu, maka ia seakan-akan menyembahnya sebagaimana seseorang beribadah kepada Tuhannya.”[3]

Ayat tersebut diatas jelas ada sebagian manusia yang dibiarkan Allah swt kesesatannya meskipun mereka punya pendengaran, hati dan mata karena akibat menuruti hawa nafsunya yang liar dan bahkan hawa nafsunya dijadikan sesembahan artinya siap diperintah untuk melakukan perbuatan tertentu meskipun perbuatan itu tidak terpuji seperti berselingkuh, korupsi berbuat kezhaliman. Hamba – hamba Allah swt  yang beriman kepada Allah swt dan hari pembalasan niscaya akan menjaga Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang sebagai Tuhannya dan siap menerima petunjuk-nya dalam kehidupan yang fana ini.

Akibat hawa nafsunya yang tidak bagus maka sebagian manusia sering melakukan perusakan alam, bisa dalam rumah tangga, tetangga bahkan di tengah-tengah masyarakat seperti berjudi, minuman keras, mengkonsumsi narkoba, melakukan korupsi baik secara pribadi maupun bersama-sama sehingga bisa mengakibatkan kerusakan yang mencakup rusak lahir-batin.

Allah SWT berfirman:

tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan lautan disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari( akibat) perbuatan mereka. Agar mereka kembali (kejalan yang benar). ( Q.S. Ar-Rum: 41)

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa kerusakan yang terjadi dapat berdampak lebih buruk. Tetapi rahmat Allah masih menyentuh manusia, karena Dia baru mencicipka, bukan menimpakan kepada mereka. Di sisi lain, dampak tersebut baru akibat sebagian dosa mereka. Dosa yang lain boleh  jadi diampuni Allah , dan boleh jadi juga ditangguhkansiksanya ke hari yang lain.[4]

Kerusakan di daratan ataupun di lautan karena sebab manusia yang serakah dan selalu melanggar agama akan bisa menimpa dirinya dan orang lain. Oleh karena itu harus diminta pertanggung jawaban oleh yang punya wewenang dan di hari pembalasan nanti Allah swt yang mengadili apa yang pernah dilakukan.

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

( Ÿxsù (#qãèÎ7­Fs? #uqolù;$# br& (#qä9Ï÷ès? 4  ÇÊÌÎÈ

Artinya: Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran….(Q.S. An-Nisa’: 135)

Maka janganlah hawa nafsu dan kefanatikanmu menyebabkan kamu tidak berbuat adil dalam memutuskan perkara, namun putuskan denga penuh keadilan dalam kondisi apapun (terhadap keluarga).[5]

Akibat mengikuti hawa nafsu maka seseorang bisa semakin jauh dari petunjuk dan kebenaran. Oleh karena itu, hamba Allah swt senantiasa akan mendahulukan petunjuk ilahi dalam mengambil tindakan kesehariannya sesuai perintah agama. Keinginannya tunduk pada kehendak dan kuasa Allah swt dalam menyikapi kehidupan dunia.

Allah SWT berfirman:

Ÿwur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãŠsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒtƒ `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7ƒÏx© $yJÎ/ (#qÝ¡nS tPöqtƒ É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ

Artinya: dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, ketika mereka melupakan hari perhitungan. (Q.S. Shad: 26)

Berkata al-Suddi tentang firman diatas,”…akan mendapat azab yang berat” akibat mereka mengabaikan wasiat diatas (berhukum dengan yang benar) justru mengikuti hawa nafsu mereka, ketika melupakan hari perhitungan.[6]

Firman Allah swt diatas melarang manusia mengikuti hawa nafsu yang sesat dari kebenaran seperti perbuatan zina, mengadu-domba, memfitnah dan larangan lainnya. Memang manusia bersifat lemah menghadapi hawa nafsunyam tetapi bila berusaha mensucikan hati dengan iman dan dzikrullah serta akhlak yang mulia dapat dipastikan jiwanya akan kuat sehingga mendorong berbuat kebajikan kepada dirinya dan orang lain serta akan terhindar dari perbuatan maksiat atas pertolongan-Nya.

By Abi Umar (8/12/11/2014) bersambung...





[1] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, juz 1.hal. 479

[2] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwat at-Tafasir,juz 1 hal. 271

[3] Ibid.juz 3 hal. 186

[4] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, volume 11.hal.78

[5] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, juz 1, hal. 565


[6] Ibid. juz 4. hal. 33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman