MEMBENTENGI Krisis Moral
Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi (QS.
an-Nisa` [4] : 79).
Muqaddimah
![]() |
SEHATKAN HATI |
Pernyataan SBY itu diamini oleh Psikolog Dadang Hawari. Menurutnya, pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pejabat dan kader partai politik semakin merajalela.
Dikatakan Dadang, dalam dunia korupsi sudah biasa melakukan upaya saling mengelak, saling tuding dan saling melempar tanggung jawab. Hal ini terjadi karena masing-masing individu merasa tidak salah atas tuduhan yang dituduhkan.
“Bahkan yang sudah tahu salah pun tetap mencari pembenaran. Pada dasarnya manusia tak mau disalahkan. Yang terjadi pada pejabat kita ini adalah krisis iman yang berakibat pada krisis moral. Jika dikaitkan dengan agama, pengamalan rukun iman yang ada pada para pejabat kita sangat rendah. Mereka lupa dengan Tuhan,” kata Dadang saat berbincang dengan okezone, Rabu (20/2/2013).
“Setidaknya salah satu faktor yang paling mempengaruhi terjadinya berbagai bencana di tanah air kita ini, yakni krisis iman. Karena itu, saya mengajak masyarakat muslim khususnya di Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muaraenim agar meningkatkan keimanan dan selalu bertasbih agar selalu ingat kepada Allah,” ucapnya.
Jika umat islam di Indonesia ini, lanjut Ustadz Ahmad, selalu meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, mengingat Allah SWT serta bertasbih kepada Allah SWT. Maka, secara otomatis rahmat Allah akan selalu tercurahkan kepada bangsa Indonesia ini.
“Oleh karena itu, agar bencana tidak lagi datang sebagai azab, maka keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Serta menjalankan semua sunnah rosulullah SWT,” ungkapnya.
Pengertian Iman
Keimanan sering
disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha
memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan
adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal
akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam
ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu
dan pemahaman.
Implementasi
dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat
menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam
disebut sebagai akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain
adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah
dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh
atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang
berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia
menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia
yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran
[10:36] Dan
kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Adapun sikap
'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh
serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam
konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat
orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan
para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang
dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang
diamsalkan dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang yang beriman ikut
serta dalam misi penegakkan Din Islam.
Adapun sebutan
orang yang beriman adalah Mu'min
Tahap dan
Tingkatan Iman serta Keyakinan
Tahap-tahap
keimanan dalam Islam adalah:
Dibenarkan di
dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan)
Diikrarkan
dengan lisan (menyebarkan Kebenaran)
Diamalkan
(merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul)
Tingkatan Keyakinan
akan Kebenaran (Yaqin) adalah:
Ilmul Yaqin (yaqin setelah menyelidikinya berdasarkan
ilmu) contoh ---- seperti keyakinan orang amerika yang masuk islam setelah
membuktikan AL QUR'AN dengan ILMU PENGETAHUAN
'Ainul Yaqin (yaqin setelah melihat
kebenarannya hasilnya baik berupa mu'zizat , karomah dll ) contoh -----
keyakinan Bani israil yaqin setelah melihat mu'zizat dari nabinya
Haqqul Yaqin (yaqin yang sebenar-benarnya meskipun belum
dibuktikan dengan ilmu dan belum melihat kebenarannya) contoh ----- yakinnya
para sahabat RA kepada nabi MUHAMMAD.SAW pada peristiwa ISRA' MIRAJ meskipun
tidak masuk akal(berdasarkan ilmu) dan tidak seorang sahabat pun melihat
kejadian itu , namun mereka tetap meyakini peristiwa itu .
Terjadi Krisis Keimanan
Dan Moral
Di
samping menyadari sepenuhnya kedudukan Allah swt sebagai musabbib
(sumberr segala sebab), sebagai hamba-Nya setiap manusia
dituntut juga untuk mampu menganalisa sabab (sebab) dari krisis yang
terjadi untuk kemudian memperbaikinya. Dalam kelanjutan firman Allah swt pada
surat an-Nisa` di atas, Allah swt menegaskan juga:
Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi (QS.
an-Nisa` [4] : 79).
Dlamir ka (kamu)
dalam ayat ini, sebagaimana dijelaskan Imam Ibn Katsir, tidak ditujukan kepada
Nabi Muhammad saw secara pribadi, melainkan Nabi saw sebagai jenis manusia.
Artinya, musibah kejelekan apa saja yang terjadi maka itu disebabkan kesalahan
manusia, bukan salah Allah swt, bukan pula salah Rasulullah saw. Jadi, meskipun
Allah swt mengajarkan bahwa semua kebaikan atau kejelekan sumbernya dari Allah
swt, tetapi tetap penyebab dari kejelekan itu sendiri pasti berasal dari
kesalahan manusia. Secara lebih jelas Allah swt mengemukakannya dalam ayat
lain:
Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS.
ar-Rum [30] : 41)
Dari
aspek akhlaq kepada Allah swt, ini memang sepatutnya menjadi sikap seorang
manusia. Sebab sebagaimana terungkap dalam do’a iftitah wajjahtu
wajhiya: wal-khairu kulluhu fi yadaika was-syarru laisa ilaika; kebaikan
semuanya ada pada kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak akan ada yang tertuju
kepada-Mu. Jadi jika kebaikan menimpa kita, wajib kita sadar bahwa
itu hakikatnya dari Allah swt. Jika kejelekan yang menimpa kita, wajib juga
selain sadar bahwa itu hakikatnya dari Allah swt—sebab jika Allah menghendaki
untuk menghalanginya pasti Dia bisa menghalanginya—kita juga menyadari bahwa
penyebabnya pasti dari diri kita sendiri.
Penyebab
krisis yang pasti dari manusia itu sendiri bisa dua bentuknya: Pertama,
penyebab yang rasional, misalkan kezhaliman para penguasa sehingga
menyebabkan rakyat sengsara. Kedua, penyebab suprarasional yang
berada di luar jangkauan akal manusia, yakni dosa-dosa manusia yang dengan
adanya krisis kehidupan akan menjadi siksa atau penghapus dosa.
Mencegah
Dan Membentengi Krisis Moral
Adapun sarana-sarana yang dapat mendukung para
pemuda dalam menjaga kesucian dan kehormatannya adalah:
- Menundukkan pandangan
Allah berfirman, "Katakanlah kepada kaum
lelaki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara
kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.' Katakanlah kepada para wanita
mukminat, 'Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara
kemaluannya'," (An-Nuur: 30-31).
- Rutin berpuasa sunnah
Rasulullah saw. bersabda, "Wahai para
pemuda! Siapa diantara kalian yang telah mampu menikah, maka hendaklah ia
menikah, yang demikian itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.
Barangsiapa belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu
jadi peredamnya syahwat."
Dibalik puasa tersebut terdapat hikmah yang
sangat agung, diantaranya adalah:
- Meningkatkan muraqabah (merasa diawasi) seseorang kepada Allah baik saat sepi maupun ramai.
- Meringankan pemuda dari gejolak syahwat dan nafsu birahi.
- Menjauhkan diri dari hal-hal yang membangkitkan gejolak syahwat
Rasulullah saw. bersabda, "...barangsiapa
terjerumus dalam syubhat, akan terjerumus ke dalam haram. Ingatlah bagi setiap
gembala itu ada larangan, dan sesungguhnya larangan Allah itu adalah hal-hal
yang diharamkan," (HR Bukhari).
- Mengisi waktu-waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat
Rasulullah saw. bersabda, "...rakuslah
terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah
dan jangan bersikap lemah," (HR Bukhari).
Terapi untuk melepaskan diri dari semua ini,
hendaknya tahu bagaimana harus melewatkan waktu-waktu senggangnya, baik dengan
berolahraga, atau pun berefektifitas lain yang bermanfaat.
- Berteman dengan orang shaleh
Rasulullah saw. bersabda, "Jangan kamu
berteman kecuali dengan orang beriman dan jangan makan makananmu kecuali orang
bertakwa," (HR At-Tirmidzi).
"Seseorang itu mengikuti agama teman
karibnya, maka hendaknya seseorang diantara kalian melihat dengan siapa dia
berteman karib," (HR Tirmidzi).
- Mengambil ajaran ilmu kesehatan
Rasulullah saw. bersabda, "Hikmah itu
adalah milik orang beriman yang hilang, maka dimana pun ia mendapatkannya, ia
lebih berhak atasnya," (HR Tirmidzi dan Al- Askari).
Diantara kiat-kiat yang diberikan oleh para
ahli kedoteran dan kesehatan untuk mengurangi gejolak syahwat dan dorongan
nafsu yang mengeram dalam diri adalah :
- Banyak berendam di air dingin pada musim panas
- Banyak berolah raga dan senam badan
- Menghindari makanan dan masakan yang mengandung rempah-rempah dan bumbu-bumbu karena kedua bahan itu dapat membangkitkan syahwat
- Mengurangi sedapat mungkin minuman yang merangsang syaraf seperti kopi dan teh
- Jangan banyak makan daging dan telur
- Jangan tidur terlentang atau tengkurap tapi mengikuti sunnah, yakni miring di atas lambung kanan dan wajah menghadap kiblat
- Memperdalam muraqabah kepada Allah, baik di waktu sepi maupun ramai
Rasulullah saw. bersabda, "...ihsan
ialah engkau menyembah Allah seolah-seolah engkau melihat-Nya, jika engkau
tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu," (HR Bukhari dan
Muslim).
Peranan Kaum Muslimin dalam Menghadapi Krisis
Moral
- Bergabung sepenuh hati ke dalam barisan jama'ah yang komitmen terhadap Islam
- Ikut terjun di medan dakwah dengan semangat yang tinggi dan tekad yang membara
- Menopang materi dakwah yang diserukan dengan hujah-hujah yang terbantahkan, dengan bukti-bukti yang pasti dan dengan logika yang rasional, memuaskan dan akurat
- Memperlihatkan akhlaq luhur dan sikap santun dalam berdakwah
JAKARTA
27/3/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar