وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapakmu.” (An-Nisa
[4]: 36).
"…Dan hendaklah kamu berbuat
baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya . Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia." (QS al-Israa' [17]: 23).
“Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila
dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Muqaddimah
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Da’i sekaligus pimpinan lembaga dakwah kreatif iHAQi, Ustadz Erick
Yusuf memenuhi undangan Persatuan Remaja Islam Masjid At-Tin
(Prisma-At-Tin),untuk memberikan tausiyah dalam acara seminar spesial hari Ibu
pentingnya peranan ibu dalam membentuk generasi qur’ani. Acara bertempat di
ruang seminar Masjid Agung At-Tin Jakarta timur.
Dalam tausiyahnya
Ustadz Erick Yusuf mengatakan, betapa Allah sangat memuliakan wanita karena
dari 99 nama /sifat Allah ada satu yang tersemat dalam tubuh wanita yaitu Rahim
dan rahim ini adalah tempat yang penuh dengan kasih saying, sehingga kenapa
biasanya anak-anak lebih dekat dengan ibunya, karena selama Sembilan bulan ada
dalam rahim seorang ibu.
Rosululloh pun mengatakan “Andai saja
ada dua buah gunung emas lalu kita memberikan kepada ibu kita, maka itu tidak
akan cukup untuk membalas pengorbanan ibu. Pada masa Umar bin Khotob ada sebuah
kisah,seorang pemuda yang menggendong ibunya bertowap mengelilingi
ka’bah, bahkan kemanapun ibu tersebut pergi dia menggendongnya, lalu bertanya
sudahkah aku membalas kebaikan ibu ku wahai amirul mu’miniin?, apa yang engkau
lakukan belum bisa membalas kebaikan ibu mu.
Muliakan ibu bapak !
Seorang laki-laki datang menemui Nabi
Saw. dan bertanya:
“Ya Rasulullah,
siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan baikku?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi:
“Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi:
“Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi:
“Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Bapakmu” (HR Bukhârî).
Berbuat baik pada ibu meliputi antara lain memperlakukannya dengan baik, menghormati, merendahkan diri, menaati selain dalam maksiat, dan meminta ridhanya dalam segala urusan. Bahkan dalam berjihad, jika jihadnya fardu kifayah, haruslah atas seizin ibu. Berbakti pada ibu juga merupakan jihad.
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. dan berkata:
“Ya Rasulullah, aku ingin berperang. Aku datang untuk meminta nasihatmu.” Beliau bertanya: “Kamu masih punya ibu?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Berbaktilah kepadanya. Sesungguhnya surga berada di kedua kakinya” (HR al-Nasâ`î).
“Ya Rasulullah,
siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan baikku?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi:
“Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi:
“Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi:
“Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Bapakmu” (HR Bukhârî).
Berbuat baik pada ibu meliputi antara lain memperlakukannya dengan baik, menghormati, merendahkan diri, menaati selain dalam maksiat, dan meminta ridhanya dalam segala urusan. Bahkan dalam berjihad, jika jihadnya fardu kifayah, haruslah atas seizin ibu. Berbakti pada ibu juga merupakan jihad.
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. dan berkata:
“Ya Rasulullah, aku ingin berperang. Aku datang untuk meminta nasihatmu.” Beliau bertanya: “Kamu masih punya ibu?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Berbaktilah kepadanya. Sesungguhnya surga berada di kedua kakinya” (HR al-Nasâ`î).
Beberapa ajaran pra-Islam mengabaikan
posisi dan kemuliaan ibu. Lalu Islam datang dengan seperangkat ajaran yang
memuliakan serta menjunjung tinggi martabat dan kedudukan ibu. Bukan hanya ibu;
bibi—baik bibi dari pihak ayah maupun dari pihak ibu—pun dimuliakan Islam
begitu rupa. Seorang laki-laki mendatangi Nabi Saw. dan berkata:
“Aku telah melakukan dosa besar. Adakah kesempatan bagiku bertobat?” Nabi Saw. bersabda: “Apakah kamu masih punya ibu?” Ia menjawab: “Tidak.” Nabi bertanya lagi: “Apakah kamu masih punya khâlah (bibi dari pihak ibu)?” Ia menjawab: “Ya.” Nabi bersabda: “Maka berbuat baiklah kepadanya” (HR. Tirmidzî).
Dalam hal ini, di antara ajaran Islam paling mengagumkan adalah bahwa Islam tetap menyuruh berbuat baik kepada ibu walaupun ia seorang musyrik. Asmâ` bint Abi Bakr bertanya kepada Nabi Saw. tentang bagaimana ia berhubungan dengan ibunya yang musyrik. Nabi Saw. berkata padanya:
“Ya, tetaplah berhubungan dengan ibumu” (HR Muslim).
“Aku telah melakukan dosa besar. Adakah kesempatan bagiku bertobat?” Nabi Saw. bersabda: “Apakah kamu masih punya ibu?” Ia menjawab: “Tidak.” Nabi bertanya lagi: “Apakah kamu masih punya khâlah (bibi dari pihak ibu)?” Ia menjawab: “Ya.” Nabi bersabda: “Maka berbuat baiklah kepadanya” (HR. Tirmidzî).
Dalam hal ini, di antara ajaran Islam paling mengagumkan adalah bahwa Islam tetap menyuruh berbuat baik kepada ibu walaupun ia seorang musyrik. Asmâ` bint Abi Bakr bertanya kepada Nabi Saw. tentang bagaimana ia berhubungan dengan ibunya yang musyrik. Nabi Saw. berkata padanya:
“Ya, tetaplah berhubungan dengan ibumu” (HR Muslim).
Keistimewaan Ibu
Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhupernahbertanya kepada Rasulullah tentang perbuatan apa
yang paling disenangi oleh Allah.
Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua ibu
bapak.”
Lalu dia bertanya kembali, “Kemudian apalagi
ya Rasulullah.”
Beliau menjawab, “Berjuang di jalan Allah.”
Artinya, siapa berbakti kepada Orangtuanya
dengan sebaik-baiknya, maka jelas surga ada di hadapannya. Betapa tidak?
Lihatlah, hadits ini menunjukkan berbakti kepada orangtua lebih utama nilainya daripada jihad fii sabilillah (berjihad/berperang di jalan Allah). Sementara kita tahu, jihad fii sabilillahadalah jalan pintas menuju surga-Nya. Maka tentu saja berbakti kepada orangtua akan mendapat balasan surga yang lebih baik.
Lihatlah, hadits ini menunjukkan berbakti kepada orangtua lebih utama nilainya daripada jihad fii sabilillah (berjihad/berperang di jalan Allah). Sementara kita tahu, jihad fii sabilillahadalah jalan pintas menuju surga-Nya. Maka tentu saja berbakti kepada orangtua akan mendapat balasan surga yang lebih baik.
Allah mengajarkan kepada kita agar
berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua. Untuk mengatakan kepada
keduanya "ah" ( perkataan yang dapat menyakiti hati keduanya ) saja
kita tidak diperkenankan apalagi yang lebih dari itu. Pernah suatu ketika
datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw, ia bertanya kepada Rasulullah
saw," Ya Rasulullah, siapa dari manusia yang paling berhak aku utamakan?
Rasulullah saw bersabda "Ibumu". Laki-laki tersebut bertanya kembali,
"kemudian siapa lagi?" Rasulullah saw bersabda, "kemudian
ibumu". Laki-laki tersebut betanya kembali, "kemudian siapa
lagi?" Rasulullah bersabda, "kemudian ibumu". "Kemudian
siapa lagi?" Rasulullah bersabda, "kemudian ayahmu". (HR Muslim
).
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya
"Al-Jami'ul Al-Ahkamil Qur'an" mangatakan bahwasanya hadits tersebut
menunjukan tiga kecintaan dan pengorbanan seorang ibu. Ketiga perakara itu,
pertama adalah pengorbanan seorang ibu ketika dalam keadaan hamil, kedua adalah
pengorbanan ketika melahirkan, dan ketika adalah pengorbanan ketika menyusui
serta mendidik anak. Ketiga perkara tersebut dilakukannya seorang diri.
Perkara pertama, hamilnya seorang ibu. Saat seorang ibu hamil tubuhnya menjadi rentan akan 'bahaya'. Berat tubuhnya menjadi dua kali lipat, karena memebawa kita di dalam rahimnya. Hal itu berlangsung kurang lebih selama Sembilan bulan. Kecintaannya kepada kita telah dicurahkannya sejak saat itu, ia selalu mendahulukan keselamatan bayinya daripada dirinya sendiri. Ia tidak pedulikan berat beban tubuhnya yang bertambah karena kehdiran kita di rahimnya.
Perkara kedua, saat ibu melahirkan. Saat-saat inilah yang dinantikan oleh seorang ibu. Saat dimana ia dapat melihat buah hatinya setelah selama kurang lebih sembilan bulan mengandungnya. Namun saat-saat ini juga merupakan saat-saat yang paling beresiko tinggi dalam hidupnya. Karena melahirkan rentan sekali dengan kematian. Tak sedikit ibu yang rela mengorbankan nyawanya demi lahirnya sang buah hati.
Perakara ketiga, saat menyusui dan mendidik. Setelah melewati masa-masa kritis ketika melahirkan. Tugas seorang ibu tidak lantas selesai begitu saja. Ia haruslah menyusui bayinya sebagai makanan pertama si bayi. Dalam benaknya hanya ada bagaimana agar bayinya tumbuh sehat. Paling tidak kebutuhan jasadiahnya terpenuhi. Setelah lewat masa menyusi dan bayinya tumbuh dewasa ia harus mendidiknya agar kelak menjadi anak yang soleh dan solehah. Mendidik dengan cinta kasih dan kesabaran yang bagai sang surya menyinari dunia.
Perkara pertama, hamilnya seorang ibu. Saat seorang ibu hamil tubuhnya menjadi rentan akan 'bahaya'. Berat tubuhnya menjadi dua kali lipat, karena memebawa kita di dalam rahimnya. Hal itu berlangsung kurang lebih selama Sembilan bulan. Kecintaannya kepada kita telah dicurahkannya sejak saat itu, ia selalu mendahulukan keselamatan bayinya daripada dirinya sendiri. Ia tidak pedulikan berat beban tubuhnya yang bertambah karena kehdiran kita di rahimnya.
Perkara kedua, saat ibu melahirkan. Saat-saat inilah yang dinantikan oleh seorang ibu. Saat dimana ia dapat melihat buah hatinya setelah selama kurang lebih sembilan bulan mengandungnya. Namun saat-saat ini juga merupakan saat-saat yang paling beresiko tinggi dalam hidupnya. Karena melahirkan rentan sekali dengan kematian. Tak sedikit ibu yang rela mengorbankan nyawanya demi lahirnya sang buah hati.
Perakara ketiga, saat menyusui dan mendidik. Setelah melewati masa-masa kritis ketika melahirkan. Tugas seorang ibu tidak lantas selesai begitu saja. Ia haruslah menyusui bayinya sebagai makanan pertama si bayi. Dalam benaknya hanya ada bagaimana agar bayinya tumbuh sehat. Paling tidak kebutuhan jasadiahnya terpenuhi. Setelah lewat masa menyusi dan bayinya tumbuh dewasa ia harus mendidiknya agar kelak menjadi anak yang soleh dan solehah. Mendidik dengan cinta kasih dan kesabaran yang bagai sang surya menyinari dunia.
Cinta Sejati Seorang
Ibu
Suatu ketika datang seseorang lalu berkata
kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya ingin ikut berjihad, tapi saya tidak
mampu!” Rasulullah bertanya, “Apakah orangtuamu masih hidup?” Orang itu
menjawab,“Ibu saya masih hidup.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallammenjelaskan: “Temuilah Allah dengan berbakti kepada kedua orangtuamu
(birrul walidain). Jika engkau melakukannya, samalah dengan engkau berhaji,
berumrah dan berjihad.” (HR. Thabrani).
Dalam hadits lain disebutkan, “Bersimpuhlah
kau di kakinya (orangtuamu), di sana terdapat surga.”
Kata-kata berikut kiranya dapat
menggambarkan sosok ibu:
Ibu: Perasaan yang lembut, batin yang halus, jiwa yang peka, air mata bahagia, keindahan, ketegaran, dan ketangguhan.
Ibu: Padanan kehidupan, tempat mengadu, tiang pancang tegaknya banyak urusan, penentu damainya rumah, dan kunci kesuksesan.
Ibu: Kebeningan hati, kesucian batin, kesetiaan, ketulusan, kasih-sayang, kebaikan, kesungguhan, pengorbanan, dan ketulusan.
Ibu: Makhluk paling tegar, jiwanya paling berharga, perasaannya paling halus, kakinya paling tangguh, pribadinya paling mandiri, tekadnya paling teguh, tangannya paling pemurah, dan dadanya paling lapang.
Ibu: Teman terbaik di kala susah, sahabat terdekat di saat senang.
Ibu: Sumber kasih-sayang, perhatian, dan kebaikan tanpa batas; penunjuk jalan iman dan ketenangan jiwa, sumber ketenangan dan rasa aman, cahaya kehidupan, dan cinta tak berbatas.
Kata-kata sepanjang apa pun dan lembaran-lembaran sebanyak apa pun, tidak akan cukup untuk menghitung keutamaan ibu serta semua haknya untuk mendapatkan penghormatan, pemuliaan, perlakuan baik dan pengabdian. Namun mungkin kita bisa menyimpulkan sosok ibu dalam kata-kata singkat ini:
“Ketulusan dan pengorbanan dalam keseluruhan bentuk dan maknanya.” Al-Qur`an memberikan perhatian khusus terhadap ibu dan menyuruh manusia untuk memerhatikannya. Perhatian khusus itu diberikan terutama karena ibu telah menanggung banyak beban demi kelangsungan dan kebahagiaan hidup anak-anaknya. Allah telah memerintahkan berbakti kepada ibu, melarang mendurhakainya, dan mengaitkan ridha-Nya dengan ridha ibu. Nabi Saw. pun mewanti-wantikan tentang hak ibu. Dibanding ayah, ibu lebih berhak untuk mendapatkan budi baik dari anak-anaknya. Dalam hal ini, keutamaan ibu atas ayah dikarenakan dua hal:
Pertama, ibu menanggung beban mengandung anak, melahirkan, menyusui, mengurus, mengasuh, dan mendidiknya. QS Luqmân/31: 14 menegaskan hal ini.
Kedua, fithrah kasih sayang, kelembutan, cinta, dan perhatian ibu lebih besar dari ayah.
Ibu: Perasaan yang lembut, batin yang halus, jiwa yang peka, air mata bahagia, keindahan, ketegaran, dan ketangguhan.
Ibu: Padanan kehidupan, tempat mengadu, tiang pancang tegaknya banyak urusan, penentu damainya rumah, dan kunci kesuksesan.
Ibu: Kebeningan hati, kesucian batin, kesetiaan, ketulusan, kasih-sayang, kebaikan, kesungguhan, pengorbanan, dan ketulusan.
Ibu: Makhluk paling tegar, jiwanya paling berharga, perasaannya paling halus, kakinya paling tangguh, pribadinya paling mandiri, tekadnya paling teguh, tangannya paling pemurah, dan dadanya paling lapang.
Ibu: Teman terbaik di kala susah, sahabat terdekat di saat senang.
Ibu: Sumber kasih-sayang, perhatian, dan kebaikan tanpa batas; penunjuk jalan iman dan ketenangan jiwa, sumber ketenangan dan rasa aman, cahaya kehidupan, dan cinta tak berbatas.
Kata-kata sepanjang apa pun dan lembaran-lembaran sebanyak apa pun, tidak akan cukup untuk menghitung keutamaan ibu serta semua haknya untuk mendapatkan penghormatan, pemuliaan, perlakuan baik dan pengabdian. Namun mungkin kita bisa menyimpulkan sosok ibu dalam kata-kata singkat ini:
“Ketulusan dan pengorbanan dalam keseluruhan bentuk dan maknanya.” Al-Qur`an memberikan perhatian khusus terhadap ibu dan menyuruh manusia untuk memerhatikannya. Perhatian khusus itu diberikan terutama karena ibu telah menanggung banyak beban demi kelangsungan dan kebahagiaan hidup anak-anaknya. Allah telah memerintahkan berbakti kepada ibu, melarang mendurhakainya, dan mengaitkan ridha-Nya dengan ridha ibu. Nabi Saw. pun mewanti-wantikan tentang hak ibu. Dibanding ayah, ibu lebih berhak untuk mendapatkan budi baik dari anak-anaknya. Dalam hal ini, keutamaan ibu atas ayah dikarenakan dua hal:
Pertama, ibu menanggung beban mengandung anak, melahirkan, menyusui, mengurus, mengasuh, dan mendidiknya. QS Luqmân/31: 14 menegaskan hal ini.
Kedua, fithrah kasih sayang, kelembutan, cinta, dan perhatian ibu lebih besar dari ayah.
Jakarta 22/12/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar