Kamis, 26 Maret 2015

MAU TAHU ISIS




KHABAR TENTANG  ISIS ?


Cikal Bakal Gerakan ISIS ?
Pasca meninggalnya Saddam Husein, gerakan yang menamakan dirinya “Daulah Islamiyah” berdiri. Gerakan ini tak bisa dilepaskan dari gerakan Tauhid wa Al-Jihad yang dipimpin oleh Abu Mos’ab Az Zarqawi, dan terindikasi kuat banyak terlibat dalam aksi penculikan dan pembunuhan di Irak sejak invasi AS tahun 2003. Mereka juga menargetkan kalangan Syi’ah Irak dalam aksinya.  Mereka mempunyai alasan, karena kelompok Syi’ah radikal juga terlibat dalam pembersihan kaum Sunni di Irak.
Abu Mos’ab Az Zarqawi. (Aljazeera)
Konflik Sunni-Syiah sulit dihindari dalam konteks krisis Irak. Meski motif apa di belakang konflik berdarah itu pun perlu diurai dan didalami secara objektif. Sebab dalam situasi serba tak menentu, sangat banyak kelompok yang bermain di belakang perselisihan yang ada di lapangan, khususnya dalam konteks ini adalah konflik Sunni-Syiah di Irak.
Di pertengahan September 2005, Az Zarqawi mendeklarasikan apa yang dinamakan “Operasi perang menyeluruh terhadap kaum Syiah Rafidhah” di Irak. Aksi ini dinyatakan setelah rangkaian peristiwa ledakan di wilayah tempat tinggal mayoritas Syiah dan menyebabkan ratusan orang meninggal berikut yang terluka.
Tahun 2006, Az Zarqawi menyatakan sumpah setianya kepada Osama bin Laden untuk menjadikan nama organisasinya dari Tauhid wa Al-Jihad, menjadi Organisasi “Al-Qaeda fi Bilad Ar Rafidin” (Al-Qaeda di Mesopotamia).
Tak lama setelah perubahan itu, Az Zarqawi tewas di akhir tahun 2006. Kepemimpinan organisasi berpindah ke pada orang yang bernama Abu Hamza al-Mohajir. Ketika itulah dibentuk nama baru yang disebut, Ad Daulah Al Islamiyah fi Al-Iraq dipimpin oleh Abu Omar al-Baghdadi.
Abu Omar Al-Baghdadi akhirnya juga tewas di bulan April 2010. Dan sejak itulah Abu Bakar Al-Baghdadi memegang tampuk pimpinan organisasi Ad-Daulah Al-Islamiyah fi Al-Iraq, atau Negara Islam di Irak, yang kerap disingkat menjadi ISI (Islamic State in Iraq)
April 2013, organisasi di bawah pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi memperluas pengaruhnya di Suriah dan membuat organisasi baru bernama “Ad Daulah Al Islamiyah fi Al-Iraq wa Asy Syam” yang sekarang disebut dengan ISIS. Awalnya, organisasi “Jabhah Nushra” yang lebih dulu ada di Suriah  bergabung dalam payung organisasi besar ini. Tapi kemudian  pimpinan Jabha Nushra, Abu Mohammed Al Gaulani menolak penggabungan itu. Ia lebih cenderung menyatakan diri tetap berada di bawah organisasi Al-Qaeda di bawah kepemimpinan Az Zawahiri.
Kehadiran elemen ISIS di Suriah mengubah pola perlawanan menghadapi rezim Bashar Al-Assad dan berhasil melemahkan pasukan pemerintah Suriah. Majalah Times menyebut bahwa sejak kepemimpinan ISIS diemban oleh Al-Baghdadi, tahun 2010, perkiraan jumlah pasukan ISIS dari 800 meningkat hingga 1000 orang pada tahun 2010, kemudian menjadi 2.500 pada tahun 2012, dan di tahun 2013 berkisar antara 7000 hingga 10.000 orang.
Bulan Mei 2013, Az Zawahiri meminta agar ISIS lebih fokus di Irak dengan tetap di bawah kepemimpinan Al-Baghdadi. Sementara Jabha Nusra tetap fokus di Suriah di bawah kepemimpinan Al-Gaulani. Permintaan ini ditolak oleh Abu Bakar Al-Baghdadi, bahkan Az Zawahiri dituduh melakukan penyimpangan dari garis perjuangan.
Januari 2014 yang lalu, ISIS mengeluarkan keterangan berisi pengkafiran pasukan pembebasan Suriah. ISIS juga mengancam akan membawa pasukannya di Irak ke Suriah dan melakukan operasi militer bernama “Nafyu Al-Khabits” atau Pembersihan kotoran, yang targetnya adalah pasukan oposisi pembebasan Suriah.
Di akhir bulan Februari 2014, ISIS dituduh membunuh tokoh Al Qaeda Abu Khaled As Suri yang  berusaha menjadi penengah antara ISIS dan Jabha Nushra, yang kemudian ditolak oleh ISIS.
Tanggal 8 April 2014, perselisihan antara ISIS dan Al Qaeda makin mencuat. Jubir ISIS Abo Mohammed Al-Adnani,  menyerang pimpinan Al Qaeda Ayman Az Zawahiri dengan tuduhan menyimpang dari metode jihad dan memecah belah barisan.  Al-Adnani juga menyerukan berbagai kelompok lain agar mendukung sikapnya yang menentang Al-Qaeda.
Berikut beberapa perbedaan antara Hamas dan ISIS : ?
  1. Hamas berafiliasi dengan Organisasi Ikhwanul Muslimin yang dalam referensi pergerakannya yang pengakuan banyak pemuka Islam di berbagai negara, adalah organisasi yang mempunyai pemahaman Islam moderat. Sedangkan ISIS berafiliasi dengan organisasi yang sangat berbeda, lebih dekat dengan organisasi Al Qaeda yang cenderung radikal dan menggunakan senjata.
  2. Hamas sama sekali tidak memiliki tradisi mengkafirkan pihak lain, tidak berperang berdasarkan sentimen paham aliran, dan tidak mudah menuduh orang dengan istilah keluar dari Islam. Semua itu tidak pernah dinyatakan dalam pernyataan Hamas. Sementara ISIS, banyak menggunakan doktrin pengkafiran, atau cepat mengklaim pihak lain bersalah dan menuduh bahwa pihak lain yang tidak sejalan dengan pandangannya dengan kafir.
  3. Hamas adalah gerakan komprehensif yang menyentuh sisi politik, sosial, ekonomi, perlawanan bersenjata, sehingga misi perjuangannya tidak hanya diwarnai oleh militer. Sedangkan ISIS adalah organisasi bersenjata yang sarana atau pola perjuangannya adalah hanya militer atau senjata.
  4. Hamas memulai perjuangan Islamnya dengan memperbaiki masyarakat, mempersiapkan lembaga dan piranti yang dibutuhkan syariah, membangun sistem peradilan syariah, sebelum berpindah pada fase penerapan hukum syariat dan menegakkan hukum hudud. Sedangkan ISIS memulai perjuangan penegakan Islam justru dengan cara memberlakukan hukum hudud di masyarakat, meskipun sistem pengadilannya belum terbentuk dengan baik. Hamas tidak segera menerapkan hukum syariat Islam untuk menggantikan undang-undang tapi lebih cenderung menempuh pola bertahap dalam menerapkan syariat.
  5. Dalam hal politik, Hamas lebih memilih jalur demokrasi . Dan Hamas sebenarnya adalah pemerintahan terpilih. Hamas merupakan satu dari dua partai politik utama Gaza, di samping Fatah, yang saat ini pemimpin Otoritas Palestina. Tahun 2006, Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina, meskipun AS telah memasukkan Hamas pada tahun 1997 sebagai organisasi teroris versi AS. Setahun kemudian, pemimpin Fatah memimpin kudeta terhadap Hamas dan berlakulah efektif pembagian pemerintahan Palestina antara Tepi Barat dan Gaza.
Sedangkan ISIS, sama sekali jauh dari jalur demokrasi ataupun partai, apalagi terlibat dalam proses pemilu. ISIS lahir dari sisa-sisa invasi AS ke Irak saat menggulingkan Saddam Hussein. ISIS atau Tauhid wa Al-Jihad, atau juga ISI (Islamic State in Iraq) dahulunya, adalah gerakan yang sejak awal masuk dalam konflik sesama saudara. AS menyatakan cikal bakal ISIS sebagai organisasi teroris pada tahun 2004. Terhadap pemilu yang merupakan bagian dari demokrasi, ISIS sangat jauh, sebab pandangan mereka menyebutkan bahwa demokrasi adalah syirik kepada Allah dan berlawanan dengan tauhid, karena dipandang telah mencabut hak Allah sebagai penentu hukum dan pemerintahan, dan memberikannya pada manusia.
Sejarah ISIS ?
ISIS sebelumnya adalah bagian dari Al-Qaidah. Dibawah kepemimpinan Abu Bakar al-Baghdadi ISIS sempat menyatakan diri bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. Namun karena metode ISIS/ISIL dianggap bertentangan dengan Al-Qaidah lantaran telah berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah, ISIS dianggap tidak lagi sejalan dengan Al-Qaidah. Sebagai balasannya, Front Al-Nusra lalu melancarkan serangan perlawanan terhadap ISIS/ISIL guna merebut kembali kontrol atas Abu Kamal, wilayah timur Suriah yang berbatasan dengan Irak. Namun karena kebrutalan dan ambisi dari ISIS yang tidak segan melakukan penyiksaan bahkan pembunuhan terhadap para penentangnya, ISIS bisa menguasai sebagian besar wilayah Irak. Bahkan dibawah kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah dan juga menyatakan Al-Baghdadi akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia.

Pada 15 Mei 2010 Diangkatlah pemimpin baru yaitu Abu Bakar Al-Baghdady untuk menggantikan Abu Umar Al Baghdady yang telah meninggal. Seiring dengan Revolusi di Jazirah Arab yang dikenal dengan Musim Semi Arab dalam menumbangkan para diktator seperti yang terjadi di Tunisia, Libya dan Mesir, maka terjadi pula revolusi di Suriah, hanya saja demonstrasi rakyat di Suriah disambut dengan kekerasan dari Tentara Presiden Bashar Assad. Akibatnya Rakyat Suriah melakukan perlawaan dalam kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok-kelompok ini dibantu oleh para pejuang dari luar negeri termasuk dari Negara Islam Irak. Dan ketika kelompok-kelompok pejuang rakyat Suriah ini akhirnya mampu membebaskan beberapa kota termasuk wilayah perbatasan dengan Irak maka menyatulah beberapa kota di Irak dan di Suriah dalam kontrol Negara Islam Irak.
Kenyataan ini akhirnya membuat Negara Islam Irak mendeklarasikan Negara Islam Irak dan Syam pada 9 April 2013 dengan Pemimpinnya yaitu Abu Bakar Al-Bagdhdady juga. Pada Maret 2014 wilayah yang telah dikontrol oleh Negara Islam Irak dan Syam meliputi sekitar 400.000 km2 yang berarti lebih luas dari beberapa negara Arab seperti Qatar, Emirat Arab, Bahrain, Yaman, Lebanon dan lain-lain. Pada kota-kota yang berhasil dikuasai Negara Islam Irak dan Syam menyediakan fasilitas umum meliputi penyediaan listrik, transportasi, sekolah dengan buku-bukunya, kegiatan ekonomi seperti pasar, toko, pabrik roti, layanan internet, media (koran) , pengadilan dan pengamanan dari kriminalitas.

Tidak seperti di wilayah Irak, maka di wilayah Syuriah ISIS terlibat konflik dengan kelompok pejuang Syuriah lain seperti Jabhat An Nusrah, Jabhah Islamiyah, Ahrar AS Syam dan lain-lain. Untuk meredakan konflik antar kelompok pejuang Suriah ini kemudian para ulama yang dianggap netral menggelar inisiatif untuk membentuk mahkamah syariah. Tetapi inisiatif ini tidak berjalan karena ISIS menolak pembentukan mahkamah syariah. Akibat dari penolakan ini dan karena statemen-statemen ISIS yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok lain sebagai kafir (takfiri), maka kelompok lainnya menganggap ISIS sebagai khawarij. Sehingga para ulama membagi konflik di Suriah ini menjadi 3 pertentangan aliran yaitu Syiah (dari pemerintah pimpinan Presiden Bashar Assad) kemudian kelompok Khawarij (ISIS) dan kelompok Ahlussunnah waljamaah (dari kelompok pejuang Syuriah lainnya seperti Jabhat An Nusra, Ahrar As Syam, Jabhah Islamiyah dan lain-lain).

Pendapat Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia ?
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) beserta lembaga-lembaga yang bergabung dengannya berkewajiban untuk menyampaikan pandangan dan sikap sebagai nasihat bagi umat Islam Indonesia dan seluruh komponen masyarakat yang membutuhkannya sebagai berikut:
  1. Bahwa kekhilafahan ditegakkan untuk melaksanakan hukum syari’at secara kaffah, lurus dan benar dalam keadaan damai tanpa ada intimidasi; melindungi agama, jiwa, akal, harta, dan kelangsungan regenerasi umat; mewujudkan persaudaraan Islam yang hakiki, dan membangun peradaban dengan cahaya Islam.
  2. Bahwa Imamah bukan merupakan pokok agama dalam pandangan ahlu sunnah wal jamaah melainkan sebagai furu’ (cabang) agama, maka tidak boleh dijadikan alat untuk mengkafirkan bagi yang tidak setuju.
  3. Bahwa pelaksanaan pengangkatan seorang pemimpin menjadi Khalifah kaum muslimin (pembai’atan) harus melalui prosedur Musyawarah Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang merepresentasikan para Ulama Islam sedunia, sebagaimana ditegaskan Khalifah Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu dalam shahih Bukhori bahwa beliau berkata: “Siapa yang membaiat seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, dia jangan diikuti, demikian pula yang membaiatnya, agar tidak terjerumus untuk dibunuh keduanya.”
  4. Bahwa pengangkatan pemimpin ISIS menjadi Khalifah tidak melalui prosedur musyawarah yang benar, yaitu ketidakjelasan identitas para Ahli Syura yang mengangkatnya maupun identitas pemimpin yang diangkatnya sebagai Khalifah dan Imam tertinggi Daulah Islamiyah itu sendiri. Dengan demikian pembai’atan itu itu sendiri tidak benar secara syar’i.
  5. Bahwa telah terjadi penolakan dan pengingkaran tentang keabsahan Khilafah Daulah Islamiyah bentukan ISIS yang dinyatakan oleh para Ulama dunia, baik yang berdomisili di wilayah Iraq dan Syam itu sendiri maupun di berbagai negeri muslim yang lain. seperti yang dinyatakan oleh Ittihad ‘Aalamy li ‘ulama al Muslimin (Persatuan ulama dunia Islam) yang dipimpin oleh Syekh Dr Yusuf Qardhawi, Rabithah ulama Muslimin Ikatan Ulama Islam sedunia, Syekh Abdullah bin Muhammad bin Sulaiman Al Muhaisini, Ketua Rabithah Ulama Syam Syekh Usamah Rifa’i dan Syekh Abdul Muhsin bin Al ‘Abbad.
  6. Menyerukan kepada seluruh kaum muslimin untuk tidak latah ikut-ikutan tanpa dasar ilmu yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan, serta harus tetap waspada dan tidak terprovokasi dengan isu-isu yang dikembangkan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang hendak memecah belah dan memancing situasi konflik dan disintegrasi internal umat Islam di negara Indonesia. Serta berprasangka baik dan bersikap adil terhadap saudara-saudara muslim yang sedang memperjuangkan harga diri dan kehormatan Islam di Irak, Syam dan seluruh dunia, sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam Al Maidah ayat 8: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS: Al-Maidah Ayat: 8)
  7. Menyerukan kepada ormas-ormas Islam agar bersama-sama berperan aktif meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam membangun situasi yang kondusif, tenang, damai, penuh kekeluargaan serta persahabatan di tengah umat dan bangsa.
  8. Menghimbau Pemerintah Indonesia agar tetap bersikap bijak, adil dan transparan dalam menangani kemungkinan terjadinya ekses negatif dari deklarasi Kekhalifah ISIS tersebut sehingga adanya kesalahfahaman di sebagian kalangan kaum muslimin di Indonesia tidak memicu potensi konflik yang lebih besar lagi.
  9. Menyerukan kepada seluruh masyarakat, khususnya lembaga-lembaga sosial dan kemanusiaan untuk tetap konsisten membantu rakyat korban bencana kemanusiaan di Suriah dan Palestina.
  10. Mendoakan semua pihak yang terlanjur terlibat dengan tanpa dasar ilmu, semoga Allah SWT memberi taufiq dan hidayahnya kepada kita semua agar dapat kembali ke jalan yang benar yang diridhainya dan mengampuni segala khilaf dan kelemahan kita semua. Amin.

Sumber:1.http://www.dakwatuna.com 2.http://pikom-immfipunm.blogspot.com
JAKARTA 26/3/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman