"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (QS. al-Anfal: 27).
'Dari Abdullah bin Amr bin al Ash r .a. bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Empat sifat, barangsiapa yang empat itu ada padamu, maka ia adalah orang munafik murni. Dan barangsiapa yang ada padanya satu sifat maka terdapat satu sifat dari nifak, sehingga ia meninggalkannya, yaitu : apabila dipercaya ia khianat, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyelisihi, dan apabila ia bertengkar ia keji". (HR. bukhari dan Muslim).
"Dari Abu Said al-Khudri ra. bahwa Nabi saw bersabda, "Setiap pengkhianat itu ada benderanya di setiap duburnya pada hari kiamat. dimana bendera itu ditinggikan sesuai dengan kadar khianatnya. Ketahuilah, tidak ada pengkhianat yang lebih besar khianatnya daripada amir umum". (HR. Muslim).
“Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zholim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi : 59)
Muqaddimah:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustazah Mamah Dedeh menyinggung beberapa persoalan tanah air. Salah satunya Mamah menyoroti fenomena tidak sedikitnya pejabat publik yang seolah ingin dilayani rakyatnya.
Padahal, kata dia, jika ingin berlaku demikian, maka tidak usah jadi pejabat. "Karena pejabatlah yang harus melayani, bukan sebaliknya. Maka bukan pemimpin namanya jika ingin dilayani," ujar Mamah di Masjid Agung At-Tin TMII Jakarta, Rabu (31/12).
Ia menjelaskan, Alquran surat At-Tharik ayat 7, misalnya bisa menjadi pegangan para pemimpin. Di mana ayat tersebut memberikan perintah Hakim negara yang harus sangat adil, pemimpin yang selalu memberikan hak rakyat dan amanah, serta tidak berkhianat.
Yang dimaksud dengan khianat adalah menyimpang atau mengingkari dari kepercayaan yang diberikan kepadanya. Adapun lawan daripada khianat adalah amanah, dapat dipercaya. yaitu dapat dipercaya terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Amanah merupakan ciri khas yang melekat pada iman, sedangkan khianat adalah tanda-tanda penyelewengan, kemunafikan, kekufuran.
Amanah dalam arti yang sebenarnya adalah sifat seseorang dapat membimbing jiwanya, sehingga ia tidak akan mengubah janjinya, tidak akan mengkhianati janji-janjinya, dan tidak akan mengngkhianati apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Khianat termasuk salah satu sifat tercela dan terkutuk, merupakan tanda-tanda orang munafik serta termasuk perbuatan dosa yang Allah sangat murka kepada orang yang berkhianat. Allah Azza wa Jalla berfrman:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (QS. al-Anfal: 27).
Larangan Berkhianat
Nilai-nilai Islam yang agung nan suci sangat tidak sejalan dengan perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji. Karena kezholiman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, dan khianat adalah tidak memenuhi amanah, dan melanggar janji adalah akhlak yang tercela menurut kesepakatan orang-orang yang berakal.
Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, Yang menciptakan seluruh makhluk, telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Qudsi, Allah berfirman,
يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظَّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوْا
“Wahai segenap hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Ku dan Aku telah menjadikan hal tersebut sebagai perkara yang haram antara sesama kalian, maka janganlah kalian saling menzholimi.” (HR. Muslim)
Larangan berkhianat dipertegaskan pula dalam hadis Nabi SAW antara lain disebutkan: ”Janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu (HR.Ahmad,at-Tabarani,Ibnu Hibban, dan al-Bazzar) dan “Tidak sempurna iman orang yang tidak memiliki sikap atau perilaku amanat” (HR.Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Hibban).
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian, khianat tidak muncul secara tiba-tiba tetapi didorong beberapa faktor yang mendasarinya antara lain sebagai berikut.
(1)Hasad atau terlalu berambisi (dengki). Kedengkian seseorang terhadap orang lain dapat membuatnya berkhianat,sebagai upaya untuk melampiaskan kedengkiannya dengan kedudukan posisi jabatan yang disandangkan tersebut atau suatu konspirasi jahat sebagaimana hal ini terlihat pada riwayat Nabi Yusof dan saudara-saudaranya.Karena dengki, saudara-saudara Yusof tega mengkhianati ayah mereka yang telah mempercayai mereka untuk membawa Yusof mengembalakan kambing,namun mereka membuangnya ke dalam sumur(QS.12:7-18).
(2) Cinta terhadap dunia.Orang yang terlalu berambisi terhadap pangkat atau kemashuran atau harta benda duniawi akan memudahkan ia berkhianat kepada sesamanya apatah lagi ia mendapat dukungan para angguk-angguk dan yang dizalimi tadi tidak mendapat sebarang pembelaan sewajarnya.Namun hal ini telah pun diperingkatkan Nabi SAW dalam sabdanya : “Cinta kepada dunia merupakan pangkal segala kesalahan”(HR Ibnu Abi ad-Dunia dan al-Baihaki).
(3) Ambisi terhadap kedudukan atau pangkat umpamanya orang sedemikian akan teramat mudah mengkhianati sesamanya bila dalam hatinya tersimpan ambisi terhadap kedudukan dan pangkat. Dalam hal ini, al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis Nabi SAW: ”Cinta kepada harta benda dan kedudukan (Kebesaran) menimbulkan sifat curang di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayur-sayuran.”
(4). Dendam. Orang yang sedang diamuk rasa dendam akan mudah mengkhianati orang yang menjadi sasaran rasa dendamnya. Dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh al-Ghazali disebutkan: ”Jauhilah rasa permusuhan karena hal itu dapat menghapuskan agama”. Yang dimaksudkan dengan menghapuskan agama di sini ialah menghilangnya pengaruh ajaran agama yang telah tertanam dalam hati seseorang.
(5).Egois.Orang yang bersifat egois akan mudah melakukan khianat terhadap orang lain karena baginya kepentingan bersama.Al-Quran mencontohkan tipe orang yang egois pada Iblis. Dikatakan bahwa semula iblis adalah mahluk Tuhan yang patuh pada-Nya,tetapi kemudian iblis berkhianat kepada perintah Allah SWT (QS.2:34).
Adapun perbuatan khianat, ia adalah hal yang tercela dalam seluruh syari’at. Syari’at kita telah menjelaskan haram berbuat khianat dalam segala perkara, baik itu khianat terhadap sesama muslim ataupun khianat terhadap orang kafir yang terkait mu’amalat dengannya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.” (QS. Al-Anfâl : 27)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS. Al-Anfâl : 58)
“Dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yûsuf : 52)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj : 38)
Dan Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
“Tanda kemunafikan ada tiga; apabila bercerita ia dusta, apabila berjanji ia tidak menepatinya dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari)
Dan Allah melarang untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat khianat,
“Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat.” (QS. An-Nisâ` : 105)
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisâ` : 107)
Ancaman Kezholiman bagi Pelakunya
Dan dalam berbagai nash, diterangkan bahwa perbuatan zholim tidak pernah membawa kebaikan bagi pelakunya di dunia maupun di akhirat.
Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam mengingatkan,
“Sesungguhnya Allah memberi tangguhan kepada orang yang zholim, hingga ketika Allah mengazabnya, ia tidak akan melepaskannya lagi. Kemudian beliau membaca firman-Nya “Dan begitulah azab Rabb-mu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”. ” (HR. Bukhari)
Dan beliau juga mengingatkan,
اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Takutlah terhadap perbuatan zholim, sebab kezholiman adalah kegelapan di atas kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Bahkan Allah Jalla wa ‘Azza menyatakan dalam berbagai ayat akan bahaya perbuatan zholim,
“Orang-orang yang berbuat zholim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS. Al-Baqarah : 270, Âli Imrân : 192, Al-Mâ`idah : 72)
“Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu tidak akan mendapat keberuntungan.” (QS. Al-An’âm : 6, 135, Yûsuf : 23, Al-Qashash : 37)
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. Al-Baqarah : 258, Âli Imrân : 86, At-Taubah : 19, 109, Ash-Shoff : 7, Al-Jumu’ah : 5)
“Orang-orang yang zholim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. Ghôfir : 18)
Dan betapa meruginya orang yang berbuat kezholiman pada hari kiamat,
“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada (Allah) Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezholiman.” (QS. Thôhâ : 111)
Demikianlah para pembaca sekalian, kami tekankan prinsip haramnya perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji ini, karena prinsip ini termasuk hal yang banyak dilalaikan oleh sebagian orang di masa ini. Hendaknya prinsip Islam yang agung ini senantiasa terpatri dalam sanubari setiap muslim, dan dalam pembahasan-pembahasan yang akan datang, akan nampak jelas besarnya pengaruh prinsip Islam yang mulia ini terhadap hukum-hukum syari’at dalam masalah jihad, dalam masalah berinteraksi terhadap sesama manusia -muslim maupun kafir- dan berbagai masalah lainnya. Wallâhu Ta’âlâ A’lam.
Jakarta 31/12/2014
ijin share
BalasHapussalah satu amal yang tidak pernah terputus adalah ilmu yang bermanfaat.. visit my blog larangan berkhianat http://laranganberkhianat2.blogspot.co.id/2017/01/larangan-berkhianat_8.html
BalasHapus