Rabu, 18 Maret 2015

SUJUDNYA MALAIKAT





MAKNA SUJUDNYA MALAIKAT ?



وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya,”Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,”(al-Baqarah [2]: 31-32)

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (al-Baqarah [2]: 34)

Muqaddimah

Allah swt.menyebutkan keutamaan Nabi Adam as daripada Malaikat dikarenakan ilmu mengenai nama-nama seluruh makhluk. Dan ini terjadi setelah diciptakannya Adam as, kemudian malaikat diperintahkan untuk sujud kepada Adam as.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa berita mengenai pemberitahuan Adam as kepada Malaikat tentang nama-nama segala sesuatu, didahulukan daripada berita mengenai sujudnya Malaikat kepada Adam as. karena memang ini yang sesuai dengan ayat sebelumnya. Di ayat sebelumnya para Malaikat bertanya mengenai hikmah dijadikannya manusia sebagai khalifah di muka bumi, padahal mereka akan merusak dan membunuh. Maka Allah swt. Menjelaskan bahwa Dia lebih tahu apa-apa yang belum diketahui oleh para Malaikat
Sujud ada dua sisi, (mengandung) pengagungan, pendekatan kepada orang yang disujudi. Dan sujud ini adalah ibadah tidak boleh kecuali untuk Allah saja pada semua syareat.
Bentuk kedua dari sujud, sujud selamat dan penghormatan. Sujud inilah yang Allah perintahkan kepada para malaikat kepada Adam, maka mereka bersujud sebagai penghormatan. Dan hal itu termasuk ibadah untuk Allah Subhanahu dengan ketaatannya kepada-Nya ketika mereka diperintahkan untuk bersujud.
Sementara sujud kedua orang tua Yusuf dan saudara-saudaranya kepadanya begitu juga termasuk sujud selamat dan penghormatan. Dahulu diperbolehkan dalam syareat mereka. Sementara ajaran yang dibawa oleh Nabi penutup Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam, tidak dibolehkan bersujud kepada selain Allah secara mutlak. Oleh karena itu Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
" لو كنت آمراً أحداً أن يسجد لأحد ، لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها "
“Kalau sekiranya saya memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang. Maka akan saya perintahkan wanita bersujud kepada suaminya.’
Dan Nabi sallallahu’alaihi wa sallam melarang Muaz bersujud kepada beliau, ketika dia menceritakan bahwa Ahli Kitab bersujud kepada para pembesarnya. Dan menyebutkan hadits tadi. Pengharaman secara mutlak bersujud kepada selain Allah dalam syareat ini, itu termasuk merealisasikan ketauhidan yaitu syareat yang sempurna yang mencakup semua bentuk hukum. Allah Ta’ala berfirman, ‘Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.’ (QS. Al-Maidah: 3).
Perintah Sujud kepada Nabi Adam as ?

 “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (al-Baqarah [2]: 34)

Dalam ayat ini dijelaskan kemuliaan besar yang dianugerahkan kepada manusia. Kita lihat bagaimana Allah swt. memerintahkan para Malaikat untuk sujud kepada Adam as.Dalam beberapa ayat Al-Quran dijelaskan dan dikuatkan bahwa Malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam,  dan semuanya sujud kecuali Iblis. Hal ini dikuatkan juga oleh beberapa hadits, yang salah satunya adalah hadits tentang syafa’at yang sudah disebutkan di atas.

Semua Malaikat sujud kepada Adam sebagai bentuk keta’atan kepada perintah Allah swt.

Para Ulama berbeda pendapat dalam sujud Malaikat kepada Adam as ?

1. Sujud Hakiki. Sujudnya para malaikat kepada Adam sebagai bentuk sikap ta’at kepada Allah swt, sebagaimana juga bentuk kemuliaan dan pengagungan kepada Adam. Qatadah berkata,”Sujud mereka itu semata karena taat kepada Allah. Sujud kepada Adam adalah pemulian Allah kepadanya yang memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya”.

2. Bukan sujud hakiki (menempelkan kening ke bawah), tapi makna sujud disini hanyalah penghormatan dengan inhinaa (merendahkan/membungkukan punggung), sebagai bentuk penghormatan. Hal seperti ini diperbolehkan dalam riusalah-risalah nabi terdahulu, berdasarkan dalil sujudnya kedua orang tua dan saudara Yusuf kepadanya dalam firman Allah:

Artinya,”Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Yusuf [12]:100)

Dan pendapat ini lemah karena lahiriah ayat menunjukan bahwa sujud disana adalah sujud sebenarnya (hakiki) dengan meletakan kening di atas tanah, berdasarkan firman Allah swt.:

Artinya,”Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud,” (al-Hijr [15]: 29)

3.  Sujud hakiki kepada Allah swt. bukan kepada Adam. Sujud ini menghadap kepada Adam, jadi Adam hanya sebagai arah saja. sebagaimana kaum muslimin sujud kepada Allah swt. dengan menghadap qiblat (kabah). Dan pendapat ini pun lemah dan tidak bisa diterima, karena ayat dengan jelas menegaskan {اسْجُدُوا لِآَدَمَ}.

Dan yang kuat adalah pendapat pertama, yang mengatakan bahwa sujud itu adalah sujud hakiki dengan meletakan kening ke bawah (tempat sujud). Sebagai bentuk keta’atan kepada perintah Allah swt.
Pendapat yang paling kuat bahwa malaikat yang diperintahkan sujud ialah semua malaikat yang diciptakan ketika itu tanpa terkecuali. Diperkuat dengan firman Allah swt:

Artinya, “Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama,kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu,” (al-Hijr [15]:30-31)
Dalam ayat tersebut ada empat alasan. Pertama, Alif lam ma’rifat. Kedua, taukid (penguat) dengan lafazh kulluhum dan taukid kedua dengan lafzh ajma’un, serta isttitsna (pengecualin) munqathi’, dalam lafzh “kecuali Iblis”.
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Hnaya Iblis-lah yang diecualikan dari golongan makhluk yang sujud. Ini menjadi dalil bahwa Iblis itu tidak sujud kepada Adam, tetapi ia enggan, sombong dan membangkang. Pengecualian Iblis dari sujud menjadi dalil bahwa ia diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam, karena termasuk dalam redaksi perintah atas malaikat. Al-Qur’an dengan jelas menjabarkan abhwa Iblis itu adalah Jin bukan Malaikat, sebagaimana dalam firman Allah swt.:

Artinya,”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim,” (al-Kahfi [18]: 50).

Iblis adalah jin, dan bersama Malaikat diperintahkan untuk sujud kepada Adam as. Dan mereka menjalankan perintah itu lalu semuanya sujud kecuali Iblis. Hasan Bashri dan Abdurrahman bin Zaid berkata bahwa Iblis bukanlah termasuk golongan dari malaikat sama sekali. Ia adalah asal jin, sebagaimana Adam yang merupakan asal dari manusia.
Yang membuat Iblis tidak mau sujud adalah karena kesombongan dan iri hati (dengki) kepada Adam, {إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ}.
Qatadah berkata bahwa Iblis yang merupakan musuh Allah swt. Itu iri kepada Adam karena kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya. Dan Dia berkata,”Aku diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan hanya dari tanah”. Inilah pertama kalinya dosa kesombongan dilakukan msuuh Allah yang enggan sujud kepada Adam as.
85. Kesombongan Iblis membuatnya ia tercegah masuk surga. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan, walaupun sedikit”. [1][2]
Hati iblis telah dipenuhi dengan kesombongan, kekufuran, kebencian dan keras-kepala. Itulah sebab yang membuatnya diusir dari surga dan terjauhkannya dari rahmat Allah.

Firman Allah swt.: وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Allah swt. mengabarkan bahwa Iblis itu telah kafir, ketika enggan, somboing dan menolak sujud kepada Adam atas perintah Allah swt.  Para Ulama memiliki beberapa pendapat mengenai isyarat lafadz “kaana”. Pendapat pertama ialah bahwa lafazh kaana berarti Shara (menjadi) menunjukan bahwa Iblis kafir karena menolak sujud kepada Adam. Ada ayat yang menjealskan bahwA “kaana” itu bermakna “shara” yaitu firman Allah, “Dan tiba-tiba ombak besar melumat keduanya, maka (kaana) jadilah keduanya itu tenggelam”. Maksudnya, “shara” (menjadi) orang yang tenggelam.

Kedua, lafazh kaana ini bermakna apa adanya dan memberii isyarat kepada masa lalu yang merupakan awal penciptaan bahwa kafirnya Iblis itu sejak penciptaannya semula. Dan yang rajih (kuat) adalah pendapat kedua sebagaimana didukung oleh Imam Qurthuby.
Allah swt. berfirman;

Artinya,”Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (al-Baqarah [2): 35-36)
Ikhtitam

Hal itu merupakan syari’at umat-umat terdahulu (sebelum umat Nabi Muhammad Shalallahu ’alaihi wasallam). Namun cara memuliakan seperti itu dihapus dalam agama kita. Muadz pernah bercerita, aku pernah datang ke Syam, setibanya di sana aku menyaksikan mereka bersujud kepada para pendeta dan pemuka agama mereka. Lalu kukatakan: ”Engkau, ya Rasulullah, lebih berhak untuk dijadikan tempat bersujud”. Maka beliau pun bersabda:

”Tidak, seandainya aku dibolehkan memerintah manusia untuk bersujud kepada seseorang, maka aku akan menyuruh seorang isteri untuk bersujud kepada suaminya, karena keagungan haknya atas (isterinya)”. (HR. Abu Dawud, al-Hakim, at-Tirmidzi, dengan sanad hasan).

JAKARTA 18/3/2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman