Rabu, 12 November 2014

BERKELUH KESAH




Keluh Kesah ?

Allah SWT berfirman:

#sŒÎ) çm¡¡tB Ž¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ

Artinya: Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. (Q.S. Al-Ma’arij: 20)

Demikian lebih kurang Thabathaba’I yang kemudian menegaskan bahwa sebenarnya tidak ada masalah dalam pernyataan ayat diatas bahwa manusia diciptakan menyandang sifat-sifat yang disebut ayat diatas, karena sifat-sifat itu baru tercela akibat ulah manusia yang menggunakan nikmat Allah itu tidak sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.[1]

Sebelum ayat ini Allah swt menunjukkan kepada manusia bahwa mereka diciptakan dalam kadaan keluh kesah lagi kikir, itulah sifat dasarnya sehingga siapapun orangnya memiliki watak tersebut. Manusia dengan sifat dasarnya tersebut mudah berkeluh kesah ketika ditimpa sesuatu yang tidak disukainya seperti kemiskinan, sakit, rasa takut yang berlebihan dll. Takut kehilangan jabatan, takut jatuh miskin dengan alasan yang tidak jelas.

Allah swt menyeruh kepada hamba-hamba-Nya untuk menuntut ilmu, bekerja keras, beamal shalih demi membekali diri untuk kehidupan masa depan yang berbahagia lahir-batin, hasanah di dunia artinya pekerjaan dan perbuatannya baik menurut agama dan hasanah di akhirat. Disamping bekal ilmu, harta dan tahta, yang lebih penting adalah takwa kepada Allah swt.karena ketakwaan inilah sebaik-baik bekal, Allah SWT berfiman:

3 (#rߊ¨rts?ur  cÎ*sù uŽöyz ÏŠ#¨9$# 3uqø)­G9$# 4 Èbqà)¨?$#ur Í<'ré'¯»tƒ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÐÈ

Artinya: …Berbekallah. Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah hai oramg-orang yang nerakal. (Q.S. Al-Baqarah: 197)

Ibnu Abbas berkata:”Ahlul Yaman berhaji dengan tidak membawa bekal, mereka mengatakan:”Kami orang-orang yang bertawakal”. Nyatanya saat mereka tiba di Madinah, mereka meminta-minta kepada manusia. Maka Allah menurunkan firman-Nya (tersebut diatas)”.[2]

Firman Allah swt,”sebaik-baik bekal adalah takwa,” berkata Atha’ al-Kharasani adalah bekal untuk akhirat. Rasulullah saw bersabda:”Barangsiapa yang berbekal di dunia niscaya berguna di akhirat.”[3]

Maksud sebaik-baik bekal adalah takwa, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah swt dalam kehidupan dunia ini dengan dasar iman dan mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Takwa lahir maksudnya mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah saw dan takwa batin maksudnya bersih hati dengan dzikrullah dan mentauhidkan Allah swt dalam beribadah.

Dengan bekal takwa hamba-hamba Allah swt tidak mudah keluh kesah ketika tertimpa musibah, baik menimpa kepada keluarganya ataupun dirinya sendiri umpanya sakit, kesulitan rezki, bangkrut dari bisnisnya dan sebaliknya tidak sombong lagi angkuh bilamana memperoleh kemudahan usaha atau kelapangan rezki atau mendapatkan jabatan yang tinggi. Sebab bagi orang-orang yang beriman kadaannya sama saja menyikapi musibah yang baik maupun yang jelek dengan sikap rasa syukur dan sabar. Sehingga ujian atau cobaan bagi orang-orang yang beriman adalah sarana untuk memperolah kemuliaan di sisi Allah swt manakala lulus menjalaninya.

Allah swt menguji dan menimpahkan musibah kepada orang-orang yang beriman untuk diketahui siapa diantara mereka yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya dan sabar menerima hukum-hukum-Nya, baik perintah maupun laramgan serta tabah menerima takdir seperti sakit atau musibah lainnya.

Allah SWT berfirman:

öNä3¯Ruqè=ö7uZs9ur 4Ó®Lym zOn=÷ètR tûïÏÎg»yfßJø9$# óOä3ZÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur (#uqè=ö7tRur ö/ä.u$t6÷zr& ÇÌÊÈ

Artinya: Dan sesungguhnya Kami benar-benar menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang yang berjihad dan bersabar dianatara kamu; dan agar Kami menyatakan ( baik buruknya) hal ikhwalmu. (Q.S. Muhammad : 31)

Ayat diatas jelas bahwa ujian-ujian yang yang didatangkan Allah swt bagi orang-orang yang beriman adalah agar diketahui siapa diantara mereka yang benar-benar berjihad di jalan-Nya dan bersungguh-sungguh sabar menerima keputusan-Nya. Jadi tidak perlu berkeluh kesah dalam menghadapi musibah-musibah yang menimpa diri, keluarga bahkan bangsa yang kita cintai ini, yang penting bagaimana usaha kita untuk lebih berhati-hati dan memperbaiki diri serta mengambil pelajaran yang baik dengan tetap momohon ampunan kepada-Nya.

Kami menguji kalian dengan berperang (jihad) dan beban taklif yang berat, agar diketahui orang-orang bersegera ikut perang dan sabar dalam menjalaninya dan agar Kami menyatakan hal ikhwal kamu , tentang kebaikan atau kejelekan kamu.[4]

Al-Fadhil bin ‘Iyadh jika membabaca ayat tersebut diatas ia menangis seraya berkata: “Ya Allah jamganlah Engkau memberi cobaan kepada kami, maka sesungguhnya jika Engkau menguji kami niscaya terlihat dan nampak aib kami.”[5]

Cobaan dan ujian seperti banjir, tanah longsor dan musibah bangsa, gempa di Tasik, gempa di Padang , gempa di Jambi atau sunami yang memakan kurban ribuan di Aceh dll adalah kekuasaan Allah swt dan keserakahan manusia yang banyak berbuat dosa maka sebagai mukmin haram hukumnya berkeluh kesah dan putus asa dari rahmat-Nya, Semua yang terjadi ini adalah suratan takdir Tuhan atas segala sesuatu dan Allah swt melarang berbuat kerusakan di muka bumi. Karena akibat keserakahan manusia, banyak kerusakan di daratan maupun di lautan. Allah SWT berfirman:

Ÿwur (#qÝ¡t«÷ƒ($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) Ÿw ߧt«÷ƒ($tƒ `ÏB Çy÷r§ «!$# žwÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$#

Artinya: …dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir. (Q.S. Yusuf: 87)

Ayat ini melarang berbuat putus asa dari rahnat Allah swt, kecintaan dan sayang-Nya Allah swt, sebab rahmat-Nya sangat luas. Hanya orang-orang yang ingkar dan kufur yang putus asa akan rahmat Allah sawt karena mereka tidak menerima hukum dan keputusan-Nya dengan mengabaikan norma-norma agama.

Saudara-saudara  Yusuf merasa yakin bahwa Yusuf sudah mati, jadi saran ayah mereka yang tua itu membuat mereka sangat tercengan. Dia mengingatkan mereka hendaknya tidak berputus asa terhadap rahmat Tuhan, sebab hal itu merupakan tanda kekufuran. Rahmat Allah bisa menghilangkan semua kesulitan. Ya’qub mengatakan selanjutnya,”…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir.”[6]

Ali bin Abi Thalib berkata:”Janganlah engkau berputus asa jika doamu lambat dikabulkan, karena pemberian sesuai dengan kadar permintaan!”[7]

Allah SWT melarang keras berbuat kerusakan di muka bumi ini sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷Š$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu «!$# Ò=ƒÌs% šÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan) . Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-A’raf: 56)

Orang-orang yang berbuat baik dengan ucapan dan perbuatan dan juga berdo’a dengan rasa takut (tidak dikabulkan) dan harapan (diterima), juga seperti berikrar dan ma’rifat, beriman kepada Allah, rasul-Nya dan hari akhir, meninggal sebelum dhuhur dan termasuk orang-orang yang berbuat baik adalah 0rang yang banyak berbuat baik (shahibul kabirah) yakni ahli shalat.[8]

Orang-orang yang beriman tidak akan membuat kerusakan atas hidayah Allah tentunya karena mereka mendapat bimbingan dari-Nya maka rahmat-Nya selalu meliputi kehidupannya dengan selalu beramal sholeh.

By Abi Umar (7/12/11/2014) bersambung...



[1] M.Quraish Shihab, TafsirAl- Mishbah, volume 14.hal. 442
[2] Muqbil bin Hadi al-Wadi’I, Shahih Asbabun Nuzul. hal.85
[3] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim,. juz 1, hal. 239
[4] Muhammad An-Nawawi, Murah Labib Tafsir An-Nawawi, jilid 2.hal. 302
[5] Muhammad ali Ash-Shabuni, Shafwat at-Tafasir, hal. 213
[6] Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an,jilid 7.hal. 610
[7] Fadllullah al-Ha’iri, Kata-Kata Mutiara ‘Ali bin Abi Thalib,.hal.142
[8] Muhammad An-Nawawi, Murah Labib Tafsir an-Nawawi, jilid awal.hal.283

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman