CARI DUNIA BEKAL
AKHIRAT ?
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash: 77).
Muqaddimah
Sekarang
kita lihat terlebih dahulu makna penggalan pertama dari ayat di atas (yang
artinya), “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”.
Dikatakan
oleh Qurthubi dalam Al Jaami’ li
Ahkamil Qur’an (7: 199), “Hendaklah seseorang menggunakan nikmat
dunia yang Allah berikan untuk menggapai kehidupan akhirat yaitu surga. Karena
seorang mukmin hendaklah memanfaatkan dunianya untuk hal yang bermanfaat bagi
akhiratnya. Jadi ia bukan mencari dunia dalam rangka sombong dan angkuh.”
Ibnu Katsir
mengatakan mengenai ayat tersebut,
استعمل
ما وهبك الله من هذا المال الجزيل والنعمة الطائلة، في طاعة ربك والتقرب إليه
بأنواع القربات، التي يحصل لك بها الثواب في الدار الآخرة
“Gunakanlah
yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan nikmat yang besar untuk taat
pada Rabbmu dan membuat dirimu semakin dekat pada Allah dengan berbagai macam
ketaatan. Dengan ini semua, engkau dapat menggapai pahala di kehidupan
akhirat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
6: 37).
Imam Ibnu
Katsir -semoga Allah merahmati beliau-
menyebutkan dalam kitab tafsirnya,
{ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا } أي: مما أباح الله فيها
من المآكل والمشارب والملابس والمساكن والمناكح، فإن لربك عليك حقًّا، ولنفسك عليك
حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، ولزورك عليك حقا، فآت كل ذي حق حقه.
“Janganlah
engkau melupakan nasibmu dari kehidupan dunia yaitu dari yang Allah bolehkan
berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan menikah. Rabbmu masih
memiliki hak darimu. Dirimu juga memiliki hak. Keluargamu juga memiliki hak.
Istrimu pun memiliki hak. Maka tunaikanlah hak-hak setiap yang memiliki hak.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6:
37).
Dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 405)
disebutkan maksud dari ayat tersebut,
{ وَلاَ تَنسَ } تترك { نَصِيبَكَ مِنَ الدنيا } أي أن تعمل فيها
للآخرة
“Janganlah
engkau tinggalkan nasibmu di dunia yaitu hendaklah di dunia ini engkau beramal
untuk akhiratmu.” Sangat jelas apa yang dimaksudkan oleh Jalaluddin As Suyuthi
dan Jalaluddin Al Mahalli bahwa yang dimaksud ayat di atas bukan berarti kita
harus menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Namun tetap ketika di
dunia, setiap aktivitas kita ditujukan untuk kehidupan selanjutnya di akhirat.
Jadikan belajar kita di bangku kuliah sebagai cara untuk membahagiakan orang
banyak. Jadikan usaha atau bisnis kita bisa bermanfaat bagi kaum muslimin.
Karena semakin banyak yang mengambil manfaat dari usaha dan kerja keras kita di
dunia, maka semakin banyak pahala yang mengalir untuk kita. Karena sebaik-baik
manusia, merekalah yang ‘anfa’uhum
linnaas’, yang paling banyak memberi manfaat untuk orang banyak.
Kehidupan Dunia
Sementara ?
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat iti lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnyanakhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya.” (QS. Al Ankabut 64)
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad 36)
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
‘Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (QS. Al Hadid 20)
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”
(QS Al-Ankabut 64)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti
kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi
sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun, maka
kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah
mereka itu kaum yahudi dan nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan
mereka?” (HR Muslim – shahih)
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَاوَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka
hanya mengetahui yang lahir/material (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka
tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS Ar-Ruum ayat 7)
Carilah Akhirat !
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS Al-Qashshash 77)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali Imran 133)
تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِيُسْقَوْنَ مِنْ رَحِيقٍ مَخْتُومٍخِتَامُهُ مِسْكٌ وَفِي
ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَوَمِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيمٍعَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ
“Kamu dapat
mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan.
Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah
kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan
campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum
daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.” (QS Al-Muthaffifiin 24-28)
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ
إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ
“Maka
berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan
hanya menginginkan kehidupan duniawi. Itulah batas pengetahuan mereka.” (QS An-Najm ayat 29-30)
Ikhtitam
مَنْ
كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ
شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا
هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ
وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk
menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan
menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan
tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia,
maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai
beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah
ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if dan syawahidnya atau penguatnya pun dho’if. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 139).
Pantaslah
bilamana Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم mengajarkan kita doa agar dunia tidak
menjadi batas pengetahuan seorang mukmin dan muttaqin.
اللهملَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Ya Allah,
janganlah Engkau jadikan dunia menjadi perhatian utama kami serta batas
pengetahuan kami.” (HR Tirmizi
– Hasan)
Sumber:1.AlQur’an
Hadits 2.http://rumaysho.com
3.http://www.eramuslim.com
JAKARTA 8/4/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar