"Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujuraat ayat 13).
الَّذِينَآَمَنُواوَتَطْمَئِنُّقُلُوبُهُمْبِذِكْرِاللَّهِأَلَابِذِكْرِاللَّهِتَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
Muqaddimah
Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun,
inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia.
Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar
kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa
pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar
kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk
merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan
kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak.
Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin
menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka
kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.
Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup
bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan
ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan
aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam
menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah,
kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar
ma'ruf nahi munkar.
Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah
hatimu!" Jangan pernah bersedih.
"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena
di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui
hartamu.
"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan
pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa,
penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah
hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi,
lantaran kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur,
senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak
banyak mencacimu..."
Mencari Bahagia Menurut Al-Quran Dan Sunnah
1. Beriman dan beramal soleh.
"Sesiapa yang beramal soleh baik lelaki ataupun perempuan dalam
keadaan mereka beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan Kami akan membalas mereka dengan apa yang mereka amalkan." (An-Nahl
: 97)
2. Sentiasa mengingati Allah.
Firman Allah : "Ketahuilah dengan mengingat (berzikir) kepada Allah
akan tenang hati itu." (Al-Ra'd : 28)
3. Bersandar kepada Allah.
4. Sentiasa mencari peluang berbuat baik.
Firman-Nya, bermaksud : "Tidak ada kebaikan dalam kebanyakkan
bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan daripada orang yang menyuruh
(manusia) untuk bersedekah atau berbuat kebaikan dan ketaatan atau
memperbaiki hubungan antara manusia. Barang siapa melakukan hal itu kerana
mengharapkan keredhaan Allah, nescaya kelak Kami akan berikan padanya pahala
yang besar." (An-Nisa' : 114)
5. Tidak panjang angan-angan tentang masa depan dan
tidak meratapi masa silam.
Rasulullah saw bersabda maksudnya : "Bersemangatlah untuk memperoleh
apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan lemah.
Apabila menimpa akan kamu sesuatu (daripada perkara yang tidak disukai)
janganlah engkau berkata : 'Seandainya aku melakukan ini nescaya akan begini
dan begitu', akan tetapi katakanlah : 'Allah telah menetapkan dan apa yang
Dia inginkan Dia akan lakukan', kerana sesungguhnya kalimat 'seandainya' itu
membuka kepada amalan syaitan".
(Hadis Riwayat Muslim)
6. Melihat "kelebihan" bukan kekurangan
diri.
Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Lihatlah orang yang di
bawah kamu dan jangan melihat orang yang di atas kamu kerana dengan (melihat
ke bawah) lebih mudah untuk kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang
dilimpahkan-Nya kepada kamu."
(Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)
7. Jangan mengharap ucapan terima kasih manusia.
Firman Allah swt : "Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu
hanyalah kerana Allah semata-mata, kami tidak berkehendakkan sebarang balasan
daripada kamu atau ucapan terima kasih." (Surah Al-Insan : 9)
Jadi setelah kita mengetahui akan kaedah-kaedah menggapai kebahagiaan melalui Al-Quran dan Sunnah, marilah sama-sama kita amalkan dalam kehidupan seharian. Moga-moga kebahagiaan itu milik kita di dunia dan di akhirat. Hakikatnya kebahagiaan itu datangnya daripada Allah. Oleh itu gantungkanlah harapan kita dalam mencapai kebahagiaan itu kepada Allah swt. Ingatlah kebahagiaan yang hakiki adalah bila kita mendapat keredhaan Allah dan berjaya membeli syurga Allah swt di akhirat kelak. Cara Islam Meraih kebahagiaan Hakiki
Berikut ini poin-poin penting untuk mencapai
kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat, yang senantiasa didambakan oleh setiap
insan:
1. Beriman dan beramal shalih
الَّذِينَآمَنُواوَلَمْيَلْبِسُواإِيمَانَهُمْبِظُلْمٍأُولَئِكَلَهُمُالْأَمْنُوَهُمْمُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
2. Memiliki akhlak mulia yang
mendorong untuk berbuat baik kepada sesama
- Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wasallam,
وَإِنَّكَلَعَلىخُلُقٍعَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)
فَبِمَارَحْمَةٍمِنَاللَّهِلِنْتَلَهُمْوَلَوْكُنْتَفَظًّاغَلِيظَالْقَلْبِلَانْفَضُّوامِنْحَوْلِكَفَاعْفُعَنْهُمْوَاسْتَغْفِرْلَهُمْوَشَاوِرْهُمْفِيالْأَمْرِ
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)
-Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong
menolong dalam kebaikan,
وَتَعَاوَنُواعَلَىالْبِرِّوَالتَّقْوَىوَلَاتَعَاوَنُواعَلَىالْإِثْمِوَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)
- Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang,
kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh,
apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan
sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)
3. Memperbanyak dzikir dan merasa
selalu disertai Allah
Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan
dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.
- Firman Allah Ta'ala:
الَّذِينَآَمَنُواوَتَطْمَئِنُّقُلُوبُهُمْبِذِكْرِاللَّهِأَلَابِذِكْرِاللَّهِتَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
- Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
kepada seorang muslim ketika menikah.
اللَّهُمَّإِنِّيأَسْأَلُكَخَيْرَهَاوَخَيْرَمَاجَبَلْتَهَاعَلَيْهِوَأَعُوذُبِكَمِنْشَرِّهَاوَمِنْشَرِّمَاجَبَلْتَهَاعَلَيْهِ
"Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan
kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya dan
keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah
no1918 dan al Hakim).
4. Menjaga kesehatan
- Kesehatan fisik: Islam sangat menghargai kehidupan
fisik manusia. Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang
dibenarkan syari'at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan
badan dan kesehatannya. Allah Ta'ala berfirman, "dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar." (QS. Al An'am: 151 dan al Isra': 33)
وَيُحِلُّلَهُمُالطَّيِّبَاتِوَيُحَرِّمُعَلَيْهِمُالْخَبَائِثَ
". . dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . . " (QS.
Al A'raaf: 157)
5. Berusaha meraih materi yang mendatangkan
kebahagiaan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Islam tidak
mengingkari urgensi meteri untuk merealisasikan kebahagiaan. Hanya
saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan
kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja. Banyak nash menguatkan
kenyataan ini, di antaranya firman Allah Ta'ala,
قُلْمَنْحَرَّمَزِينَةَاللَّهِالَّتِيأَخْرَجَلِعِبَادِهِوَالطَّيِّبَاتِمِنَالرِّزْقِ
"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan
(siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al A'raaf:
32)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"sebaik-baik harta adalah yang dimiliki hamba shalih." Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "di antara unsur kebahagiaan anak
Adam: istri shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman."
6. Memanajemen waktu, karena waktu adalah modal
utama manusia selama hidup di dunia.
Allah Ta'ala berfirman,
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوالَاتُلْهِكُمْأَمْوَالُكُمْوَلَاأَوْلَادُكُمْعَنْذِكْرِاللَّهِوَمَنْيَفْعَلْذَلِكَفَأُولَئِكَهُمُالْخَاسِرُونَ . وَأَنْفِقُوامِنْمَارَزَقْنَاكُمْمِنْقَبْلِأَنْيَأْتِيَأَحَدَكُمُالْمَوْتُفَيَقُولَرَبِّلَوْلَاأَخَّرْتَنِيإِلَىأَجَلٍقَرِيبٍفَأَصَّدَّقَوَأَكُنْمِنَالصَّالِحِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang
siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Ya
Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang
yang shaleh?'." (QS. Al Munaafiquun: 9-10)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah
menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; Waktu
mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia mendapatkan dan
untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak."
(HR. Tirmidzi )
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
dalam hadits lain,
نِعْمَتَانِمَغْبُونٌفِيهِمَاكَثِيرٌمِنْالنَّاسِالصِّحَّةُوَالْفَرَاغُ
"Ada dua nikmat yang mayoritas orang merugi
pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan waktu luang." (HR. Al
Bukhari dari Ibnu Abbas)
7 Tips Mendapatkan Kebahagiaan
Ibnu Abbas seorang sahabat Rasulullah pernah ditanya tentang kebahagiaan, beliau menjawab ada tujuh tanda kebahagiaan hidup seseorang di dunia. 1. Pertama, qalbu syakir yaitu hati yang selalu bersyukur. Bersyukur kepada Allah dan menerima apa yang dia dapatkan untuk digunakan demi kebaikan. Orang yang pandai bersyukur maka ia akan cerdas memahami kasih sayang Allah, apapun yang diberikan-Nya selalu bernilai dan membuat dekat kepada-Nya. Ia selalu menerima keputusan Allah dengan positif, jika ditimpa kesulitan maka ia ingat dengan sabda Rasulullah: kalau sedang dalam kesulitan, maka perhatikan orang yang lebih sulit dari dia. Bila diberi kemudahan, maka ia sadar bahwa itu adalah ujian dan semakin bersyukur, jika bersyukur maka Allah akan menambah nikmat dan kemudahan yang lebih besar daripada nikmat yang telah diterima. 2. Kedua, al-Azwaj al-shalihah, pasangan hidup yang saleh, menciptakan suasana rumah yang nyaman dan menurunkan keluarga yang saleh. Pada hari kiamat nanti seorang suami akan diminta tanggungjawabnya dalam membimbing istri dan anak. Tentu berbahagia menjadi istri dari suami yang saleh, yang selalu mengajak kepada kebaikan, dan berbahagia menjadi suami dari istri yang tulus selalu mendampingi. 3. Ketiga, al-aulad al-abrar, anak-anak yang saleh. Anak yang senantiasa berbakti dan mendoakan kedua orangtua. Rasulullah ketika selesai melakukan tawaf bertemu dengan seorang pemuda yang lecet dipundaknya. Kemudian beliau bertanya wahai pemuda kenapa pundakmu itu? Pemuda tersebut menjawab, aku mempunyai ibu yang sudah tua, ibuku itu tidak mau jauh dariku, aku sangat menyayanginya. aku selalu melayani dan menggendongnya ketika aku selesai salat dan istirahat. Kemudian pemuda itu bertanya apakah dia termasuk orang yang bakti kepada orangtua. Kemudian Rasulullah menjawab, engkau termasuk anak yang saleh dan berbakti, akan tetapi kebaikan yang kamu lakukan tidak sepadan dengan cinta orangtuamu kepadamu. Cinta orangtuamu tidak terbalaskan hanya dengan itu. 4. Keempat, al-bi‘ah al-sholihah, lingkungan yang baik dan kondusif untuk keimanan, lingkungan yang mengingatkan dan mendorong kepada kebaikan. Mengenal siapapun untuk dijadikan teman tidaklah dilarang, namun untuk menjadikan sebagai sahabat karib haruslah orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan. Rasulullah menganjurkan kita untuk bergaul dengan orang saleh, yaitu orang yang mengajak kebaikan dan mengingatkan jika berbuat salah. Karena orang saleh itu memiliki pancaran cahaya yang dapat menerangi orang-orang di sekelilingnya. 5. Kelima, al-mal al-halal yaitu harta yang halal. Islam tidak melarang orang menjadi kaya, tetapi yang penting adalah kualitas harta bukan kuantitas harta. Rasulullah bersabda: Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram. 14 abad lebih, setelah Rasulullah menyatakan hadis ini, kita sedang menyaksikan sebuah kenyataan dimana orang sangat berani melakukan korupsi, penipuan, penggelembungan nilai proyek, pemerasan, penyuapan, pengoplosan BBM, produksi barang bajakan, dan sebagainya. Banyak orang yang menjadi korban, bahkan tak jarang orang mengatakan “mencari yang haram aja sulit apalagi yang halal”. Rasulullah pernah bercerita tentang seorang yang sedang dalam perjalanan panjang, rambutnya kusut, pakaiannya kotor. Ia berdoa sambil mengangkat tangan, namun Rasulullah mengatakan bagaimana doamu dapat dikabulkan jika makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal yang kau miliki didapat dari yang haram, karena sesuatu yang haram penyebab ditolaknya doa dan ibadah. Rasulullah itu miskin dalam artian tidak mempunya harta yang berlebih. Beliau itu ternyata kaya raya, memiliki harta yang lebih, tapi walaupun begitu hidup beliau tidak kaya atau sangat sederhana. Mengapa demikian karena beliau zuhud dengan kekayaannya. Zuhud di sini dalam artian bukan tidak boleh memiliki harta yang berlimpah, tapi hakikatnya hati tidak terkait atau cinta dengan harta itu. Jadi kita pun patut mencontoh Rasul, kita harus kaya tapi kita tidak boleh mencintai kekayaan kita itu. Kalau kaya kita bisa bersedakah, berinfak lebih banyak dari orang yang kekayaannya sedikit, bisa berhaji, bisa buat pesantren dan lembaga pendidikan, memberi peluang kerja bagi gelandangan dan pengemis. 6. Keenam, tafaqquh fi al-din, semangat mempelajari agama. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengkaji, mempelajari dan mengamalkan ilmu-ilmu agama. Semakin belajar ilmu agama maka hidup manusia akan terarah. Hanya dengan ilmu, amal manusia bernilai pahala. Semakin belajar semakin cinta agama, semakin cinta Allah dan rasul-Nya, cinta ini yang akan mententramkan hatinya. 7. Ketujuh, umur yang berkah. Semakin tua semakin mulia, semakin banyak amal kebaikan, hidup yang diisi hanya untuk kebahagian lahiriah semata, hari tua akan diisi dengan kekecewaan, berangan-angan bahagia sementara tubuh semakin renta dan tidak sanggup mewujudkan angan-angan tersebut. jakarta 2/12/2014 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar